Jumat, September 12, 2008

Membuat Uang Mengejar Kita

JOSEPH AS - Kutipan Financial Revolution - TDW
Ada 5 unsur untuk membuat uang mengejar kita:

Kita harus mempunyai nilai tambah
Bila uang bagaikan air dan kita ingin air itu mengalir ke danau kekayaan kita, alangkah baiknya jika kita membuat gunung nilai tambah terlebih dahulu disekitar danau kita. Dengan gunung nilai tambah itu air akan mengalir dengan sendirinya kedanau kita.
Misalkan saja anda penjual soto. Pertanyaanya: Apa kelebihan (nilai tambah) soto anda dibandingkan dengan soto yang lain? Mungkin anda bisa saja merasa bahwa soto anda lebih sehat, lebih enak, lebih murah dibanding yang lain, namun nilai tambah ini harus benar-benar dimengerti oleh pelanggan anda.
Tidak ada gunanya menyebutkan nilai tambah tersebut jika pelanggan tidak merasakannya.
Jika anda belum memiliki nilai tambah, mulailah mengubah & menambah.


Harus Dikomunikasikan
Walau kita memiliki nilai tambah, tetapi bila tidak dikomunikasikan, orang tidak akan mengetahuinya. Bila orang tidak tahu, perkembangan bisnis anda akan sangat lambat. Banyak orang yang mempunyai bisnis, dengan produk atau jasa yang mempunyai nilai tambah dibanding produk lain, tetapi tidak mengkomunikasikannya, baik melalui promosi maupun dengan cara yang lain. Akibatnya produk atau jasa tadi tidak meledak.

Kepada Orang yang Tepat
Bila kita sudah mempunyai produk atau jasa yang mempunyai nilai tambah, nilai tambah ini harus dikomunikasikan kepada orang yang tepat. Tidak ada gunanya memiliki nilai tambah bila kita mengkomunikasikan hal itu kepada orang yang bukan target market produk atau jasa ini. Tidak ada gunanya promosi mobil mewah kepada pengemis di pinggir jalan. Dengan segenap kelebihannya pun mobil mewah tadi akan sulit sekali terjual.

Dalam Jumlah yang Banyak
Apabila kita sudah mengkomunikasikan kepada orang yang tepat, bisa jadi orang tadi akan mau membeli. Tetapi bila komunikasi itu kita lakukan satu per satu, akan sangat lama prosesnya. Apabila anda menghendaki uang mengejar anda, anda harus mengkomunikasikan nilai tambah anda kepada
orang yang tepat dalam jumlah yang banyak.
Akan sulit kalau kita harus mengejar-ngejar orang agar orang tersebut mau membeli produk atau jasa kita. Jauh lebih menguntungkan kalau orang-orang mengejar kita untuk memperebutkan barang kita yang terbatas.

Dengan Cara yang Tepat
Isi promosi yang tepat: Memiliki Ultimate Advantage atau nilai tambah.
Sensational Offer berupa penawaran, hadiah, diskon serta limit atau batas.
Beri tambahan bagi orang yang take action pada saat itu juga.
Powerfull Promise: berikan money back guarantee untuk memberikan jaminan kepada pelanggan anda bahwa barang yang dibeli benar-benar bermanfaat bagi mereka. Selalu Under Promise Over Delivery

Sarana Promosi Yang Tepat
Promosi yang paling dipercaya adalah word of mouth atau referensi yang diberikan secara sukarela dan gratis oleh orang lain karena mutu kita sangat mengesankan. Yang paling cepat dan murah adalah public relation atau press release.

Waktu & Tempat yang Tepat
Tidak semua waktu iklan radio atau televisi adalah saat yang tepat. Bila target kita adalah kaum eksekutif, jam yang paling tepat adalah ketika jam pulang kerja. Tidak semua iklan koran bermanfaat. Tidak semua halaman mempunyai efek yang sama. Untuk mengetahui hal tersebut, terlebih dahulu kita harus melakukan tes & pengukuran, lakukan tes dengan satuan terkecil yang memungkinkan.


Baca Selengkapnya.....

Rabu, Juli 02, 2008

Kisah Petani Muda

Inilah kisah petani muda. Merantau ke negeri orang, mengaku tak mendapat hasil. Kemudian pulang kampung ke desanya dan memilih jadi petani. Kata mereka menjadi petani bukanlah pilihan keterpaksaan. Tetapi, karena mereka melihat pertanian masih menguntungkan jika dikerjakan dengan baik dan rasional. Prinsipnya, jadi petani harus mandiri dan kreatif.

Yang Muda, yang Bertani
Oleh Ahmad Arif/Sri Hartati Samhadi/ Maria Hartiningsih

Empat tahun merantau di Pekanbaru dan Malaysia tanpa hasil, Widodo (30) akhirnya memilih pulang ke desanya di Garongan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Widodo menjadi petani, pekerjaan yang tengah menjadi tren di desanya. ”Merantau hanya tambah umur. Tak ada hasil,” kata Widodo, tamatan sekolah teknik menengah di Kulon Progo ini.

Saat pulang kampung Widodo sempat mendapat tawaran bekerja di proyek pembangunan jalan di Banguntapan, Bantul. Upah yang ditawarkan satu bulan mencapai Rp 800.000 ditambah uang makan Rp 25.000 per hari. Namun, pekerjaan itu pun ditolaknya.

”Lebih untung menjadi petani di lahan pasir,” kata Widodo dengan bangga.

Dengan lahan garapan seluas 500 meter yang ditanami cabai, Widodo bisa memperoleh hasil 1-1,5 kuintal cabai sekali petik. Padahal, satu musim tanam selama lima bulan bisa 15-20 kali petik. Jika harga cabai Rp 7.000 per kilogram (kg), selama satu musim tanam Widodo bisa memperoleh sedikitnya Rp 10,5 juta.

Di sela-sela cabai Widodo biasa menanam sawi yang hasilnya Rp 2 juta-Rp 2,5 juta, cukup untuk membiayai ongkos produksi cabai dan sawi sekaligus.

Sutik Haryanto (26), sebelumnya juga merantau selama dua tahun di Riau, sebelum kemudian pulang ke Garongan menjadi petani lahan pasir. Lahan garapannya seluas 1.000 meter, cukup untuk membiayai istri dan satu anaknya.

”Lebih enak begini. Di kampung sendiri, dekat sama anak-istri. Hasil dari bertani juga cukup, bahkan lebih besar dibandingkan saat menjadi satpam di Riau,” kata Sutik, tamatan sekolah menengah atas (SMA) ini.

Tak hanya Widodo dan Sutik, ribuan pemuda sepanjang pesisir Kulon Progo yang semula merantau kini memilih pulang menjadi petani. Lahan pasir telah menyedot minat pemuda desa untuk kembali ke kehidupan petani.

”Dari 15-an ribu petani lahan pasir di Kulonprogo, 70 persennya pemuda,” kata Sukarman, Sekretaris Paguyuban Petani Lahan Pasir (PPLP) Kulon Progo.

Rasional dan gigih

Selain di Kulonprogo, petani-petani muda juga muncul di Kabupaten Sleman. Di Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, gerakan petani muda membentuk gabungan kelompok tani (gapoktan) yang terdiri dari 30 kelompok tani (KT). Dan setiap KT ini beranggotakan 10-30 petani.

”Sebanyak 80 persen anggota gapoktan adalah pemuda, usia antara 20 hingga 40 tahun. Rata-rata tamatan SMA. Bahkan ada yang lulus sarjana,” kata Bambang Sugeng, Ketua II Gapoktan Pakembinangun.

Wasiatno (30), Sekretaris KT Rukun Dusun Padasan yang tergabung dalam Gapoktan Pakembinangun, mengatakan, menjadi petani bukanlah pilihan keterpaksaan. Tetapi, memang melihat, pertanian masih menguntungkan jika dikerjakan dengan baik dan rasional. ”Prinsipnya, jadi petani harus mandiri dan kreatif,” kata tamatan SMA ini.

Kemandirian yang dimaksud Wasiatno meliputi penyediaan bibit, pupuk, obat-obatan, hingga pemasaran. Mereka tidak perlu membeli bibit padi karena memilih menanam padi varietas lokal, seperti rojolele, beras merah, menur, dan menthik.

Untuk pupuk, mereka menggunakan pupuk kandang dan kompos yang bisa dibuat sendiri dari sampah organik yang berlimpah di desa. ”Kami masih terus belajar untuk mengendalikan hama secara organik, tanpa pestisida,” kata Wasiatno.

Berbeda dengan orang tua mereka yang kebanyakan fanatik menanam padi, para petani muda ini juga sering kali bereksperimen menanam berbagai komoditas pertanian. ”Kami juga menanam cabai, salak, semangka, selada, sawi, dan tanaman-tanaman lain yang menguntungkan,” kata Gunawan (36), anggota KT Rukun, yang sarjana pendidikan ini.

Di Dusun Ngepas Lor, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, juga terbentuk Kelompok Tani Akur Muda yang beranggota 34 petani berusia rata-rata di bawah 30 tahun. Pemuda tani di dusun ini menanam cabai, kacang panjang, tomat, dan bawang merah.

Tak jarang mereka mencoba-coba tanaman baru dengan hanya membaca buku dan mempraktikannya di sawah. Kelompok Tani Prasetya Muda Dusun Sempon, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, lebih ekstrem lagi karena semua anggota kelompoknya sepakat tidak menanam padi.

Ratusan anak muda Sleman itu memilih profesi petani sebagai jalan hidup, bukan karena pelarian. Bukti keseriusan mereka adalah keberanian menyewa lahan. Tidak semua petani muda ini memiliki sawah warisan orangtua. Banyak orangtua mereka yang hanya petani penggarap.

Petani-petani muda ini pun ”nekat” menyewa lahan untuk ditanami aneka komoditas pertanian. Misalnya Wasiatno, dia menyewa lahan seluas 2.000 meter persegi dengan nilai Rp 1,5 per tahun. ”Setelah ditekuni ternyata hasilnya lumayan,” jelas dia, yang dari bertani sudah bisa membeli sepeda motor dan lahan seluas 1.000 meter.

Di Kulon Progo petani-petani muda terbukti gigih karena sanggup mengolah pasir yang panas dan kering menjadi lahan pertanian yang subur. Mereka harus menyiram tanamannya minimal sehari sekali. Pemuda tani di Kulon Progo juga membentuk koperasi untuk memasarkan sendiri hasil pertanian mereka ke daerah lain.

Mereka mengombinasikan pertanian dengan peternakan sapi. Kotoran sapi menjadi pupuk organik bagi tanaman mereka, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. ”Selain memiliki sepeda motor, petani di sini rata-rata punya sapi sendiri,” kata Widodo.

Ketakutan bahwa generasi muda akan meninggalkan sektor pertanian rupanya tak selalu benar. Setidaknya itu yang ditunjukkan petani muda di pesisir selatan Kulon Progo dan pemuda di Sleman, yang menunjukkan cara baru dalam bertani.

Namun, yang meresahkan justru sikap pemerintah yang hendak memangkas tunas-tunas muda itu. Di Kulon Progo, Pemerintah Kabupaten dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ngotot hendak menggusur pemuda-pemuda tani lahan pasir itu untuk digantikan perusahaan tambang pasir besi dari Australia.

”Aneh, bukannya membantu menyejahterakan rakyat, tetapi penguasa sekarang justru mengganggu usaha rakyatnya sendiri,” keluh Widodo….

Sumber: Kompas



Baca Selengkapnya.....

Kamis, Mei 01, 2008

10 Tips Memulai Bisnis yang Sukses

Berikut ini 10 langkah yang bisa memandu pebisnis menyusun bisnis dam membuatnya
sukses.
1. Kerjakan apa yang Anda sukai. Anda akan mencurahkan banyak waktu dan energi
untuk memulai sebuah bisnis dan membangunnya menjadi usaha yang berhasil, jadi
sangat penting bahwa Anda sangat menikmati secara mendalam apa yang Anda
kerjakan, apakah menjalankan sewa pemancingan, mengkreasikan tembikar atau
memberikan nasehat keuangan.

2. Mulai bisnis Anda ketika Anda masih bekerja. Berapa lama paling banyak orang
bisa tanpa uang? Tidak lama. Dan ini akan menjadi waktu yang lama sebelum bisnis
baru Anda benar-benar membukukan keuntungan. Menjadi karyawan ketika memulai
bisnis berarti ada uang di saku ketika Anda memasuki proses memulai bisnis.
3. Jangan kerjakan hal tersebut sendirian. Anda membutuhkan dukungan ketika
memulai bisnis (dan setelahnya). Seorang anggota keluarga atau teman yang dapat
memberikan ide dan akan mendengat secara simpatik hingga hal penting tarakhir
memulai bisnis tidak ternilai harganya.
4. Pertama dapatkan klien atau pelanggan. Jangan menanti sampai Anda telah
secara resmi memulai bisnis hingga garis ini, karena bisnis Anda tidak dapat
bertahan tanpa mereka. Kembangkan jaringan atau network, buat kontak. Jual atau
berikan produk atau jasa Anda. Anda tidak dapat memulai pemasaran terlalu cepat.
5. Tulis perencanaan bisnis. Alasan penting membuat rencana bisnis adalah
langkah ini dapat membantu Anda menghindari habisnya waktu dan uang mwmulai
bisnis yang tidak akan sukses.
6. Lakukan riset. Anda akan mengerjakan banyak penelitian sepanjang rencana
bisnis, tetapi itu barulah awalnya. Anda untuk menjadi ahli dalam industri Anda,
produk dan jasa. Jika Anda telah selesai. Bergabung pada asosiasi industri atau
profesional yang berhubungan dengan bisnis Anda sebelum memulai bisnis merupakan
ide yang bagus.
7. Dapatkan bantuan profesional. Di satu sisi, hanya karena Anda menjalankan
bisnis kecil, bukan berarti Anda harus menjadi ahli di bidang apa pun. Jika Anda
bukan seorang akuntan, hire lah satu atau dua orang misalnya. Jika Anda ingin
menulis kontrak, dan Anda bukanlah seorang lawyer, hire lah 1 orang. Anda akan
membuang lebih waktu dan munkin juga uang untuk mencoba melakukannya sendiri
pekerjaan dimana Anda tidak memiliki kualifikasi untuk mengerjakannya.
8. Dapatkan uang. Simpan jika harus, mendekati investor potensial dan pemberi
pinjaman. Gambarkan perencanaan keuangan jatuh ke belakang. Jangan mengharapkan
memulai bisnis dan kemudian berjalan ke dalam bank dan mendapatkan uang. Pemberi
pinjaman tradisional tidak seperti ide baru dan tidak seperti bisnis tanpa
pembuktian track records.
9. Jadi lah profesional semenjak memulai. Segala sesuatu tentang Anda dan cara
Anda menjalankan bisnis membuat orang-orang tahu bahwa Anda seorang profesional
yang menjalankan sebuah bisnis yang serius. Ini berarti mendapatkan semua
pelrengkapan seperti kartu bisnis profesional, telepon bisnis, dan alamat email
bisnis, dan memperlakukan orang secara profesional, cara yang sopan.
10. Jalankan hukum dan keluarkan pajak dengan benar pada kali pertama. Hal
tersebut lebih sulit dan lebih mahal dibandingkan mengerjakannya setelah itu.
Apakah bisnis anda butuh teregistrasi? Akankah Anda harus memiliki asuransi
untuk karyawan atau deal dengan pajak gaji? Akan bagaimana bentuk bisnis yang
Anda pilih mempengaruhi situasi pajak pendapatan Anda? Pelajari kewajiban pajak
dan hukum sebelum Anda memulai bisnis dan mengoperasikannya.

sumber: smbzone.indiatimes.com


Baca Selengkapnya.....

Sabtu, April 12, 2008

Pikiran Kita Adalah RAJA


Di dalam melakukan sesuatu, PIKIRAN selalu menjadi tolak ukur untuk dapat melakukan atau tidak melakukan, baik itu berupa perbuatan, ucapan, Prilaku, Sifat, Konsep Ide dan sebagai nya. Disini peran pikiran sangatlah berperan penting untuk menentukan atas apa yang akan diperbuat oleh setiap Orang/individu,

karena setiap perbuatan yang tidak didasarkan atas pikiran itu dapan dikatan sesuatu yang konyol. Tidak mungkin sesuatu dapat dilakukan tanpa didasari dengan pemikiran, contoh : kita tidak akan bisa punya cita-cita kalo tidak punya dasar pemikiran, mobil tidak munkin dapat diciptakan tanpa adanya ide yang dilandasi pemikiran, Pesawat tidak munkin bisa terbang kalo ide tidak didasari pemikiran yang kongkrit dan sebagainya; bahkan negara pun tercipta atas dasar PIKIRAN. Jadi PIKIRAN adalah Pangkal dari Segala Tindakan.
Ada Ungkapan Bijak mengatakan JADIKAN PIKIRANMU RAJA DALAM HIDUPMU, BUKAN BUDAKMU; dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pikiran itu bertindak sebagai RAJA (King) dalam diri kita, bukan BUDAK, dan Pikiran juga mempunyai Penasihat Yang Luar biasa Unggul untuk Menyaring segala sesuatu yang terkonsep oleh pikiran, Apakah pikiran itu baik atau tidak, pantas atau tidak pantas, bermutu atau tidak bermutu, unggul atau biasa aja maka sang penasihat lah yang dapat menyaring atau memfilter semua itu, penasihat tersebut tidak lain adalah HATI Nurani. Dalam setiap diri manusia pastilah punya hati nurani, Hati ini merupakan organ Vital yang super sensitif terhadapa suatu inputan yang masuk didalam nya, makanya kita selalu merasa tidak enak apabila telah melakukan hal yang tidak baik, maka tiba tiba perasaan kita menjadi tidak enak, merasa berslah atau sebagainya, itu merupakan bukti bahwa inputan itu telah tersaring/terfilter oleh Hati. Tetapi perlu kita ketahui meskipun Pikiran bertindak sebagai raja, tidak semua yang dihasilkannya itu positif atau baik, pikiran juga dapat menghasilkan sesuatu yang jelek. Maka dari itulah peran Hati Nurani sangat sangat dibutuhkan sebagi penasihat, pengontrol dan pengendali dari Pikiran. Dan sebagai manusia yang berkualitas tentunya kita akan selalu atau bahkan selalu berfikir yang positif, karena dengan berfikir positif maka peran pikiran sebagai raja menjadi sangat baik, kuat, tangguh, bernilai tinggi serta Berwibawa. BOB PROCTOR dalam buku The Secret Mengunkapkan ( Jika anda dapat memikirkan apa yang Anda inginkan di dalam Benak, dan menjadikannya Pikiran yang Dominan, Anda Akan Mendatangkan keiginan itu kedalam Hidup Anda ).

Sekian, Semoga BERMANFAAT.


Oleh : Diedik Ruswanto


Baca Selengkapnya.....

Senin, April 07, 2008

Enterpreneurship Rasulullah


Sumber Data :http://www.purdiechandra.com/jm
Oleh KH. Abdullah GymnastiarSahabat-sahabat, ternyata dalam kajian tentang Rasulullah, ada saat yang kurang kita
bahas. Kebanyakan kita bahas adalah mulai dari umur 17 tahun sampai 20 tahun. Kita tahu mengenai beliau ketika umur
25 tahun tetapi dengan imej yang negatif, yaitu seorang pemuda menikahi jandakaya raya. Padahal kalau dilihat dari
maharnya mencapai 20 ekor unta muda yang jika dihargai sekarang kurang lebih setengah milyar rupiah, bayangkan
saja...Hal lainnya yang amat jarang kita bahas adalah bagaimana Muhammad menjadi professional.


Rasulullah sebagai bukti bahwa dengan memiliki jiwa entrepreneur maka orang akan mampu mengendalikan apa saja.
Contohnya di Singapura yang merupakan negara pedagang walaupun mereka tidak mempunyai sumber daya. Taiwan,
Jepang bahkan Korea hampir menguasai dunia. Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Dalam usia enam tahun
ibunya meninggal dalam perjalanan kembali dari Yatrib setelah menengok kuburan ayahnya. Usia 6tahun beliau sudah
yatim-piatu dan tidak punya pegangan. Sampai usia 8 tahun 2 bulan dibina dan didik kakeknya Abdul Muthalib yang
cukup berada. Di usia ini kakeknya wafat, setelah itu ia dalam perlindungan pamannya AbuThalib yang tidak sekaya
kakeknya, mulai saat itulah pemuda kecil Muhammad menggembala kambing, mencari nafkah sendiri. Usia 12 tahun
Rasul diajak pamannya dalam perjalanan dagang pertama kali ke Syria. Syria itu jaraknya ribuan kilometer. Bayangkan
umur 12 tahun tidak pakai pesawat atau mobil!!!. Anak-anak kita umur12 tahun sedang malas-malasnya. Masa kecil kita
bukan masa teruji, bukan masa tertempa. Semua dimudahkan oleh orang tua kita. Disini saya akan membahas kenapa
kita ini menjadi warga yang looser.Saudara-saudara sekalian,
Sepulang dari perjalanan dagang pertamanya, beliau begitu sering bisnis
bahkan sampai ke seluruh JazirahArab sudah terkenal seorang professional muda bernama Muhammad. Di usia 25
tahun, beliau menikah dengan seorang konglomerawati bernama Khadijah. Setelah genap hampir sepuluh kali
perjalanan dagang yang beliau tempuh, kalau setiap kali perjalanan dagang beliau mendapatkan untung dua ekor unta
betina. Subhanallah...Maka ketika meminang Siti Khadijah beliau memberi maskawin sebesar duapuluh ekor unta muda
atau kurang lebih setengah milyar rupiah ! Mana ada pengusaha muda di Indonesia yang mau memberi mahar begitu
besar kepada istrinya. Coba cari sekarang ada atau tidak di Indonesia seseorang yang sudah berani menikah dengan
memberi mahar setengah milyar. Paling top orang kaya itu seperangkat alat sholat. Jadi kita bisa membayangkan
bagaimana dashyatnya Muhammad muda ini. Hal ini yang jarang kita pelajari, bagaimana etos kerja beliau padahal
beliau tidak ada uang, tidak ada keahlian. Jadi saudara-saudara, jangan
merasa malu lahir dari orang tua yang miskin, Rasul bahkan tidak punya bapak.Jangan merasa berpendidikan rendah,
Nabi saja tidak sekolah. Jangan merasa tidakpunya modal, Nabi tidak punya modal sama sekali. Tidak ada alasan. Kita
itu paling hobi memperbanyak alasan. Padahal alasan memperjelas kelemahan kita.Jadi bangsa ini mau sesulit apapun,
tidak ada pilihan bagi kita kecuali kita bangkit dengan semangat. Saya termasuk yang tidak mau pusing dengan keadaan
sekarang kalau akhirnya akan melemahkan semangat. Situasi sesulit apapun, pilihannya cuma satu yaitu kita harus
bangkit bersama-sama.Mengeluh, mencela tidak akanmenyelesaikan masalah, kalau ada yang dapat terselesaikan
dengan masalah, silakan saja mengeluh sepuasnya. Kalau ada yang bisa selesai dengan umpatan dan makian, silakan
mengumpat. Kita tidak punya waktu, waktu kita terbatas. Satu-satunya pilihan adalah kita harus bangkit. Allah Maha
Kaya, mau seperti apa saja keadaanya, rezeki Allah tidak akan berkurang. Ini rumusnya yang akan kita coba
bahas.Rekan-rekan sekalian, para orang tua, jangan merasa sudah tua. Tenang saja kita masih punya anak cucu. Para
kaum muda ini kesempatan bahwa kita sudah disiapkan sukses oleh Allah. Sudah diilhamkan potensi sholeh/bejat. Kita
sebelum dilahirkan ke dunia sudah pernah bertarung dengan 150 juta pesaing yaitu sel sperma dan yang jadi menemui
sel telur adalah kita. We are the winner. Kita pernah memasuki persaingan dan kita menang. Kenapa kalau sudah hidup
jadi kalah ??Jadi tekad harus kita canangkan dari sekarang. Kalau kita lihat sejarah,
baru tahun 1984 ilmu wirausaha ini mulai dikembangkan, padahal Nabi Muhammad SAW sudah 1500 tahun yang lalu
mencanangkan bahwa kita itu bisa kokoh dan kuat justru dengan kewirausahaan yang ada. Kuncinya ternyata semua
wirausahawan sejati tergantung dari masa kecilnya. Masa kecil seseorang itulah yang menentukan kualifikasi
enterpreneurship orang tersebut. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu ditolong maka bersiaplah menuai anak
yang tidak berdaya. Para pengusaha kita sedikit yang masa kecilnya susah.Saudara-saudaraku, bagi yang masih muda,
jangan bercita-cita punya pekerjaan setelah lulus. Mulai sekarang kalau saya lulus, saya ingin membuat pekerjaan, tidak
perlu melamar kemanapun. Langsung jadi Direktur Utama merangkap staf dan pegawai inti. Bangsa ini tidak akan
selesai hari ini. Mulailah tanamkan jiwa enterpreneurship pada anak-anak kita. Ingatlah pada waktu kita kecil, waktu
belajar jalan, bediri sedikit sudah jatuh. Bangkit lagi, benjol berdarah dan apakah kita putus asa ? apakah kita mengeluh
?.Potensi untuk berani bertindak sudah ada hanya orang tua yang dapat melemahkan semangat kita. Dilarang naik kursi
takut jatuh, dilarang main pisau nanti berdarah. Dia tidak pernah punya pengalaman untuk mengambil pilihan. Dia tidak
pernah punya pengalaman untuk mengetahui resiko dari tindakannya.Menyelesaikan bangsa kita sekarang bukan saja
oleh kita sekarang, dengan mempersiapkan keturunan kita juga merupakan tanggung jawab kita kepada umat ke depan.
Tidak pernah ada kata terlambat. Didik anak-anak kita dari kecil buat jadi mandiri, bebas, berani bertanggung jawab
supaya dia percaya diri.Kalau dia jatuh biarkan saja. Ini adalah membangun bangsa ini. Ini adalah membangun masa
depan umat, yaitu bagaimana para orang tua membangun anak-anaknya. Kalau mereka mau jajan harus ada
pertaruhannya, setiap rupiah harus ada perjuangannya. Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap
apa yang dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anaknya sengsaranya juga akan kembali ke orang tua. Latihlah
entrepreneurship dari uang jajan bulanan yang bertanggungjawab pemakaiannya. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan kita. Saya semenjak SD sampai SMA sudah berjualan, lulus kuliah tidak pernah mengambil ijazah sampai
sekarang. Alhamdulillah, rezeki Allah tidak kemana-mana. Allahuakbar, Allah Maha Besar sampai sekarang mampu
membangun Daarut Tauhiid sampai sebegini besar. Tapi ini benar-benar membuat keyakinan jika jiwa entrepreneurship
tertanam pada diri-diri kita, kita tidak pernah takut menghadapi situasi apapun. Kalau saja ini dikelola oleh orang-orang
yang berjiwa wirausaha yang baik pasti akan sukses. Bagaimana mungkin dengan alam yang begitu kaya kita bisa
miskin, cuma kita saja yang bodoh sampai tertipu tetangga karena kita tidak mengerti cara mengelolanya. Saudarasaudaraku
sekalian, hikmahnya yang pertama adalah hati-hati dengan masa kecil, masa muda. Para mahasiswa
sebaiknya sambil kuliah sambil cari nafkah. Pengalaman sudah harus dirintis, nantinya waktu kuliahnya sama hasilnya
akan berbeda dengan orang lain.Kedua, Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagi nabi tidak punya apa-apa,
mengapa setelah itu dapat menjadi orang kaya tanpa modal. Karena modal yang beliau punyai adalah Al-Amin yaitu
orang yang kredibel. Mulai sekarang kita harus buat track record menjadi orang yang terpercaya dalam kehidupan kita.
Modal kita itu adalah nama baik kita.Demi Allah, uang itu kecil.
Nama baiklah yang mahal. Mulai sekarang jangan pernah terpikir untuk licik. Mulut kita satu-satunya initidak boleh lagi
berdusta. Mulut ini yang membuat kita kehilangan hidup, uang,dan kehormatan kita. Jangan main-main soal bohong ini.
Biar kita diremehkan, disisihkan dan dikeluarkan karena kita jujur. Daripada kita sebaliknya karena kita tidak pernah
menikmati hidup selama kita berbohong. Cari rezeki tidak perlu bohong, Allah SWT sudah tahu kebutuhan kita
daripadakita sendiri. Tiap kita itu sudah ditentukan
rezekinya, tidak mungkin Allah menciptakan kita tanpa rezeki.Rezeki dapat dibagi menjadi tiga, yaitu rezeki yang
pertama adalah rezeki yang dijamin pasti ada, yaitu makan. Pada saat kita bayi kita tidak bisa mencari makan, apakah
kita takut. Hal ini karena kita yakin sudah dijamin. Satu kesulitan mendatangkan dua kemudahan pada saat kita hendak
terlahirkan. Ari-ari dipotong setelah itu mendapatkan makanan dari dua air susu ibu. Jadi setelah kita sebesar ini, apakah
masih takut tidak makan. Yang harus kita takuti adalah makan makanan yang kita tidak tahu halal/haramnya. Demi Allah,
kita akan ada rezekinya. Rezeki yang kedua adalah rezeki yang digantungkan. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri. Semua sudah ada ukurannya sendiri.Justru akan gawat
kalau rezeki kita sama semua. Kalau kita mencarinya di jalan Allah. Rezeki dapat, pahala dapat, barokah namanya.
Kalau mau licik boleh-boleh saja. Rezeki dapat, dosa dapat, haram namanya. Pencuri, koruptor itu maling hartanya
sendiri. Kalau dia sholeh pasti ketemu rezekinya itu. Tidak perlu pakai licik. Tidak mungkin Allah menyediakan rezeki
kalau harus pakai licik. Jujurlah pasti akan ketemu rezeki tersebut, mau kemana lagi. Ingatlah teori bayi, ketika menangis
dengan suara pelan sang ibu hanya menenangkan dan tidak memberi makan. Kemudian si bayi menangis dengan
berteriak tentu akan menarik perhatian dan ibu akan memberi makan kepadanya.Saudara-saudara,
Saya khawatir kita apes seperti ini bukan tidak ada jatah kita, tapi kita
tidak mengambilnya hanya sedikit. Jangan-jangan jatah saudara seratus juta perbulan tapi mengambilnya hanya lima
ratus ribu. Jika sudah bekerja keras itu masih belum cukup. Bekerja keras itu urusan fisik, bekerja cerdas itu urusan otak
dan bekerja ikhlas itu urusan hati. Kalau ketiganya jalan baru ketemu.Tanpa bermaksud meremehkan saudara kita
tukang becak itu tidak kurang kerja kerasnya. Karena kalau tidak didorong tidak akan maju, tapi hasilnya hanya sepuluh
ribu perhari. Tidak cukup mengandalkan otot saja, hati dan otak harus diperhatikan. Maka saudara-saudara jangan
sampai berpikir licik untuk mendapatkan rezeki, rezeki itu tidak akan kemana-mana.Rezeki yang ketiga adalah rezeki
yang dijanjikan. Kita harus jatahkan setiap mendapatkannya harus langsung dikeluarkan sedekah/zakatnya. Demi Allah,
Allah sudah berjanji barangsiapa yang ahli syukur nikmat yang ada Allah akan tambahkan. Tidak akan berkurang harta
dengan sedekah, kecuali bertambah dan bertambah. Inilah rumusnya kalau tidak mau uang kita sia-sia.Walhamdulillahi
Robbil'alamin.Dari Milis EU2002 dikirim oleh Bapak Suherman

The Entrepreneur Paradise


Baca Selengkapnya.....

Minggu, Maret 30, 2008

Emm…Investasi Properti di Bali Menggiurkan

Oleh : Dede Suryadi
Dikutip dari : http://www.swa.co.id

Pembangunan properti di Bali seperti vila, apartemen dan hotel terus menjamur, sehingga menjadi daya tarik untuk berinvestasi. Bagaimana pengalaman para investor membenamkan dananya?

Setelah tragedi bom 12 Oktober 2002 yang disusul pada 1 Oktober 2005, Bali terus menggeliat dan kembali menjadi incaran wisatawan mancanegara karena pesona alam dan budayanya yang memikat. Sejalan dengan itu, pembangunan propertinya pun terus menjamur, mulai dari vila, hotel, mal, hingga apartemen atau kondominium dan hotel (kondotel). Pemerintah pun turut andil memperbaiki dan mempromosikan Pulau Dewata dengan gencar. Berdasarkan penelusuran riset SWA, diperkirakan kapitalisasi proyek properti di Bali berkisar Rp 3-7 triliun. Sedikitnya 711 proyek properti telah dibangun. Tahun lalu saja, tercatat 30 proyek properti sedang dibangun. Lokasi favoritnya di Kuta, Jimbaran, Uluwatu, Ungaran, Seminyak, Nusa Dua dan Ubud.

Sejumlah pengembang pun turut andil dalam kancah bisnis properti di Bali, termasuk pengembang dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Belanda, Australia, Thailand dan Singapura. Mereka bersaing dengan membangun proyek properti yang wah dengan harga selangit. Apartemen SunWel Beach Residences di Gianyar, atau Panorama Bali Resort & Spa, dan Outrigger O-CE-N Resort di Legian merupakan contoh proyek properti garapan asing.

Sementara itu, para pemain dari dalam negeri, sebut saja PT Samudra Asia Nasional (anak perusahaan PT Bakrieland Development Tbk.), sedang membangun kondotel di Kuta bernama Legian Nirwana Suite. Dikabarkan, investasi yang dibenamkan mencapai Rp 225 miliar untuk membangun 300 unit kondotel lima lantai. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 900 juta-2,5 miliar per unit. Lalu ada PT Citra Raya Surabaya (anak perusahaan Grup Ciputra) yang membangun Vila Pat Mase di Jimbaran dengan operatornya dari Swiss Belhotel.

Ada lagi PT Seminyak Suites Development, yang membangun 59 unit kondotel eksklusif bernama Anantara. Harga yang ditawarkan mulai dari US$ 300 ribu per unit dengan hak kepemilikan strata title. Tak ketinggalan Grup Nikki milik Putu Surya tengah mengembangkan Nikki Square, kondotel terdiri 292 unit dan dioperasikan oleh jaringan Aston International mulai April nanti. Dibangun di atas tanah seluas 20 ribu m2 di tengah kota Denpasar, Nikki Square akan dilengkapi ballroom terbesar di Bali, pusat perdagangan dan fasilitas hotel berbintang lainnya.

Menurut Putu, pihaknya sudah menghentikan penjualan sejak November 2007, karena 70% unit dengan luas minimum 40 m2 yang ditawarkan seharga Rp 10-12,5 juta/m2 sudah laku terjual. Sisanya yang 30% akan tetap dimiliki sendiri untuk mengantisipasi bila kerja sama dengan Aston selesai, pihaknya masih bisa mengoperasikan sendiri. Putu pun bakal membangun 150 unit lagi untuk Nikki Square tahap kedua. Bahkan, Putu juga sedang membangun 150 vila di kawasan wisata Bedugul yang pembangunannya sudah mencapai 50%.

Selain itu, Putu tengah membangun pula 250 unit kondotel di kawasan Jimbaran dekat Patung Garuda Wisnu Kencana yang merupakan lokasi utama (prime location). Proyek propertinya ini direncanakan bisa menyasar pangsa pasar yang lebih luas dibanding proyeknya di Denpasar. Selain sebagai pemegang saham mayoritas di tiga proyek tersebut, Putu juga ikut bergabung bersama teman-temannya membangun Bali Kuta Residence dan Royal Bali Tower masing-masing 250 unit di daerah Kuta. “Sesama pengusaha Bali kami saling menguatkan,” ujar Putu, yang juga berbisnis di bidang hotel, pendidikan dan rumah sakit.

Diakuinya, Bali saat ini sudah dipenuhi pembangunan apartemen. Ia menyebut pemain lainnya, misalnya, Grand Kuta Apartment, Bali Nirwana Resort (BNR) milik Bakrie dan St Regis, diperkirakan apartemen yang ditawarkan mencapai 2.000 unit hingga akhir 2008. Meskipun begitu, menurutnya, penawaran itu belum menjadikan persaingan sangat ketat, sebab pangsa pasar yang disasar pun cukup beragam. Putu, misalnya, mematok harga berkisar Rp 10-12,5 juta/m2, sedangkan di BNR Rp 15-20 juta/m2.

Haryanto, pembeli apartemen di Nikki Residence, mengatakan, dirinya tertarik membeli apartemen itu karena berada di pusat kota di Kuta, dan operatornya Aston yang sudah teruji. “Intinya, saya ingin berinvestasi, tapi tidak merepotkan karena ada yang mengurus,” ia menyimpulkan. Tak tanggung-tanggung, di Nikki, Hari – nama panggilan Haryanto – membeli empat unit dengan harga masing-masing Rp 600 juta/unit. Skema pembayarannya pun menarik. Selain menggunakan kredit kepemilikan apartemen dari bank dan bayar tunai, manajemen Nikki juga menawarkan skema pembayaran 50% tunai dan sisanya diangsur dari hasil penyewaan kamar.

Nah, Hari memilih cara ketiga. Pada saat awal, ia membayar sekitar Rp 1,2 miliar dan sisanya Rp 1,2 miliar akan dibayar dari hasil penyewaan selama 10 tahun. Harga sewa per unit adalah Rp 500-750 ribu/malam, sekelas hotel bintang empat. Biasanya apartemen jenis ini disewa kalangan bule untuk jangka panjang. Memang, selama 10 tahun ke depan tidak ada uang yang masuk ke kantong Hari. Akan tetapi, jangan salah, harga kondotel ini terus naik. “Saat beli November 2007 harga Rp 600 juta per unit, saat ini sudah Rp 720 juta per unit,” ujarnya senang. Pengusaha asal Jakarta ini pun berencana, kalau dalam dua-tiga tahun sudah mencapai di atas Rp 1 miliar, ia siap menjual apartemennya itu.

Alasan ini juga yang mendasari Kadek Suyasa Jaya dan H. Mohamad Raif untuk membeli apartemen Nikki. Selain dari hasil penyewaan yang menguntungkan, para pemilik mempunyai opsi dapat memakai apartemen itu beberapa hari dalam satu tahun. Lokasi yang strategis dipakai alasan Raif – yang juga pedagang antarpulau – sebagai pertimbangan saat memutuskan bergabung di Nikki. Raif berencana hendak memanfaatkan kondotelnya saat harus menjamu rekan-rekan bisnisnya yang berkunjung ke Bali. Sebagai investasi, “Nikki cukup menggiurkan dibanding apartemen yang dibangun pengembang lain,” kata Raif. Makanya, ia berencana hendak menambah unitnya lagi bila ada pembangunan Nikki tahap kedua, atau mencari lokasi lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Intan Aprilia, konsultan dan agen properti yang sering menangani klien orang Indonesia dan asing di Bali, memetakan karakter investor terutama orang asing. Menurutnya, orang asing akan suka tinggal di Bali di tempat-tempat yang juga banyak warga atau komunitas asingnya. Seperti para pekerja asing yang tinggal di Bali, mereka akan cenderung memilih daerah Seminyak ke arah Tabanan, karena di kawasan ini banyak klub dan ada sekolah internasional, plus hamparan pantainya yang memikat. Dan, untuk kelas elitenya, mereka lebih memilih di Jimbaran. Sementara orang asing yang suka dengan nuansa pegunungan akan memilih daerah Ubud. “Selain kondotel, vila atau town house juga jadi pilihan menarik untuk investasi,” tutur pemilik Global Intan Service ini.

Intan mencontohkan, seorang investor dari Dubai pada awal 2007 membeli vila di Seminyak dengan luas bangunan 300 m2/luas tanah 400 m2, meliputi tiga kamar tidur dan ada kolam renangnya, seharga US$ 240 ribu. Kalau ukuran hotel, vila ini kelas bintang lima. Lalu, kurang dari setahun dijual dengan harga US$ 360 ribu. “Net profit yang diperoleh US$ 80 ribu karena ada potongan pajak dan lainnya,” katanya.

Berbicara soal vila, seorang investor – sebut saja Imelda – mengaku sudah cukup lama memiliki sejumlah vila di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini. Vilanya itu berada di Kuta, Seminyak dan Tabanan – ada yang dibeli Imelda dengan cara takeover dari pemilik sebelumnya karena tidak bisa mengelolanya, bangunannya belum jadi, sudah usang, atau kurang bagus penataan eksterior-interiornya. Biasanya, tanah vilanya itu sifatnya build operation transfer (BOT) selama sekian tahun. “Kalau membangun dari awal bisa lebih mahal, butuh investasi sangat tinggi,” katanya seraya menjelaskan bahwa untuk perbaikan ini butuh dana Rp 300-400 juta, tergantung pada kondisi vilanya.

Nah, vilanya itu ia sewakan ke orang asing untuk jangka panjang. Biasanya mereka bekerja atau membuka usaha di Bali. Sewanya berkisar Rp 60-50 juta per tahun atau bisa US$ 150 per hari. “Dengan sewa ini bisa kembali modal,” tuturnya. Dan, kalau vila itu dijual, return yang diperoleh bisa mencapai 30%-40% dalam tempo satu-dua tahun. “Tapi ini tergantung pada lokasi,” ia menegaskan.

Memang investasi properti di Bali cukup menggiurkan, asalkan tahu trik membeli dan mengelolanya. Ali Hanafiah, pengamat properti memberi masukan. Pertama, soal status tanah perlu diperhatikan, apakah BOT atau hak milik, baik untuk vila maupun kondotel. Jika sistem BOT, berarti investor hanya membeli bangunannya karena tanahnya biasanya milik negara. Hal ini banyak terjadi di Nusa Dua. Maka, hasil investasinya hanya dari penyewaan, atau dari bangunannya yang kemudian dijual lagi. Namun ingat, bangunan itu ada nilai penyusutannya. Maka harus jelas, kalau BOT-nya sudah selesai, apa rencana selanjutnya. Ini bisa ditanyakan pada pihak pengembang.

Nah, bagi yang tanahnya BOT, misalnya 30 tahun, Ali punya hitung-hitungannya. Menurutnya, maksimum investasi harus kembali modal (BEP) sektiar 7 tahun. Dengan demikian, minimum return yang diperoleh 15% (bersih) per tahun – sudah dipotong pajak, komisi dan lainnya. Hitungan 7 tahun itu standar umum untuk investasi penyewaan properti, sebab investor tidak punya aset. Setelah 7 tahun barulah investor menikmati keuntungannya dari hasil penyewaan. ”Kalau tidak bisa untung ngapain berinvestasi,” ungkapnya.

Lalu, kalau tanahnya bersifat hak milik strata title di atas Hak Guna Bangunan, berarti tanahnya dimiliki oleh investor, atau kalau kondotel dimiliki bersama-sama. Jika nanti bangunannya sudah tua, bisa dibangun kembali bersama-sama pula. Untuk kasus tanah jenis ini, Ali memberi masukan, untuk bisa BEP maksimum 10 tahun dengan return minimum 10% per tahun.

Supaya return bisa maksimum, yang perlu juga diperhatikan, pertama, lokasinya harus strategis seperti Kuta, Jimbaran, Seminyak, Legian, Nusa Dua. Khusus untuk kondotel kisaran harganya bervariasi. Seperti di Nusa Dua berkisar Rp 15-20 juta/m2; di Kuta Rp 8-12 juta/m2; dan yang dekat pantai bisa mencapai Rp 15 juta/m2. Jimbaran, Legian, Seminyak harganya sama dengan di Kuta. Namun di Seminyak ada yang Rp 36 juta/m2 seperti yang ditawarkan oleh Apartemen Anantara dengan operatornya dari Thailand. Sementara untuk vila, harganya bisa lebih mahal lagi. “Untuk ukuran Bali, harga segitu relatif tidak mahal kalau untuk investasi, sebab tingkat huniannya tinggi selama situasinya tetap aman tidak ada bom,” ungkap Prinsipal Century 21 ini.

Kedua, lihat siapa operator atau pengelola kondotel/vila yang mau dibeli. “Sekarang, operator yang sedang diminati adalah Accord, Ascot dan Swiss Belt,” ia menginformasikan. Ketiga, siapa pengembangnya. Tentunya, investor harus mencari pengembang yang kredibel, berpengalaman, dan memiliki banyak jaringan. Saat ini pengembang besar pun sudah merambah Bali, seperti Grup Bakrie, Ciputra dan Agung Podomoro.

Satu hal lagi, bila ingin menggunakan konsultan atau agen properti, cari yang kredibel. Tak jarang karena salah pilih agen, alih-alih ingin berinvestasi untuk cari untung malah jadi buntung. Tak jarang ada oknum nakal yang menjual tanah di area abu-abu (grey area), seperti tanah sengketa atau tanah milik negara. Akan tetapi, ketika bangunan sudah jadi, terjadi pembongkaran secara paksa. Jadi, kendati investasi properti di Pulau Bali sangat menggiurkan, investor mesti tahu trik-triknya.


Baca Selengkapnya.....

Berkontribusilah Dalam Hidup Anda

Sumber Data : http://milis-bicara.blogspot.com
"Don't ask what the community can give you, but ask yourself what
you can contribute to the community... (and the money will follow by
itself)"

Terjemahan:
"Jangan bertanya apa yang dapat diberikan oleh suatu komunitas
pada Anda, tapi tanyakan diri Anda sendiri, apa yang dapat Anda
kontribusikan pada masyarakat, dan uang/kesuksesan niscaya
akan mengikuti dengan sendirinya"

Begitu banyak individu yang selalu menanyakan terlebih dahulu apa yang bisa
diperoleh, atau apa yang akan ia terima bila mengerjakan sebuah tugas. Dan
kebanyakan dari mereka berakhir tanpa mengerjakan apa-apa. Sebaliknya,
orang sukses biasa mengerjakan terlebih dahulu hal-hal yang memang menjadi
amanatnya, dengan sepenuh hati dan dengan semangat kerja keras, yang
biasanya akan berakhir dengan hasil yang lebih daripada apa yang seharusnya
ia terima.

Banyak pihak juga menyalah-artikan proses diperolehnya kekayaan atau
kesuksesan dengan meng'out-smart' atau mengalahkan pihak lain, sebagai
contoh berdagang dengan mengambil keuntungan sebesar-besarnya sehingga
merugikan orang lain, menekan gaji karyawan serendah-rendahnya sehingga
tidak tercapainya kemakmuran minimum, dan lain-lain.
Padalah hakikat dari sebuah kesuksesan adalah seberapa berhasil seseorang
dapat berkontribusi bagi masyarakat... bagaimana seseorang dapat
meningkatkan kualitas hidup orang banyak... dan bagaimana agar dapat
memberikan kemudahan hidup bagi lebih banyak orang, dan bukanlah
sebaliknya. Coba perhatikan baik individu maupun institusi yang berkembang
pesat dan sukses, maka Anda akan dapat menemukan bahwa dibalik
kesuksesan mereka, diketahui bahwa pihak mereka memberikan kontribusi
yang besar bagi masyarakat.

Jadi, berkontribusilah seoptimal mungkin dan tingkatkan kualitas hidup
orang banyak, niscaya kesuksesan akan datang pada Anda dengan
sendirinya...

Baca Selengkapnya.....

Kamis, Maret 27, 2008

DEPUTI GUBERNUR BI BUAH KADERISASI YANG CUKUP MUMPUNI

Sumber Data : http://www.infobanknews.com

InfoBankNews.com, Dua Deputi Guburnur BI memiliki kapasitas di bidang masing-masing. Budi Mulya unggul di moneter, Ardhayadi cukup menonjol di perbankan. Dua calon yang tertunda siap bersaing pada 2008. BI ingin menjadikan Dewan Gubernur sebagai the dream team. Tb. Rully Ferdian

SUDAH bisa diprediksi sebelumnya, Budi Mulya dan Ardhayadi Mitroatmodjo akan menduduki posisi Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk masa jabatan 2007 hingga 2012. Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) yang melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap para colon Deputi Gubernur BI mengumandanglan kor yang sama terhadap para calon Deputi Gubernur BI.

Bahkan, proses berlangsungnya pemilihan juga terbilang cepat dalam sejarah pemilihan calon Deputi Gubernur BI. Terpilihnya Budi Mulya dan Ardhayadi memang tidak terlepas dari pengalaman keduanya yang pernah ikut dalam pemilihan Deputi Gubernur BI pada 2006. Saat itu, Budi Mulya dikalahkan Muliaman D. Hadad, sedangkan Ardhayadi dikalahkan Budi Rochadi. Begitu pula dengan Siti Ch. Fajrijah yang terpilih secara aklamasi saat bersaing melawan Krisna Wijaya pada 2005. Sebelumnya, Siti Ch. Fajrijah pernah gagal dalam pemilihan Deputi Gubernur BI.

Rutinitas seperti ini masih tetap akan berlangsung pada pemilihan Deputi Gubernur BI mendatang. Calon yang sempat tertunda, seperti Made Sukada dan Kusumaningtuti, yang masing-masing kalah saat berhadapan dengan Budi Mulya dan Ardhayadi, masih bisa bersabar untuk menjadi Deputi Gubernur BI.

Budi Mulya, yang kini menjabat Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI, akan menggantikan Aslim Tadjuddin sebagai Deputi Gubernur Bidang Moneter. Sedangkan, Ardhayadi yang menjabat Direktur Pengawasan Bank 2 BI menggantikan Bun Bunan Hutapea sebagai Deputi Gubernur Bidang Manajemen Internal.

Ketua Komisi XI DPR RI, Awal Kusumah, mengatakan, Made Sukada dan Kusumaningtuti dapat memasuki uji kelayakan dan kepatutan pada 2008. “Kelihatannya ada kesinambungan kader. Jadi, mereka adalah bagian yang dipersiapkan untuk memasuki arena 2008,” ujarnya.

Kaderisasi di BI memang cukup mumpuni. Apalagi, kader-kadernya memiliki kepiawaian dalam bidang moneter dan perbankan, yang menjadi tugas utama BI. Mereka tentu sudah disiapkan melanjutkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan BI. Budi Mulya, misalnya, dinilai sebagai arsitek moneter terbaik yang dimiliki BI. Dia pernah menjabat sebagai Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter BI pada 2003 hingga Februari 2006.

Dalam curriculum vitae (CV)-nya, daftar pendidikan informal suami Anne S. Mulya ini cukup banyak mencantumkan pendidikan dalam bidang keuangan dan moneter. Bahkan, sarjana ekonomi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, ini termasuk salah satu tokoh yang menelurkan kerangka kebijakan moneter inflation targeting framework (ITF), yang resmi diberlakukan pada Juli 2005.

Ketika menyampaikan visi dan misinya, ayah satu putri dan satu putra ini mengatakan, BI dapat secara best pratices internasional konsisten melaksanakan kebijakan moneter, terutama operasi pasar terbuka (OPT) dan mengoptimalkan pasar keuangan menjadi efisien dan likuid. Hal itu yang harus serius diupayakan dalam berbagai kegiatan karena punya dampak positif terhadap kebijakan moneter, sehingga kebijakan moneter bisa efisien jika pasar keuangannya juga efisien.

Menurut Budi, pasar keuangan yang efisien dan likuid tercermin dalam jumlah instrumen dan peserta pasar yang cukup. Misalnya, saat penerbitan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) oleh pemerintah. Itu satu langkah koordinasi pemerintah dengan BI untuk menciptakan pasar keuangan yang likuid. Soalnya, beragamnya instrumen dan pihak yang terkait di dalamnya bisa menekan biaya. Sehingga, ada efisiensi dari para pihak yang ingin mengerahkan dana melalui pasar keuangan.

Pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, 29 Juli 1954, ini meniti karier di BI pada 1980 sebagai staf bagian neraca pembayaran, urusan ekonomi, dan statistik. Pada 1983, penggemar olahraga golf ini berhasil menyelesaikan studinya di bidang ekonomi di University of Colorado, Boulder, Colorado, Amerika Serikat (AS). Di negara yang sama, pada 1985, Budi Mulya juga menempuh pendidikan master of science in economics di University of Illinois.

Sementara itu, nama Ardhayadi memang tidak sepopuler Budi Mulya. Maklum, sebelum menjadi Direktur Pengawasan Perbankan 2 BI, sejak 2003, dia sempat menjadi nakhoda untuk perwakilan BI di Eropa. Tapi, jauh-jauh hari, Ardhayadi memang sudah dipersiapkan untuk menduduki Deputi Gubernur BI. Jabatan Direktur Pengawasan Perbankan 2 BI yang baru saja diembannya hanya semacam batu loncatan untuk menduduki posisi puncak.

Ardhayadi dikenal pandai dalam menangani keuangan internal. Tidak salah jika dia terpilih sebagai Deputi Gubernur BI Bidang Manajemen Internal. Apalagi, dia pernah menjadi Direktur Keuangan Intern BI selama 2003-2004. Begitu pula di bidang perbankan, berbagai pengalaman pernah dienyam selama beberapa tahun berkiprah di pengawasan perbankan.

Dalam uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi XI DPR RI, mahasiswa teladan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 1971 yang lulus sarjana akuntansi pada 1976 ini mengatakan, BI harus mampu menjaga ketahanan perekonomian dan sistem keuangan nasional dalam menghadapi perubahan dan dinamika pasar keuangan serta gejolak perekonomian dunia. Dia juga mengatakan, terjadinya permasalahan US subprime mortgage yang berdampak pada kesulitan likuiditas memicu gejolak harga di pasar saham dan keuangan internasional.

“Tantangan yang dihadapi pemerintah selaku (pemangku) otoritas fiskal dan sektor riil seakan kompleks dalam menghadapi arus dan proses globalisasi. Untuk ke depan, koordinasi (pemangku) otoritas moneter dan pemerintah menjadi sangat penting,” tegasnya.

Dalam hal keuangan, Ardhayadi mengatakan, pengembangan pembentukan lembaga keuangan, khususnya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perlu supaya dapat diarahkan untuk memperkuat ketahanan perekonomian nasional. “Menghadapi globalisasi keuangan dewasa ini, maka ekonomi Indonesia memerlukan lembaga keuangan yang khusus dibentuk untuk melayani UMKM,” ujarnya.

Pria kelahiran Yogyakarta, 2 Februari 1952, ini sempat beberapa kali menjadi direktur di BI. Selama 2000-2001, misalnya, dia menjadi Direktur Pemeriksaan Bank Pemerintah dan 2001 hingga 2002 menjadi Direktur Pimpinan Bank Indonesia/Koordinator Kantor Bank Indonesia Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada 2002 hingga 2003, dia kembali menjadi Direktur Pemeriksaan Bank Pemerintah, 2003 hingga 2004 menduduki jabatan Kepala Kantor Perwakilan BI di Eropa, dan 2003 hingga 2004 menjadi Direktur Keuangan Intern. Pada 2004 hingga 2007, dia kembali menjadi Kepala Kantor Perwakilan BI di Eropa. Dia juga pernah menjabat Direktur Pengawasan Bank 2 pada 2007.

Ardhayadi memulai karier di BI sejak 1978. Dia meraih gelar master of arts in development banking dari University of American, Washington DC, AS, pada 1986. Kini, dia masih sempat meluangkan waktunya untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Ardhayadi juga pernah tercatat sebagai staf di kantor akuntan (1974-1976), Kantor Pusat Bank Tabungan Negara (BTN) (1977), dan analis underwritter di PT Danareksa Jakarta (1978).



Baca Selengkapnya.....

Investor Retail Masih Kuasai ORI di Pasar Sekunder


Sumber Data : http://www.infobanknews.com
JAKARTA--: Kepemilikan Obligasi Negara Republik Indonesia (ORI) Seri ORI001-ORI003 setengahnya masih dipegang investor individu (ritel) pasca dicatatkan di pasar sekunder.


Hal itu membuat kepentingan investor ritel dapat terjaga, jika sewaktu-waktu akan menjual ORI-nya

Pelaksana Tugas Direktur Direktorat Surat Berharga Negara (SBN) Bimantara Widyajala menyatakan komposisi kepemilikan ORI001 pasca pencatatan di lantai bursa sebanyak 41% dipegang oleh investor ritel. Sedangkan sisa 59% di pegang oleh institusi keuangan seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perbankan.



Pada portofolio ORI002 sebanyak 42% dipegang oleh investor ritel, dan sisanya dimiliki oleh institusi keuangan. Sedangkan ORI003, sebanyak 50% dimiliki oleh investor ritel, dan selebihnya institusi keuangan.



"Kita menginginkan pasar stabil, dengan ditopang oleh suplai di pasar sekunder. Dengan begitu, kepentingan investor ritel dapat terjaga, jika sewaktu-waktu akan menjual ORI-nya," ujar Bimantara di sela-sela Pencatatan Perdana ORI004 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (13/3).



Ia mengatakan, porsi ORI semakin penting sebagai sumber pembiayaan dalam negeri dari masyarakat. Apalagi, dari sisi investasi akan memberikan manfaat pada masyarakat secara keseluruhan.



"Untuk mengembangkan pasar ORI, Departemen Keuangan dan lembaga self regulatory organization (SRO) akan terus-menerus melakukan sosialisasi kepada masyarakat," ungkapnya.



Ia menjelaskan, jumlah investor ORI001 mencapai 16.561 orang. Di ORI002 terjaring 10.327 insvetor baru, dan di ORI003 terjaring 16.692 investor baru. Untuk ORI004 yang baru dicatatkan, investor banrunya mencapai 26.890 orang. Total investor ORI001-ORI004 mencapai 69,669 investor.



Sedangkan investor ritel yang selalu melakukan pembelian dari ORI001-ORI004 mencapai 497 orang.



Sementara, dalam pencatatan perdananya di BEI, harga ORI004 mengalami kenaikan tipis didorong oleh transaksi di luar bursa (Over the Counter). Harga tertinggi ORI004 pada awal-awal perdagangannya di pasar sekunder tertinggi sebesar 100,35%, dan terendah 100%. Harga ORI pernah di bawah par, pada saat Juni-Juli 2007 lalu, yaitu sebesar 99%. "Itu akibat adanya krisis subprime mortagage. Tetapi, itu hanya berlangsung seminggu," tutur Direktur Fixed Income dan Perdagangn Derivatif BEI, T Guntur Pasaribu.



Pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada 12 April 2008 dan pembayaran bunga tanggal 12 setiap bulan. Jenis bunga tetap dengan tingkat bunga 9,50% per tahun dan jatuh tempo pada 12 Maret 2012. (DW/OL-2/eq)



Baca Selengkapnya.....

Selasa, Maret 25, 2008

Kepemimpinan yang Melayani

Dikutip dari : http://www.sinarharapan.co.id

Topik Mandiri kali ini sengaja dipilih untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan yang sejati. Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant leadership) ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul Leadership by The Book (LTB). Ken Blanchard adalah juga co-author dari buku-buku manajemen yang sangat laris, seperti The One Minute Manager, Raving Fans, Gung Ho, dan Everyone’s Coach. Buku LTB mengisahkan tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).


Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:
Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di republik ini.
Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.
Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)
Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.


Baca Selengkapnya.....

Minggu, Maret 23, 2008

SIKAP SEORANG PEMIMPIN

Oleh: Nilna Iqbal
Dikutip dari : http://www.pembelajar.com
Sebagian kita adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.
Jika Anda punya satu orang anggota saja, maka Anda adalah seorang pemimpin.

Dalam bukunya yang amat terkenal, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda, John C. Maxwell berkata, “Mengubah pemimpin berarti mengubah organisasi. Menumbuhkan pemimpin, menumbuhkan organisasi.”

Artinya? Perusahaan atau organisasi tidak akan berubah dan tidak akan berjalan ke arah yang dicita-citakan, apabila para pemimpinnya sendiri, di bagian apa pun, tidak berubah dan tidak tumbuh. Sebuah organisasi tidak bisa tumbuh di luar sampai para pemimpinnya sendiri tumbuh di dalam.

Jika seluruh unit kepemimpinan berubah secara positif, maka pertumbuhan organisasi atau perusahaan akan terjadi secara otomatis. Pemimpin yang lemah sama dengan organisasi yang lemah. Pemimpin yang kuat sama dengan organisasi yang kuat. Segala-galanya akan naik atau turun, sesuai dengan kekuatan kepemimpinan.

Kita mungkin juga bisa sepakat bahwa perbedaan antara perusahaan yang baik dengan perusahaan yang hebat juga adalah kepemimpinan. Apakah Anda bersedia jadi pemimpin yang hebat?

Syaratnya, mau berubah! Apa ada pemimpin yang menolak perubahan? Banyak…! Perlawanan terhadap perubahan adalah sesuatu yang universal sifatnya, menyerang semua kelas dan budaya. Sekalipun sudah ditunjukkan berbagai fakta kebenaran dan bukti nyata, tetap saja banyak pemimpin yang tidak mau mengubah sikap dan pikirannya.

Maxwell mengambil sebuah kisah yang amat menarik tentang Henry Ford yang gagal memimpin dunia otomotif lantaran ia tidak mau berubah, seperti yang dilukiskan dalam biografi Robert Lacy yang laris, Ford: The Man and the Machine. Lacy mengatakan Ford adalah orang yang begitu mencintai mobil model T yang diciptakannya sehingga ia tidak mau mengubah satu baut pun pada mobil itu. Dia bahkan mendepak William Knudsen, karena Knudsen berpikir dia melihat kemerosotan Model T.

Itu terjadi tahun 1912, ketika Model T baru berumur empat tahun dan sedang berada di puncak popularitasnya. Saat itu Ford baru saja kembali dari perjalanan pesiar di Eropa, dan dia pergi ke garasi Highland Park, Michigan, dan melihat rancangan baru yang diciptakan Knudsen.

Para montir yang ada di sana mencatat bagaimana Ford sesaat menjadi mata gelap. Dia memandangi kilatan cat merah pada versi Model T yang rendah yang dianggapnya sebagai versi yang buruk dari rancangan Model T yang disayanginya. “Ford memasukkan tangan ke dalam sakunya, dan dia berjalan mengelilingi mobil tiga atau empat kali,” kata para saksi mata menceritakan. “Itu adalah mobil empat pintu, dan atapnya diturunkan. Akhirnya, dia pergi ke sisi kiri mobil, dan dia mengeluarkan tangannya, memegang pintu, dan gubrak! Dia merenggutkan pintu sampai copot! … Bagaimana orang itu melakukannya, saya tidak tahu! Dia melompat masuk, dan gubrak! Copot pula pintu lainnya. Hancurlah kaca depan. Dia melompat ke jok belakang dan mulai memukuli atap. Dia merobek atap dengan tumit sepatunya. Dia menghancurkan mobil sebisa-bisanya.”

Knudsen keluar dan pergi ke General Motors. Henry Ford terus memelihara Model T. Tetapi perubahan desain dalam model pesaing membuatnya menjadi lebih kuno daripada yang diakuinya. Kendati General Motor mengancam akan mendahului Ford, sang pencipta tetap menginginkan kehidupan membeku di tempatnya.

Contoh berikut pun cukup menarik. Selama berabad-abad orang percaya bahwa Aristoteles benar, dengan teorinya: bahwa semakin berat suatu benda, semakin cepat benda itu jatuh ke tanah. Pada waktu itu Aristoteles dipandang sebagai pemikir terbesar sepanjang zaman dan karena itu tentu saja dia tidak mungkin salah. Padahal yang diperlukan hanyalah seorang yang berani untuk mengambil dua buah benda, yang satu berat dan lainnya ringan, lalu menjatuhkannya dari ketinggian yang cukup untuk melihat apakah benda yang berat memang jatuh lebih dahulu atau tidak. Tetapi saat itu tidak ada orang yang tampil ke depan sampai hampir 2000 tahun setelah kematiannya.

Pada tahun 1589, Galileo memanggil para profesor yang terpelajar ke landasan Menara Miring Pisa. Kemudian dia naik ke puncak dan mendorong jatuh dua buah beban, yang satu seberat sepuluh pon dan yang lainnya satu pon. Hasilnya, keduanya ternyata mendarat pada saat yang sama!

Apa kata para profesor? Karena mereka tetap yakin dengan kekuatan kebijaksanaan konvensional yang demikian kokoh bersemayam dalam diri mereka, para profesor itu tetap menyangkal apa yang mereka lihat. Mereka tetap mengatakan bahwa Aristoteles benar, lalu lemparkan Galileo ke penjara dan melewatkan sisa hidupnya dalam tahanan rumah.

Pertanyaannya, masih adakah sesuatu yang begitu kuat Anda yakini sehingga sekalipun sudah berulang kali diperlihatkan fakta-fakta betapa pentingnya kita segera berubah, tetap saja Anda tidak mau berubah?

Karena itulah, Howard Hendrick, dalam Teaching to Change Lives mengingatkan: Kalau Anda ingin terus memimpin, maka Anda harus berubah. Begitu para pemimpin secara pribadi mau berubah dan mulai melakukannya, maka segala sesuatu yang berada dalam tanggung jawabnya pasti segera berubah. Para pemimpin adalah motor perubahan, dan karena itu ia harus berada di depan untuk menggerakkan perubahan dan mendorong pertumbuhan serta menunjukkan jalan untuk mencapainya.

Tapi terkadang ada pula sebagian pemimpin kita yang mungkin berperilaku seperti Lucy dalam kartun “Peanuts”. Sambil menyandar ke pagar ia berkata pada Charlie Brown, “Saya ingin mengubah dunia.” Charlie bertanya, “Darimana kamu akan memulai?” Lucy menjawab, “Saya akan mulai dengan kamu!”

Para pemimpin yang ada di seluruh bagian perusahaan di mana pun ia berada, harus mampu menjadi motor perubahan. “Mereka harus lebih menjadi termostat daripada termometer,” kata Maxwell, dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan di Sekeliling Anda.

Apa bedanya? Kedua alat ini memang sama-sama bisa mengukur panas, tapi ada bedanya. Termometer bersifat pasif. Ia hanya mencatat suhu lingkungan tetapi tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah lingkungan. Termostat adalah alat yang aktif. Alat ini menentukan akan menjadi apa sebuah lingkungan. Termostat mempengaruhi perubahan supaya bisa menciptakan iklim. Pemimpin yang baik, mampu menjadi motor perubahan yang menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan cita-cita perusahaan.

Perubahan Apa?
John C. Maxwell dalam buku The Winning Attitude menggambarkan, “Orang berubah ketika mereka cukup sakit sehingga harus berubah; cukup belajar sehingga ingin berubah; cukup menerima sehingga mereka bisa berubah.” Karena itu para pemimpin perlu mengenali siapa-siapa saja orang-orangnya yang berada dalam salah satu dari tiga tahap ini. Sedangkan para pemimpin puncak akan menciptakan suasana yang menyebabkan salah satu dari tiga hal ini terjadi.

Apa yang pertama dan utama sekali perlu diubah oleh para pemimpin, sehingga ia mampu menciptakan suasana yang akan mendorong orang lain ikut berubah?

Maxwell, mengajarkan:
Pertama, pemimpin harus mengembangkan kepercayaan dengan orang lain. Kalau anggota tim percaya kepada pemimpin, itu sudah lumayan hebat. Akan tetapi jauh lebih hebat lagi jika justru pemimpin yang percaya kepada para anggotanya. Bila ini benar-benar terjadi, kepercayaan adalah hasilnya, maka semua pun akan mengikuti. Abraham Lincoln berkata, “Kalau Anda ingin merebut hati seseorang agar mendukung perjuangan Anda, mula-mula yakinkan dia bahwa Anda sahabatnya yang sejati. Lalu selidikilah apa yang ingin dicapainya.” Ujian praktis bagi seorang pemimpin adalah pertanyaan, “Bagaimana hubungan Anda dengan para pengikut Anda?” Kalau hubungannya positif, maka pemimpin itu telah siap untuk mengambil langkah-langkah berikutnya.

Kedua, pemimpin harus membuat perubahan pribadi pada dirinya sendiri, sebelum meminta orang lain berubah. Para pemimpin sukses bukan hanya mengatakan apa yang harus dilakukan, mereka memperlihatkannya! Orang meniru apa yang mereka lihat dari sang pemimpin. Apa yang dihargainya akan dihargai pula oleh anak buahnya. Tujuan pemimpin menjadi tujuan mereka. Lee Iacocca berkata, “Kecepatan bos adalah kecepatan tim.” Kita perlu ingat bahwa kalau orang mengikuti kita, mereka hanya bisa pergi sejauh kita pergi. Kalau pertumbuhan kita berhenti, kemampuan kita untuk memimpin pun akan berhenti. Karena itu mulailah belajar dan tumbuh sejak hari ini, maka lihatlah mereka yang ada di sekeliling Anda, mereka pun ternyata tumbuh dan berubah. Ambil contoh saja, mulailah menghilangkan sikap takut mengatakan hal-hal yang tidak ingin didengar oleh atasan Anda. Sebagai pemimpin Anda harus melaporkan dan menyampaikan apa yang perlu anda laporkan, bukan apa yang sebaiknya dilaporkan. Lalu rangsanglah anggota organisasi anda untuk berani pula menyampaikan apa yang perlu Anda dengar, bukan apa yang ingin anda dengar.

Ketiga, perlihatkan kepada tim anda bagaimana perubahan itu sebenarnya akan sangat menguntungkan bagi mereka. Sebab perubahan yang sedang kita lakukan saat ini adalah jalan terbaik bagi seluruh pihak, demi masa depan semua orang, bukan bagi Anda sebagai pimpinannya. Kepentingan orang banyak itulah yang harus didahulukan.

Keempat, beri mereka andil kepemilikan atas perubahan itu. Kalau orang kurang ikut memiliki suatu gagasan, mereka biasanya menentangnya, bahkan seandainya pun gagasan itu sebetulnya untuk kepentingan mereka yang terbaik! Pemimpin yang bijaksana memungkinkan pengikut bisa memberikan masukan dan menjadi bagian dari proses perubahan. Tanpa rasa memiliki ini, perubahan hanya akan berjangka pendek. Mengubah kebiasaan dan cara berpikir orang banyak seperti menulis perintah di atas salju dalam badai. Setiap duapuluh menit perintah harus ditulis kembali, kecuali kalau kepemilikan diberikan bersama dengan perintah.

Karena itu, kata Trusell dalam Helping Employees Cope with Change: A Manager’s GuideBook, “Tunjukkan kepada orang lain bagaimana perubahan akan menguntungkan mereka. Mintalah mereka untuk berperan serta dalam semua tahap proses perubahan. Bersikaplah lentur, terbuka, dan bisa menyesuaikan diri sepanjang proses perubahan. Akuilah kesalahan dan buatlah perubahan kalau sesuai dengan keadaan. Doronglah setiap anggota tim untuk membicarakan perubahan. Mintalah pertanyaan, komentar, dan umpan balik mereka. Tunjukkan keyakinan anda atas kemampuan mereka untuk melaksanakan perubahan. Akhirnya jangan lupa berilah selalu antusiasme, bantuan, penghargaan, dan pengakuan kepada mereka yang melaksanakan perubahan.”[ni]

* Nilna Iqbal adalah alumni Jurusan Astronomi ITB. Saat ini, kelahiran 8 Mei 1967 ini menekuni pekerjaanya sebagai penulis, trainer, dan entrepreneur. Nilna tercatat pernah aktif sebagai anggota redaksi sejumlah media serta mendapat tiga penghargaan penulisan tingkat nasional dari 1990-1992. Ia dapat dihubungi di: nilnaiqbal@yahoo.com



Baca Selengkapnya.....

Menjadi Pemimpin Sejati

By Andrew Ho
Dikutip dari : http://www.andrewho-uol.com
"Seorang pemimpin adalah seseorang yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum yang lainnya melihat."
Levoy Eims, penulis buku Be The Leader You Were Meant To Be.

Levoy Eims mencoba memberikan gambaran tentang seorang pemimpin sejati. Kita semua sangat membutuhkan seorang pemimpin sejati guna membangun budaya positif, kemajuan dan prestasi dalam berbagai bidang kehidupan; misalnya dalam bisnis, organisasi atau sosial masyarakat. Melalui kisah tentang dua orang penjelajah kutub selatan berikut ini kita akan mencoba meneladani bagaimana sosok pemimpin sejati yang sesungguhnya.

Dikisahkan bahwa kutub utara telah berhasil ditahklukkan pada tanggal 6 April 1909 oleh kelompok penjelajah pimpinan Robert E. Peary (1856-1920) asal Amerika. Berita tentang keberhasilan penjelajahan tersebut segera tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dua orang diantaranya tertarik untuk menahlukkan kutub selatan, yaitu Roald Amundsen (1872-1928) dari Norwegia dan seorang pejabat angkatan laut Inggris, Kapten Robert Falcon Scott.

Kedua orang tersebut berkeinginan untuk mencapai kutub selatan dari rute yang berbeda. Dikisahkan bahwa tim penjelajah dibawah pimpinan Roald Amundsen berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 14 Desember 1911, atau satu bulan lebih cepat dari tim penjelajah pimpinan Robert Falcon Scott. Selanjutnya tim penjelajah pimpinan Amundsen berhasil kembali pulang dengan selamat. Sedangkan berita menyedihkan datang dari tim penjelajah pimpinan Scott, karena semua anggota tim termasuk dirinya sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan.

Mengapa dapat terjadi, dua tim yang sama-sama menghadapi tantangan berat selama menembus kutub selatan mencapai hasil yang bertolak belakang? Banyak kalangan menilai bahwa kegagalam tim Scott maupun keberhasilan tim Amundsen sangat ditentukan oleh pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka. Dari sanalah kita mencoba mencermati bagaimanakah pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka untuk mengetahui apakah mereka termasuk pemimpin yang ideal atau tidak.

Di Inggris, Scott dikenal mempunyai kemampuan memimpin yang luar biasa. Visi dan misi yang ingin ia capai bersama tim penjelajah juga jelas, yaitu mencapai kutub selatan dan pulang dengan membawa keberhasilan. Untuk mencapai visi dan misi tersebut ia juga melakukan berbagai persiapan.

Diceritakan bentuk persiapan Scott antara lain adalah menyediakan sebuah kereta luncur bermesin ditambah dengan beberapa ekor anak kuda. Ia bersama timnya juga menyediakan pos-pos persediaan makanan di sepanjang rute yang akan mereka lalui. Tetapi bagaimana kelanjutan kisah mereka dan penyebab utama sehingga semua anggota tim termasuk Scott sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan?

Semua kisah dan kendala yang harus mereka hadapi terungkap dalam surat-surat tulisan Scott yang diketemukan di dalam tubuhnya beberapa bulan setelah kematiannya. Surat-surat tersebut kemudian disimpan oleh Philippa Scott, putra tunggal Scott. Philippa Scott yang meninggal dunia pada tahun 1989 itu menghadiahkan surat-surat milik Scott kepada Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge.

Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge memamerkan surat-surat Scott kepada khalayak umum pada tanggal 17 Januari 2007. Dalam surat tersebut diketahui bahwa kendala serius mulai muncul ketika kereta luncur bermesin itu rusak pada hari ke-5 penjelajahan dimulai. Scott menulis bahwa cadangan tenaga dari anak-anak kuda tak lagi dapat diandalkan. Pasalnya, anak-anak kuda itu tak mampu bertahan dalam cuaca dingin, sehingga anggota tim Scott terpaksa membunuh anak-anak kuda itu di kaki gunung Transantarctic.

Setelah itu semua anggota tim terpaksa bahu-membahu menarik kereta luncur seberat 200 pon. Sementara pos-pos persediaan makanan yang sudah dipersiapkan ternyata lokasinya sangat sulit dijangkau. Tim Scott benar-benar kesulitan menemukan pos-pos makanan itu. Sehingga tenaga mereka terkuras.

Sedangkan cuaca yang sangat dingin menyebabkan stamina tim penjelajah pimpinan Scott menurun drastis. Terlebih mereka kurang memperhitungkan kesiapan peralatan penjelajahan, terutama kaca mata. Tak mengherankan jika dalam penjelajahan tersebut anggota tim Scott mengalami kendala kesehatan serius, misalnya; dehidrasi, mata hampir buta, kedinginan, kelaparan, dan keracunan dalam darah.

Di sisi lain, Amundsen sebagai pemimpin juga mempunyai visi yang jelas dan tidak berbeda dengan visi yang ingin dicapai tim Scott. Bedanya, Amundsen melakukan perencanaan yang sangat teliti dan persiapan yang matang, termasuk mempelajari metode-metode kaum Eskimo serta penjelajah Arctic lain yang sudah berpengalaman. Salah satu bentuk persiapan mereka antara lain adalah kereta luncur yang ditarik oleh beberapa ekor anjing. Kekuatan anjing-anjing itu dalam sehari maksimal hanya 6 jam atau sekitar 20 mil perjalanan.

Tim pimpinan Amundsen juga menyiapkan pos-pos yang menyediakan makanan dan minuman cukup banyak dan lokasinya mudah dijangkau. Dengan demikian, tim Amundsen tidak kesulitan mendapatkan persediaan makanan di sepanjang perjalanan. Lagipula mereka tak perlu membawa beban terlalu berat. Selain itu, Amundsen melengkapi timnya dengan peralatan penjelajahan terbaik dan lengkap.

Dari sana kita dapat melihat bahwa sudah menjadi tugas pemimpin untuk menentukan arah tim atau organisasi yang ia pimpin. John C. Maxwell mengatakan, "Ibaratnya siapapun dapat mengemudikan kapal, namun hanya pemimpin yang dapat menentukan arahnya." Sosok pemimpin seperti Amundsen maupun Scott sebenarnya sudah mampu memainkan peran mereka sebagai pimpinan, terbukti mereka berdua sudah mampu merumuskan visi dan misi yang hendak mereka capai.

Tetapi seorang pemimpin tak hanya perlu menciptakan visi dan misi, melainkan merumuskan realita yang ada, termasuk kekurangan dan kekuatan yang ada dalam tim, organisasi, negara dan lain sebagainya. Selain itu, seorang pemimpin ideal akan sangat menghargai perbedaan maupun kekurangan masing-masing fungsi sekaligus menciptakan harmonisasi sehingga elemen-elemen yang ada saling mensinergi kemajuan. Seorang pemimpin juga dituntut untuk peka dan mampu memperhitungkan segenap potensi yang ada untuk menciptakan pertumbuhan dan merealisasikan visi dan misinya menjadi kenyataan.

Scott tidak mempunyai kualitas sebagai pemimpin ideal sebagaimana disebutkan di alenia di atas. Ia tidak peka dan tidak mampu mengharmoniskan potensi yang ada di dalam timnya untuk mencapai visi dan misi. Dikisahkan sesaat sebelum berangkat, Scott secara sepihak memutuskan menambah satu orang, yaitu rekannya sendiri, kedalam tim penjelajahan menjadi 5 orang. Padahal bekal ketersediaan bahan makanan tim tersebut hanya cukup untuk 4 orang.

Meskipun mereka berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 17 Januari 1912, tetapi kondisi kesehatan para anggota tim Scott sangat lemah dan kelaparan. Melihat kondisi seperti itupun Scott masih berkeras agar timnya membawa pulang 30 pon spesimen geologi. Tindakan Scott itu jelas semakin membebani para anggota timnya, sekaligus membuktikan bahwa ia bukanlah pemimpin yang cukup peka. Padahal kepekaan terhadap kerinduan, keinginan, harapan dan kemauan para anggota tim merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam memimpin.

Tindakan Scott yang tidak peka benar-benar fatal hingga menewaskan semua anggota tim termasuk dirinya sendiri. Dalam sebuah cacatan harian, Scott menuliskan penyesalannya, "It is a terrible disappointment, and I am very sorry for my loyal companions. – Ini merupakan kekecewaan yang begitu dalam, dan saya sangat menyesalkan tindakan saya terhadap rekan-rekan yang sudah begitu setia (para anggota dalam tim penjelajahannya)." Tragedi yang menimpa semua anggota tim diakibatkan Scott lebih mengutamakan egonya sendiri. Hal itu mencerminkan ketidakmampuan Scott menjadi pemimpin sejati.

Kesimpulan tentang kualitas pemimpin ideal sebenarnya senada dengan pendapat Patricia Patton, seorang konsultan profesional. "It took a heart, soul and brains to lead a people ……, - Untuk memimpin orang lain dibutuhkan totalitas pengabdian dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran," katanya. Dengan demikian seorang pemimpin sejati tak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan emosional.

Daniel Goleman kemudian mengelompokkan tipe pemimpin kedalam 6 golongan, yaitu visionary (memiliki visi), coaching (mendidik), affiliate (mengedepankan keharmonisan dan kerja sama), democratic (menghargai pendapat orang lain), pacesetting (memberikan contoh dan tindakan), commanding (tegas dan berani mengambil resiko). Namun tipe pemimpin paling ideal menurutnya adalah mereka yang mampu menerapkan ke-6 tipe tersebut sesuai dengan kebutuhan secara benar dan tepat.

Selama ini kualitas pemimpin sejati dianggap sebagai bakat yang tumbuh dalam diri seseorang secara alamiah. Tetapi sebenarnya kemampuan menjadi pemimpin sejati dapat dilatih, khususnya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, berpikir dan bertindak positif, membangun jaringan dan kerjasama, menetapkan target-target, berempati, dan lain sebagainya. Artinya, siapapun dapat tampil sebagai pemimpin sejati yang menjadi dambaan semua orang dan berperan siginifikan sebagai pelopor untuk membangun kehidupan kita semua, asalkan ada kemauan dan upaya yang sungguh-sungguh untuk melatih diri misalnya melalui seminar, pelatihan, belajar dari pemimpin yang sukses maupun sejarah kebijakan mereka dan lain sebagainya.


Baca Selengkapnya.....

Persiapan Menghadapi Tantangan Kehidupan

By Andrew Ho
Dikutip dari : http://www.andrewho-uol.com
“When life hand you a lemon, squeeze it and make lemonade.”
— W. Clement Stone.

Tantangan begitu identik dengan kehidupan manusia. Pemanasan global adalah topik yang sedang hangat bila kita berbincang tentang tantangan. Sebelum betul-betul menjadi bencana besar bagi seluruh umat manusia, berbagai upaya sudah dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah diselenggarakannya Konferensi UNFCCC di P. Bali, yang mendesak kesadaran masyarakat dunia untuk memelihara kelestarian alam, diantaranya tidak menggunduli hutan, bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah, reboisasi, mengurangi polusi udara dan lain sebagainya.

Tantangan yang tidak kalah berat di negri kita adalah bencana alam, diantaranya banjir, gempa, gunung meletus, tanah longsor dan lain sebagainya. Banjir di Jakarta 1 Februari 2008 misalnya, itu sangat merepotkan, menyebabkan kerugian dan pemborosan besar-besaran, karena macet dimana-mana dan kegiatan ekonomi tentu juga terhambat. Banyak waktu terbuang sia-sia. Saya merupakan salah satu diantara ribuan warga Jakarta yang terperangkap di jalanan puluhan jam karena macet luar biasa.

Tantangan lainnya adalah gejolak ekonomi di seluruh belahan dunia, antara lain disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah yang menggila. Masalah tersebut menimbulkan iklim bisnis yang suram di dunia termasuk di Indonesia. Kelesuan ekonomi mengancam kelangsungan usaha. Akibatnya banyak perusahaan mengurangi produksi atau bahkan bangkrut, lalu mengurangi jumlah karyawan. Akibatnya persaingan kerja semakin tinggi, karena jumlah pengangguran semakin banyak sedangkan peluang kerja semakin sedikit.

Sementara itu BBM industri sudah naik per 1 Maret 2008. Sementara di tengah daya beli masyarakat yang menurun, harga kebutuhan pokok termasuk minyak goreng dan minyak tanah juga terus merangkak naik. Masalah ekonomi semakin menghimpit kehidupan masyarakat, selanjutnya memicu kriminalitas dan masalah sosial lainnya.

Saat sekarang bangsa Indonesia akan segera menyongsong perhelatan pemilihan presiden dan wakilnya tahun depan (2009). Situasi politik di Indonesia akan menghangat. Tentu saja kita berharap semoga proses menuju perhelatan akbar itu tidak diwarnai teror bom dan kerusuhan seperti di Pakistan dan Nigeria, agar tidak ikut menambah panjang tantangan yang harus kita hadapi.

Tantangan akan terus bermunculan di belahan dunia manapun. Semakin hari tantangan tersebut akan meningkat seiring berjalannya waktu dan gejolak di dunia yang penuh ketidakpastian. Sehingga kita harus segera melakukan langkah-langkah konstruktif, sebab semakin lama tantangan yang harus kita hadapi bukan semakin mudah. Segera lakukan sesuatu agar tidak menjadi korban dari tantangan kehidupan melainkan menjadi pemenang karena berhasil melampaui tantangan tersebut dengan baik.

Langkah penting pertama yang harus segera kita lakukan menghapuskan kata frustasi dalam kamus kehidupan. Jika Anda harus berhadapan dengan kegagalan atau kepedihan yang secara positif disebut dengan tantangan, maka luangkan waktu sejenak untuk mengevaluasi kesalahan yang mungkin Anda lakukan. Kemudian segeralah bangkit.
Boleh saja Anda berduka karena tantangan yang harus Anda hadapi. Tetapi jangan membiarkan diri Anda terkalahkan olehnya. “If you are not committed to getting better at what you are doing, you are bound to get worse. – Jika Anda tidak berkomitmen untuk mengerjakan tanggung jawab Anda dengan lebih baik, maka Anda selamanya Anda akan terperangkap dan kian terpuruk,” kata Pat Riley dalam bukunya yang berjudul The Winner Within.

Petiklah manfaatnya dengan menjadikan tantangan tersebut sebagai motivasi untuk memperbaiki diri, meliputi memperbaiki pola pikir, sikap, meningkatkan kekuatan spiritual, etos kerja, kemampuan dan lain sebagainya. “Jangan berharap sesuatu yang lebih baik, berharaplah Anda yang lebih baik,” kata Jim Rohn. Bila hal itu Anda lakukan, maka dalam jangka waktu tertentu Anda akan mampu mengerjakan suatu pekerjaan atau peluang baru dengan lebih baik dan mental yang lebih kuat.

Setelah itu segera manfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan ilmu pengetahuan. Sebuah pepatah mengatakan, “The future belongs to the competent. – Masa depan adalah milik mereka yang mempunyai keahlian lebih baik.” Orang-orang yang berilmu dan mempunyai keahlian lebih mampu menjelang masa depan gemilang. Karena di tengah badai tantangan sekalipun mereka dapat bersikap optimis dan kreatif.

Salah satu contoh sebut saja Roy Wibisono, seorang peneliti sekaligus pengusaha keramik di Semarang-Jawa Tengah. Di tengah himpitan tekanan ekonomi seperti sekarang, usaha keramik yang ia tekuni justru makin berkibar. Daya kreatifitasnya memanfaatkan lumpur Porong Lapindo dan pasir dari letusan Gunung Merapi menghasilkan karya keramik yang unik dan bernilai jual tinggi. Siapa yang mengira bahwa apa yang disebut sebagai bencana dapat menjadi sumber penghasilan yang prospektif di tangan Roy Wibisono dengan ilmu pengetahuan dan kreatifitas yang dimilikinya.

Sedangkan langkah lain yang harus Anda lakukan adalah mengontrol pengeluaran. Sebesar apapun penghasilan Anda tidak akan pernah cukup jika Anda bergaya hidup konsumtif. Ciptakan kesadaran untuk tidak berhutang. Gunakan kartu kredit hanya untuk kebutuhan mendesak, bukan untuk komsumtif.

Sebaliknya, belajarlah untuk menabung dan investasi. Sisakan minimal 20% dari total pendapatan setiap bulan. Kemudian tingkatkan terus jumlah tabungan dan investasi Anda karena tindakan tersebut dapat memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Selain merencanakan keuangan untuk hari depan, pikirkan pula perlindungan terhadap kesehatan. Sisihkan sebagian kecil dari uang Anda untuk menjamin semua biaya pengobatan di kemudian hari. Dengan cara demikian Anda akan mendapatkan manfaat yang sangat besar di masa depan dan hidup lebih nyaman di hari tua.

Hidup bersahaja adalah pilihan yang sangat bijaksana di tengah harga semua kebutuhan pokok semakin mahal. Hidup lebih sehat meskipun Anda tetap mempertahankan pola kesederhanaan. Selain mengurangi pengeluaran, hidup bersahaja sangat efektif untuk menjaga harta dan keselamatan Anda, karena tidak akan menyebabkan kecemburuan sosial yang dapat memicu tindak kriminal.

Secara garis besar, kunci keberhasilan menghadapi tantangan kehidupan yang semakin berat adalah bersikap optimis, atau memupuk ketahanan mental. Kalau dalam peribahasa Tionghoa dikatakan, “Nian nian nan guo, nian nian guo.” Artinya kehidupan setiap tahun akan semakin sulit, tetapi dengan ketabahan semua tantangan itu akan dapat dilalui dengan baik.

Sementara di tengah tantangan itu kita juga harus bertindak lebih bijaksana dan berhati-hati. Perhitungkan segala tindakan hanya untuk mencapai manfaat hingga jangka panjang. “You must have long term goals to keep you from being frustrated by short term failures. – Kamu harus punya tujuan jangka panjang untuk menghindarkan dirimu dari frustasi terhadap kegagalan jangka pendek,” kata Charles Sherwood Noble (1873-1957), seorang mantan tuan tanah yang jatuh pailit tetapi berhasil bangkit dan membangun kesuksesan kembali 1 tahun kemudian.


Baca Selengkapnya.....

Religious Aspects of Hypnosis

Dikutip dari : http://www.adiwgunawan.com
Pembaca, sebenarnya sudah lama saya ingin sekali menulis artikel ini. Namun karena kesibukan dan fokus saya yang lagi nggak “in” dengan topik ini maka saya menundanya. Keinginan ini muncul lagi saat baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang dengan begitu haqul yakin dan mantap mengatakan bahwa hipnosis adalah ilmu sesat dan dilarang agama.

Nah, apa yang saya tulis di artikel ini merupakan intisari dari edukasi dan diskusi yang saya lakukan dengan kawan saya ini. Setelah mendengar ulasan saya panjang lebar akhirnya kawan saya ini berhasil saya “sesatkan” kembali ke jalan yang benar.



Nah, pembaca, “Apa sih hubungan antara agama dan hipnosis?”



Sebelumnya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu definisi hipnosis. Biar kita ada dasar pijakan berpikir yang sama. Ada banyak definisi yang diberikan oleh masing-masing pakar. Namun definisi yang paling banyak digunakan saat ini, yang merupakan definisi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika yaitu “Hypnosis is the bypass of the critical factor of conscious mind and the establishment of the acceptable selective thinking” atau Hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diterimanya pemikiran tertentu.



Definisi di atas sama sekali tidak menyinggung “ilmu” atau “kekuatan” yang ditakutkan oleh kebanyakan orang. Jadi, hipnosis sebenarnya sangat sederhana. Saat terjadi penembusan critical factor dan diterimanya suatu pemikiran (baca: sugesti, ide, atau afirmasi) tertentu maka pada saat itu telah terjadi hipnosis.



Ada juga yang mengatakan bahwa hipnosis itu sama dengan tidur. Inipun tidak tepat. Memang, saat seseorang dalam kondisi hipnosis maka ia akan tampak seperti orang tidur. Namun aktivitas mental yang terjadi sangat berbeda.



Kata “hypnosis” pertama kali digunakan oleh James Braid pada tahun 1842 . Kata ini berasal dari bahasa Yunani, Hypnos, yang sebenarnya adalah nama dewa tidur. James Braid semula berpikir hipnosis sama dengan tidur. Namun setelah ia memahami dengan benar bahwa kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur, saat ia menyadari bahwa justru dalam kondisi hipnosis seseorang akan sangat fokus pada satu ide atau pemikiran, pada tahun 1847 ia mencoba mengganti kata hypnosis dengan mono-ideaism. Namun istilah hypnosis telah terlanjur populer dan terus digunakan hingga saat ini.



Jadi, tidak benar jika saat dalam kondisi hipnosis pikiran seseorang bisa dikuasai, ditaklukkan, atau tidak sadar. Justru dalam kondisi hipnosis pikiran seseorang menjadi sangat fokus dengan intensitas yang sangat tinggi.



Setiap upaya masuk ke kondisi hipnosis, baik itu waking hypnosis, self hypnosis, atau hetero-hypnosis, pasti mempunyai tiga komponen. Pertama, orang yang melakukan hipnosis harus mempunyai otoritas, atau paling tidak dipandang sebagai figur otoritas di bidangnya. Ini adalah langkah awal untuk menembus atau membuka celah di critical factor pikiran sadar. Setelah berhasil, dibutuhkan komponen kedua untuk membuat critical factor bersedia menerima informasi yang akan disampaikan. Critical factor akan bertanya, “Mengapa ini bisa bekerja?” Untuk bisa membuat critical factor “puas” maka digunakan salah satu dari tiga otoritas informasi berikut, yaitu doktrin, paradigma (teori atau model) dan trans-logic. Setelah itu baru komponen ketiga digunakan yaitu message unit overload atau membanjiri pikiran dengan sangat banyak unit informasi sehingga pikiran menjadi overload. Saat terjadi overload maka secara alamiah kita masuk dalam mode fight (lawan) atau flight (lari). Jika subjek melakukan fight (melawan) maka ia tidak bisa masuk ke kondisi hipnosis. Saat subjek memutuskan untuk flight (lari) maka saat itu ia akan “masuk” ke dalam pikirannya, melarikan diri dari serbuan unit informasi yang begitu banyak, dan ia masuk ke kondisi hipnosis.



Kondisi hipnosis adalah kondisi alamiah pikiran manusia. Nggak percaya? Pernahkah anda saat mencari sesuatu, katakanlah kunci mobil anda, sudah anda cari ke mana-mana tapi tetap nggak ketemu. Padahal kunci mobil itu tepat berada di depan anda? Pasti pernah mengalami hal seperti ini, kan?



Tahukah anda apa yang terjadi? Yang terjadi adalah anda mengalami negative visual hallucination. Benda yang dicari ada namun anda tidak bisa melihatnya. Dan tahukah anda bahwa saat anda mengalami hal ini, anda sebenarnya berada dalam kondisi very deep trance. Jika menggunakan Davis Husband Scale, dari 30 level kedalaman trance, anda berada di level 29. Ck…ck…ck… luar biasa.



Atau anda mungkin pernah, saat mandi, tiba-tiba merasakan perih di lutut anda. Setelah anda lihat ternyata lutut anda lecet tergores sesuatu. Mengapa baru saat mandi anda merasakannya? Mengapa saat terluka anda sama sekali tidak merasakannya?



Jawabannya sederhana sekali. Saat lutut anda tergores atau terluka pikiran ada sedang sangat fokus pada sesuatu. Saat itu anda sedang dalam kondisi hipnosis yang dalam. Terjadi pain blocking. Anda tidak merasakan sakit sama sekali. Fenomena ini, bila kita tahu caranya, tentunya dengan kondisi hipnosis, dapat dengan sangat mudah diciptakan. Jadi, tidak ada yang aneh atau mistik dalam hal ini.



Atau mungkin anda pernah sedang membaca buku atau nonton tv, saking asyiknya (baca: fokus), anda tidak mendengar saat dipanggil oleh kawan anda. Ini juga contoh kondisi deep hypnosis.



Nah, kembali ke diskusi kita mengenai hubungan agama dan hipnosis. Dengan mengacu pada definisi hipnosis, dan beberapa keterangan tambahan yang telah saya sampaikan di atas maka anda kini sadar bahwa sebenarnya semua, saya ulangi semua, agama sebenarnya telah menggunakan hipnosis untuk memengaruhi umatnya.



Mari kita lihat praktik atau ritual agama. Kita mulai dengan bentuk bangunan ibadah. Bagaimana bentuknya? Pasti berdiri tegak, besar, dan megah. Lalu, saat kita berada di dalam bangunan ini, bagaimana bentuk dan ketinggian plafon? Apakah rendah ataukah (sangat) tinggi dan megah? Sudah tentu plafonnya tinggi dan megah.



Apa tujuan atau efeknya terhadap diri kita?



Kita, secara sadar atau tidak, akan merasa kecil. Merasa tidak ada apa-apanya. Otoritas gedung ini, ditambah lagi kita tahu bahwa ini adalah tempat ibadah, membuat kita “takluk” dan “pasrah”. Lalu bagaimana dengan pemuka agama yang menyampaikan “pesan”? Dari mana mereka menyampaikan “pesan” mereka? Apakah mereka berdiri sejajar dengan umat ataukah lebih tinggi?



Sudah tentu lebih tinggi. Biasanya di atas mimbar khusus yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang khusus. Ini juga salah satu bentuk otoritas. Begitu pikiran sadar kita melihat figur otoritas maka critical factor langsung terpengaruh dan mulai membuka.



Lalu, apa yang digunakan untuk komponen kedua? Benar, sekali. “Pesan” yang disampaikan itu dikutip dari kitab suci, langsung menembus critical factor, dan masuk ke pikiran bawah sadar. “Pesan” ini biasanya dalam bentuk doktrin.



Bagaimana dengan komponen ketiga, message unit overload? Caranya adalah dengan menggunakan repetisi atau emosi. Saat sesuatu “pesan” disampaikan berulang-ulang atau suatu emosi berhasil digugah dan dibuat menjadi intens, baik itu emosi positif maupun negatif, misalnya kebahagiaan karena akan masuk surga atau kengerian dan ketakutan siksa neraka, maka semua unit informasi ini membanjiri pikiran dan menciptakan kondisi overload. Menggugah emosi bisa juga dengan melalui lagu-lagu dengan irama yang lembut dengan syair yang menghanyutkan perasaan atau dengan wangi-wangian tertentu.



Sekarang coba kita lihat ritual doa. Apa yang dilakukan umat sebelum berdoa? Apakah mereka akan ribut, cerita-cerita sendiri, ataukah mereka akan berlutut, diam, hening, dan memusatkan perhatian mereka pada doa yang akan diucapkan? Kondisi pemusatan perhatian ini sebenarnya adalah untuk masuk ke kondisi hipnosis, yang kalau dalam bahasa agama disebut dengan kondisi khusyuk. Setelah pikiran terpusat, hati tenang, barulah doa dibacakan atau diucapkan. Doa yang diucapkan ini sebenarnya adalah sugesti atau afirmasi. Jika doa ini diucapkan sendiri maka ia menjadi auto-suggestion melalui self hypnosis.



Bagaimana doa dengan hanya membaca satu atau dua ayat tertentu dan diulang-ulang? Inipun sama saja. Dengan pemusatan pikiran terhadap doa yang dibacakan akan tercipta kondisi hipnosis (baca: khusyuk).



Bagaimana dengan latihan meditasi dengan objek pernapasan? Bagaimana dengan orang yang melakukan liamkeng atau berlatih meditasi dengan fokus pada suara yang timbul akibat ketukan pada alat bantu tertentu?



Semuanya sama saja. Intinya adalah adanya pemusatan perhatian atau fokus pada sesuatu objek dan adanya repetisi. Semua akan mengakibatkan kondisi overload yang akhirnya akan mengakibatkan kondisi hipnosis.



Banyak orang sangat ingin masuk ke kondisi khusyuk. Namun kondisi ini hanya bisa mereka capai sesekali saja. Tidak bisa diulang sesuai keinginan. Mengapa? Karena kebanyakan kita tidak mengerti mekanisme untuk masuk ke kondisi khusyuk ini. Kita selama ini hanya menggunakan cara trial and error. Ada yang bisa dengan sangat mudah menjadi khusyuk namun ia tidak bisa menjelaskan atau mengajarkan caranya kepada orang lain.



Sulitkah untuk menjadi fokus atau khusyuk? Sama sekali tidak. Justru bila kita tahu caranya kita bisa membuat diri kita khusyuk kapanpun dan di manapun dengan sangat mudah dan cepat.



Banyak orang yang saat berdoa, begitu khusyuknya, sampai merasakan keheningan luar biasa yang disertai perasaan gembira, bahagia, dan damai yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Sungguh pengalaman euphoria spiritual yang sangat luar biasa. Apakah ini ada hubungan dengan kondisi hipnosis? Sudah tentu. Kondisi ini mirip sekali dengan salah satu kondisi hipnosis yang sangat dalam, yang bila kita bisa masuk ke kondisi ini, kita akan merasakan perasaan bahagia, damai, dan luar biasa “enak”. Orang yang berhasil masuk ke kondisi ini biasanya ingin seterusnya berada di kondisi ini karena begitu luar biasanya perasaan mereka.



Kondisi hipnosis jugalah yang sebenarnya digunakan untuk membentuk, membangun, dan memperkuat belief seseorang terhadap doktrin suatu agama. Saat anak masih kecil basically mereka sangat sering berada dalam kondisi hipnosis secara alamiah. Bila doktrin agama diajarkan pada saat anak masih kecil maka efeknya akan sangat kuat.



Mengapa?



Karena saat masih kecil, usia 0 – 3 tahun, anak belum mempunyai critical factor. Saat usia 3 tahun critical factor baru mulai terbentuk dan akan semakin menebal dan kuat pada usia 8 tahun. Critical factor akan benar-benar tebal saat usia 11 tahun dan ke atas.



Agar doktrin benar-benar diyakini kebenarannya, dipegang dengan sangat kuat oleh seseorang maka doktrin ini harus masuk dalam bentuk belief yang dikaitkan dengan emosi yang sangat intens. Dan belief ini bila terus diperkuat , dengan berbagai repetisi, akhirnya menjadi faith atau iman. Berikut saya kutipkan definisi faith dari kamus elektronika Encarta, “Faith: belief or trust: belief in, devotion to, or trust in somebody or something, especially without logical proof” atau “Iman: kepercayaan pada, kepercayaan yang sangat kuat pada seseorang atau sesuatu, biasanya tanpa bukti yang logis.”



Belief yang sudah berhasil dibentuk, dibangun, dan diperkuat akhirnya akan mengkristal menjadi value, yang biasanya menempati level tertinggi dalam hirarki value seseorang. Dan untuk mengubah value ini, sangat-sangat sulit, jika tidak mau dikatakan tidak bisa.



Sebagai penutup artikel ini berikut saya kutipkan email dari dua orang pembaca buku dan artikel saya.




Terima Kasih dari Seorang Pastor



Saya sudah membaca buku anda berjudul, Hypnosis: The Art of Subconscious Communication, dan Becoming a Money Magnet. Tulisan anda sangat memperkaya hidup pastor.

Sangat efektif sekali hypnosis untuk keperluan terapi. Banyak masalah emosi terluka/perasaan terluka tersembuhkan dengan hypnosis.Saya ini seorang imam, banyak umat datang ke tempat saya, saya ajak umat untuk berdoa/meditasi,setelah sungguh hening-memasuki gelombang alpa-theta, barulah membacakan firman Tuhan.Hal positif. Ini sungguh mengubah hidup umat. Kebencian bisa tergantikan dengan pengampunan. Betul kata anda. Salah membuat kalimat ketika orang berada dalam gelombang theta or alpha, maka berdampak buruk. Pikiran dan perkataan kita harus selalu positif sehingga melahirkan hal positif.

Berlimpah Terima Kasih,

T. Budi





Saling Meneguhkan

Saya sudah membaca hampir semua artikel yang Bapak tulis, dan saya sangat tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam. Saya sedang memesan beberapa buku Bapak.

Mengapa saya tertarik?

Sebelumnya saya buta sama sekali tentang hypnosis karena saya pikir dulu itu adalah ilmu sesat. Tetapi setelah saya membaca artikel-artikel yang Bapak tulis, ternyata anggapan saya keliru. Bahkan apa yang Bapak ajarkan, itu juga yang saya ajarkan. Bedanya saya melalui jalur agama, sedangkan Bapak dari jalur sekuler.

Dan banyak hal ternyata yang selama ini saya tahu dan ajarkan, ternyata setelah saya membaca tulisan Pak Adi, baru saya tahu alasan lain yang ditinjau dari ilmu yang Bapak pelajari. Jadi kesimpulannya adalah saling meneguhkan.

Sekali lagi terima kasih banyak atas pencerahannya Pak. Saya ingin sekali berdiskusi dengan Bapak jikalau ada kesempatan.

Hormat saya,
Pdt. F.G.



Nah, pembaca, setelah anda membaca sejauh ini, bagaimana pandangan anda mengenai hipnosis? Apakah anda akhirnya “tersesat” kembali ke jalan yang benar seperti kawan saya?




Baca Selengkapnya.....