Minggu, Maret 30, 2008

Emm…Investasi Properti di Bali Menggiurkan

Oleh : Dede Suryadi
Dikutip dari : http://www.swa.co.id

Pembangunan properti di Bali seperti vila, apartemen dan hotel terus menjamur, sehingga menjadi daya tarik untuk berinvestasi. Bagaimana pengalaman para investor membenamkan dananya?

Setelah tragedi bom 12 Oktober 2002 yang disusul pada 1 Oktober 2005, Bali terus menggeliat dan kembali menjadi incaran wisatawan mancanegara karena pesona alam dan budayanya yang memikat. Sejalan dengan itu, pembangunan propertinya pun terus menjamur, mulai dari vila, hotel, mal, hingga apartemen atau kondominium dan hotel (kondotel). Pemerintah pun turut andil memperbaiki dan mempromosikan Pulau Dewata dengan gencar. Berdasarkan penelusuran riset SWA, diperkirakan kapitalisasi proyek properti di Bali berkisar Rp 3-7 triliun. Sedikitnya 711 proyek properti telah dibangun. Tahun lalu saja, tercatat 30 proyek properti sedang dibangun. Lokasi favoritnya di Kuta, Jimbaran, Uluwatu, Ungaran, Seminyak, Nusa Dua dan Ubud.

Sejumlah pengembang pun turut andil dalam kancah bisnis properti di Bali, termasuk pengembang dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Belanda, Australia, Thailand dan Singapura. Mereka bersaing dengan membangun proyek properti yang wah dengan harga selangit. Apartemen SunWel Beach Residences di Gianyar, atau Panorama Bali Resort & Spa, dan Outrigger O-CE-N Resort di Legian merupakan contoh proyek properti garapan asing.

Sementara itu, para pemain dari dalam negeri, sebut saja PT Samudra Asia Nasional (anak perusahaan PT Bakrieland Development Tbk.), sedang membangun kondotel di Kuta bernama Legian Nirwana Suite. Dikabarkan, investasi yang dibenamkan mencapai Rp 225 miliar untuk membangun 300 unit kondotel lima lantai. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 900 juta-2,5 miliar per unit. Lalu ada PT Citra Raya Surabaya (anak perusahaan Grup Ciputra) yang membangun Vila Pat Mase di Jimbaran dengan operatornya dari Swiss Belhotel.

Ada lagi PT Seminyak Suites Development, yang membangun 59 unit kondotel eksklusif bernama Anantara. Harga yang ditawarkan mulai dari US$ 300 ribu per unit dengan hak kepemilikan strata title. Tak ketinggalan Grup Nikki milik Putu Surya tengah mengembangkan Nikki Square, kondotel terdiri 292 unit dan dioperasikan oleh jaringan Aston International mulai April nanti. Dibangun di atas tanah seluas 20 ribu m2 di tengah kota Denpasar, Nikki Square akan dilengkapi ballroom terbesar di Bali, pusat perdagangan dan fasilitas hotel berbintang lainnya.

Menurut Putu, pihaknya sudah menghentikan penjualan sejak November 2007, karena 70% unit dengan luas minimum 40 m2 yang ditawarkan seharga Rp 10-12,5 juta/m2 sudah laku terjual. Sisanya yang 30% akan tetap dimiliki sendiri untuk mengantisipasi bila kerja sama dengan Aston selesai, pihaknya masih bisa mengoperasikan sendiri. Putu pun bakal membangun 150 unit lagi untuk Nikki Square tahap kedua. Bahkan, Putu juga sedang membangun 150 vila di kawasan wisata Bedugul yang pembangunannya sudah mencapai 50%.

Selain itu, Putu tengah membangun pula 250 unit kondotel di kawasan Jimbaran dekat Patung Garuda Wisnu Kencana yang merupakan lokasi utama (prime location). Proyek propertinya ini direncanakan bisa menyasar pangsa pasar yang lebih luas dibanding proyeknya di Denpasar. Selain sebagai pemegang saham mayoritas di tiga proyek tersebut, Putu juga ikut bergabung bersama teman-temannya membangun Bali Kuta Residence dan Royal Bali Tower masing-masing 250 unit di daerah Kuta. “Sesama pengusaha Bali kami saling menguatkan,” ujar Putu, yang juga berbisnis di bidang hotel, pendidikan dan rumah sakit.

Diakuinya, Bali saat ini sudah dipenuhi pembangunan apartemen. Ia menyebut pemain lainnya, misalnya, Grand Kuta Apartment, Bali Nirwana Resort (BNR) milik Bakrie dan St Regis, diperkirakan apartemen yang ditawarkan mencapai 2.000 unit hingga akhir 2008. Meskipun begitu, menurutnya, penawaran itu belum menjadikan persaingan sangat ketat, sebab pangsa pasar yang disasar pun cukup beragam. Putu, misalnya, mematok harga berkisar Rp 10-12,5 juta/m2, sedangkan di BNR Rp 15-20 juta/m2.

Haryanto, pembeli apartemen di Nikki Residence, mengatakan, dirinya tertarik membeli apartemen itu karena berada di pusat kota di Kuta, dan operatornya Aston yang sudah teruji. “Intinya, saya ingin berinvestasi, tapi tidak merepotkan karena ada yang mengurus,” ia menyimpulkan. Tak tanggung-tanggung, di Nikki, Hari – nama panggilan Haryanto – membeli empat unit dengan harga masing-masing Rp 600 juta/unit. Skema pembayarannya pun menarik. Selain menggunakan kredit kepemilikan apartemen dari bank dan bayar tunai, manajemen Nikki juga menawarkan skema pembayaran 50% tunai dan sisanya diangsur dari hasil penyewaan kamar.

Nah, Hari memilih cara ketiga. Pada saat awal, ia membayar sekitar Rp 1,2 miliar dan sisanya Rp 1,2 miliar akan dibayar dari hasil penyewaan selama 10 tahun. Harga sewa per unit adalah Rp 500-750 ribu/malam, sekelas hotel bintang empat. Biasanya apartemen jenis ini disewa kalangan bule untuk jangka panjang. Memang, selama 10 tahun ke depan tidak ada uang yang masuk ke kantong Hari. Akan tetapi, jangan salah, harga kondotel ini terus naik. “Saat beli November 2007 harga Rp 600 juta per unit, saat ini sudah Rp 720 juta per unit,” ujarnya senang. Pengusaha asal Jakarta ini pun berencana, kalau dalam dua-tiga tahun sudah mencapai di atas Rp 1 miliar, ia siap menjual apartemennya itu.

Alasan ini juga yang mendasari Kadek Suyasa Jaya dan H. Mohamad Raif untuk membeli apartemen Nikki. Selain dari hasil penyewaan yang menguntungkan, para pemilik mempunyai opsi dapat memakai apartemen itu beberapa hari dalam satu tahun. Lokasi yang strategis dipakai alasan Raif – yang juga pedagang antarpulau – sebagai pertimbangan saat memutuskan bergabung di Nikki. Raif berencana hendak memanfaatkan kondotelnya saat harus menjamu rekan-rekan bisnisnya yang berkunjung ke Bali. Sebagai investasi, “Nikki cukup menggiurkan dibanding apartemen yang dibangun pengembang lain,” kata Raif. Makanya, ia berencana hendak menambah unitnya lagi bila ada pembangunan Nikki tahap kedua, atau mencari lokasi lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Intan Aprilia, konsultan dan agen properti yang sering menangani klien orang Indonesia dan asing di Bali, memetakan karakter investor terutama orang asing. Menurutnya, orang asing akan suka tinggal di Bali di tempat-tempat yang juga banyak warga atau komunitas asingnya. Seperti para pekerja asing yang tinggal di Bali, mereka akan cenderung memilih daerah Seminyak ke arah Tabanan, karena di kawasan ini banyak klub dan ada sekolah internasional, plus hamparan pantainya yang memikat. Dan, untuk kelas elitenya, mereka lebih memilih di Jimbaran. Sementara orang asing yang suka dengan nuansa pegunungan akan memilih daerah Ubud. “Selain kondotel, vila atau town house juga jadi pilihan menarik untuk investasi,” tutur pemilik Global Intan Service ini.

Intan mencontohkan, seorang investor dari Dubai pada awal 2007 membeli vila di Seminyak dengan luas bangunan 300 m2/luas tanah 400 m2, meliputi tiga kamar tidur dan ada kolam renangnya, seharga US$ 240 ribu. Kalau ukuran hotel, vila ini kelas bintang lima. Lalu, kurang dari setahun dijual dengan harga US$ 360 ribu. “Net profit yang diperoleh US$ 80 ribu karena ada potongan pajak dan lainnya,” katanya.

Berbicara soal vila, seorang investor – sebut saja Imelda – mengaku sudah cukup lama memiliki sejumlah vila di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini. Vilanya itu berada di Kuta, Seminyak dan Tabanan – ada yang dibeli Imelda dengan cara takeover dari pemilik sebelumnya karena tidak bisa mengelolanya, bangunannya belum jadi, sudah usang, atau kurang bagus penataan eksterior-interiornya. Biasanya, tanah vilanya itu sifatnya build operation transfer (BOT) selama sekian tahun. “Kalau membangun dari awal bisa lebih mahal, butuh investasi sangat tinggi,” katanya seraya menjelaskan bahwa untuk perbaikan ini butuh dana Rp 300-400 juta, tergantung pada kondisi vilanya.

Nah, vilanya itu ia sewakan ke orang asing untuk jangka panjang. Biasanya mereka bekerja atau membuka usaha di Bali. Sewanya berkisar Rp 60-50 juta per tahun atau bisa US$ 150 per hari. “Dengan sewa ini bisa kembali modal,” tuturnya. Dan, kalau vila itu dijual, return yang diperoleh bisa mencapai 30%-40% dalam tempo satu-dua tahun. “Tapi ini tergantung pada lokasi,” ia menegaskan.

Memang investasi properti di Bali cukup menggiurkan, asalkan tahu trik membeli dan mengelolanya. Ali Hanafiah, pengamat properti memberi masukan. Pertama, soal status tanah perlu diperhatikan, apakah BOT atau hak milik, baik untuk vila maupun kondotel. Jika sistem BOT, berarti investor hanya membeli bangunannya karena tanahnya biasanya milik negara. Hal ini banyak terjadi di Nusa Dua. Maka, hasil investasinya hanya dari penyewaan, atau dari bangunannya yang kemudian dijual lagi. Namun ingat, bangunan itu ada nilai penyusutannya. Maka harus jelas, kalau BOT-nya sudah selesai, apa rencana selanjutnya. Ini bisa ditanyakan pada pihak pengembang.

Nah, bagi yang tanahnya BOT, misalnya 30 tahun, Ali punya hitung-hitungannya. Menurutnya, maksimum investasi harus kembali modal (BEP) sektiar 7 tahun. Dengan demikian, minimum return yang diperoleh 15% (bersih) per tahun – sudah dipotong pajak, komisi dan lainnya. Hitungan 7 tahun itu standar umum untuk investasi penyewaan properti, sebab investor tidak punya aset. Setelah 7 tahun barulah investor menikmati keuntungannya dari hasil penyewaan. ”Kalau tidak bisa untung ngapain berinvestasi,” ungkapnya.

Lalu, kalau tanahnya bersifat hak milik strata title di atas Hak Guna Bangunan, berarti tanahnya dimiliki oleh investor, atau kalau kondotel dimiliki bersama-sama. Jika nanti bangunannya sudah tua, bisa dibangun kembali bersama-sama pula. Untuk kasus tanah jenis ini, Ali memberi masukan, untuk bisa BEP maksimum 10 tahun dengan return minimum 10% per tahun.

Supaya return bisa maksimum, yang perlu juga diperhatikan, pertama, lokasinya harus strategis seperti Kuta, Jimbaran, Seminyak, Legian, Nusa Dua. Khusus untuk kondotel kisaran harganya bervariasi. Seperti di Nusa Dua berkisar Rp 15-20 juta/m2; di Kuta Rp 8-12 juta/m2; dan yang dekat pantai bisa mencapai Rp 15 juta/m2. Jimbaran, Legian, Seminyak harganya sama dengan di Kuta. Namun di Seminyak ada yang Rp 36 juta/m2 seperti yang ditawarkan oleh Apartemen Anantara dengan operatornya dari Thailand. Sementara untuk vila, harganya bisa lebih mahal lagi. “Untuk ukuran Bali, harga segitu relatif tidak mahal kalau untuk investasi, sebab tingkat huniannya tinggi selama situasinya tetap aman tidak ada bom,” ungkap Prinsipal Century 21 ini.

Kedua, lihat siapa operator atau pengelola kondotel/vila yang mau dibeli. “Sekarang, operator yang sedang diminati adalah Accord, Ascot dan Swiss Belt,” ia menginformasikan. Ketiga, siapa pengembangnya. Tentunya, investor harus mencari pengembang yang kredibel, berpengalaman, dan memiliki banyak jaringan. Saat ini pengembang besar pun sudah merambah Bali, seperti Grup Bakrie, Ciputra dan Agung Podomoro.

Satu hal lagi, bila ingin menggunakan konsultan atau agen properti, cari yang kredibel. Tak jarang karena salah pilih agen, alih-alih ingin berinvestasi untuk cari untung malah jadi buntung. Tak jarang ada oknum nakal yang menjual tanah di area abu-abu (grey area), seperti tanah sengketa atau tanah milik negara. Akan tetapi, ketika bangunan sudah jadi, terjadi pembongkaran secara paksa. Jadi, kendati investasi properti di Pulau Bali sangat menggiurkan, investor mesti tahu trik-triknya.


Baca Selengkapnya.....

Berkontribusilah Dalam Hidup Anda

Sumber Data : http://milis-bicara.blogspot.com
"Don't ask what the community can give you, but ask yourself what
you can contribute to the community... (and the money will follow by
itself)"

Terjemahan:
"Jangan bertanya apa yang dapat diberikan oleh suatu komunitas
pada Anda, tapi tanyakan diri Anda sendiri, apa yang dapat Anda
kontribusikan pada masyarakat, dan uang/kesuksesan niscaya
akan mengikuti dengan sendirinya"

Begitu banyak individu yang selalu menanyakan terlebih dahulu apa yang bisa
diperoleh, atau apa yang akan ia terima bila mengerjakan sebuah tugas. Dan
kebanyakan dari mereka berakhir tanpa mengerjakan apa-apa. Sebaliknya,
orang sukses biasa mengerjakan terlebih dahulu hal-hal yang memang menjadi
amanatnya, dengan sepenuh hati dan dengan semangat kerja keras, yang
biasanya akan berakhir dengan hasil yang lebih daripada apa yang seharusnya
ia terima.

Banyak pihak juga menyalah-artikan proses diperolehnya kekayaan atau
kesuksesan dengan meng'out-smart' atau mengalahkan pihak lain, sebagai
contoh berdagang dengan mengambil keuntungan sebesar-besarnya sehingga
merugikan orang lain, menekan gaji karyawan serendah-rendahnya sehingga
tidak tercapainya kemakmuran minimum, dan lain-lain.
Padalah hakikat dari sebuah kesuksesan adalah seberapa berhasil seseorang
dapat berkontribusi bagi masyarakat... bagaimana seseorang dapat
meningkatkan kualitas hidup orang banyak... dan bagaimana agar dapat
memberikan kemudahan hidup bagi lebih banyak orang, dan bukanlah
sebaliknya. Coba perhatikan baik individu maupun institusi yang berkembang
pesat dan sukses, maka Anda akan dapat menemukan bahwa dibalik
kesuksesan mereka, diketahui bahwa pihak mereka memberikan kontribusi
yang besar bagi masyarakat.

Jadi, berkontribusilah seoptimal mungkin dan tingkatkan kualitas hidup
orang banyak, niscaya kesuksesan akan datang pada Anda dengan
sendirinya...

Baca Selengkapnya.....

Kamis, Maret 27, 2008

DEPUTI GUBERNUR BI BUAH KADERISASI YANG CUKUP MUMPUNI

Sumber Data : http://www.infobanknews.com

InfoBankNews.com, Dua Deputi Guburnur BI memiliki kapasitas di bidang masing-masing. Budi Mulya unggul di moneter, Ardhayadi cukup menonjol di perbankan. Dua calon yang tertunda siap bersaing pada 2008. BI ingin menjadikan Dewan Gubernur sebagai the dream team. Tb. Rully Ferdian

SUDAH bisa diprediksi sebelumnya, Budi Mulya dan Ardhayadi Mitroatmodjo akan menduduki posisi Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk masa jabatan 2007 hingga 2012. Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) yang melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap para colon Deputi Gubernur BI mengumandanglan kor yang sama terhadap para calon Deputi Gubernur BI.

Bahkan, proses berlangsungnya pemilihan juga terbilang cepat dalam sejarah pemilihan calon Deputi Gubernur BI. Terpilihnya Budi Mulya dan Ardhayadi memang tidak terlepas dari pengalaman keduanya yang pernah ikut dalam pemilihan Deputi Gubernur BI pada 2006. Saat itu, Budi Mulya dikalahkan Muliaman D. Hadad, sedangkan Ardhayadi dikalahkan Budi Rochadi. Begitu pula dengan Siti Ch. Fajrijah yang terpilih secara aklamasi saat bersaing melawan Krisna Wijaya pada 2005. Sebelumnya, Siti Ch. Fajrijah pernah gagal dalam pemilihan Deputi Gubernur BI.

Rutinitas seperti ini masih tetap akan berlangsung pada pemilihan Deputi Gubernur BI mendatang. Calon yang sempat tertunda, seperti Made Sukada dan Kusumaningtuti, yang masing-masing kalah saat berhadapan dengan Budi Mulya dan Ardhayadi, masih bisa bersabar untuk menjadi Deputi Gubernur BI.

Budi Mulya, yang kini menjabat Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI, akan menggantikan Aslim Tadjuddin sebagai Deputi Gubernur Bidang Moneter. Sedangkan, Ardhayadi yang menjabat Direktur Pengawasan Bank 2 BI menggantikan Bun Bunan Hutapea sebagai Deputi Gubernur Bidang Manajemen Internal.

Ketua Komisi XI DPR RI, Awal Kusumah, mengatakan, Made Sukada dan Kusumaningtuti dapat memasuki uji kelayakan dan kepatutan pada 2008. “Kelihatannya ada kesinambungan kader. Jadi, mereka adalah bagian yang dipersiapkan untuk memasuki arena 2008,” ujarnya.

Kaderisasi di BI memang cukup mumpuni. Apalagi, kader-kadernya memiliki kepiawaian dalam bidang moneter dan perbankan, yang menjadi tugas utama BI. Mereka tentu sudah disiapkan melanjutkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan BI. Budi Mulya, misalnya, dinilai sebagai arsitek moneter terbaik yang dimiliki BI. Dia pernah menjabat sebagai Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter BI pada 2003 hingga Februari 2006.

Dalam curriculum vitae (CV)-nya, daftar pendidikan informal suami Anne S. Mulya ini cukup banyak mencantumkan pendidikan dalam bidang keuangan dan moneter. Bahkan, sarjana ekonomi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, ini termasuk salah satu tokoh yang menelurkan kerangka kebijakan moneter inflation targeting framework (ITF), yang resmi diberlakukan pada Juli 2005.

Ketika menyampaikan visi dan misinya, ayah satu putri dan satu putra ini mengatakan, BI dapat secara best pratices internasional konsisten melaksanakan kebijakan moneter, terutama operasi pasar terbuka (OPT) dan mengoptimalkan pasar keuangan menjadi efisien dan likuid. Hal itu yang harus serius diupayakan dalam berbagai kegiatan karena punya dampak positif terhadap kebijakan moneter, sehingga kebijakan moneter bisa efisien jika pasar keuangannya juga efisien.

Menurut Budi, pasar keuangan yang efisien dan likuid tercermin dalam jumlah instrumen dan peserta pasar yang cukup. Misalnya, saat penerbitan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) oleh pemerintah. Itu satu langkah koordinasi pemerintah dengan BI untuk menciptakan pasar keuangan yang likuid. Soalnya, beragamnya instrumen dan pihak yang terkait di dalamnya bisa menekan biaya. Sehingga, ada efisiensi dari para pihak yang ingin mengerahkan dana melalui pasar keuangan.

Pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, 29 Juli 1954, ini meniti karier di BI pada 1980 sebagai staf bagian neraca pembayaran, urusan ekonomi, dan statistik. Pada 1983, penggemar olahraga golf ini berhasil menyelesaikan studinya di bidang ekonomi di University of Colorado, Boulder, Colorado, Amerika Serikat (AS). Di negara yang sama, pada 1985, Budi Mulya juga menempuh pendidikan master of science in economics di University of Illinois.

Sementara itu, nama Ardhayadi memang tidak sepopuler Budi Mulya. Maklum, sebelum menjadi Direktur Pengawasan Perbankan 2 BI, sejak 2003, dia sempat menjadi nakhoda untuk perwakilan BI di Eropa. Tapi, jauh-jauh hari, Ardhayadi memang sudah dipersiapkan untuk menduduki Deputi Gubernur BI. Jabatan Direktur Pengawasan Perbankan 2 BI yang baru saja diembannya hanya semacam batu loncatan untuk menduduki posisi puncak.

Ardhayadi dikenal pandai dalam menangani keuangan internal. Tidak salah jika dia terpilih sebagai Deputi Gubernur BI Bidang Manajemen Internal. Apalagi, dia pernah menjadi Direktur Keuangan Intern BI selama 2003-2004. Begitu pula di bidang perbankan, berbagai pengalaman pernah dienyam selama beberapa tahun berkiprah di pengawasan perbankan.

Dalam uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi XI DPR RI, mahasiswa teladan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 1971 yang lulus sarjana akuntansi pada 1976 ini mengatakan, BI harus mampu menjaga ketahanan perekonomian dan sistem keuangan nasional dalam menghadapi perubahan dan dinamika pasar keuangan serta gejolak perekonomian dunia. Dia juga mengatakan, terjadinya permasalahan US subprime mortgage yang berdampak pada kesulitan likuiditas memicu gejolak harga di pasar saham dan keuangan internasional.

“Tantangan yang dihadapi pemerintah selaku (pemangku) otoritas fiskal dan sektor riil seakan kompleks dalam menghadapi arus dan proses globalisasi. Untuk ke depan, koordinasi (pemangku) otoritas moneter dan pemerintah menjadi sangat penting,” tegasnya.

Dalam hal keuangan, Ardhayadi mengatakan, pengembangan pembentukan lembaga keuangan, khususnya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perlu supaya dapat diarahkan untuk memperkuat ketahanan perekonomian nasional. “Menghadapi globalisasi keuangan dewasa ini, maka ekonomi Indonesia memerlukan lembaga keuangan yang khusus dibentuk untuk melayani UMKM,” ujarnya.

Pria kelahiran Yogyakarta, 2 Februari 1952, ini sempat beberapa kali menjadi direktur di BI. Selama 2000-2001, misalnya, dia menjadi Direktur Pemeriksaan Bank Pemerintah dan 2001 hingga 2002 menjadi Direktur Pimpinan Bank Indonesia/Koordinator Kantor Bank Indonesia Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada 2002 hingga 2003, dia kembali menjadi Direktur Pemeriksaan Bank Pemerintah, 2003 hingga 2004 menduduki jabatan Kepala Kantor Perwakilan BI di Eropa, dan 2003 hingga 2004 menjadi Direktur Keuangan Intern. Pada 2004 hingga 2007, dia kembali menjadi Kepala Kantor Perwakilan BI di Eropa. Dia juga pernah menjabat Direktur Pengawasan Bank 2 pada 2007.

Ardhayadi memulai karier di BI sejak 1978. Dia meraih gelar master of arts in development banking dari University of American, Washington DC, AS, pada 1986. Kini, dia masih sempat meluangkan waktunya untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Ardhayadi juga pernah tercatat sebagai staf di kantor akuntan (1974-1976), Kantor Pusat Bank Tabungan Negara (BTN) (1977), dan analis underwritter di PT Danareksa Jakarta (1978).



Baca Selengkapnya.....

Investor Retail Masih Kuasai ORI di Pasar Sekunder


Sumber Data : http://www.infobanknews.com
JAKARTA--: Kepemilikan Obligasi Negara Republik Indonesia (ORI) Seri ORI001-ORI003 setengahnya masih dipegang investor individu (ritel) pasca dicatatkan di pasar sekunder.


Hal itu membuat kepentingan investor ritel dapat terjaga, jika sewaktu-waktu akan menjual ORI-nya

Pelaksana Tugas Direktur Direktorat Surat Berharga Negara (SBN) Bimantara Widyajala menyatakan komposisi kepemilikan ORI001 pasca pencatatan di lantai bursa sebanyak 41% dipegang oleh investor ritel. Sedangkan sisa 59% di pegang oleh institusi keuangan seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perbankan.



Pada portofolio ORI002 sebanyak 42% dipegang oleh investor ritel, dan sisanya dimiliki oleh institusi keuangan. Sedangkan ORI003, sebanyak 50% dimiliki oleh investor ritel, dan selebihnya institusi keuangan.



"Kita menginginkan pasar stabil, dengan ditopang oleh suplai di pasar sekunder. Dengan begitu, kepentingan investor ritel dapat terjaga, jika sewaktu-waktu akan menjual ORI-nya," ujar Bimantara di sela-sela Pencatatan Perdana ORI004 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (13/3).



Ia mengatakan, porsi ORI semakin penting sebagai sumber pembiayaan dalam negeri dari masyarakat. Apalagi, dari sisi investasi akan memberikan manfaat pada masyarakat secara keseluruhan.



"Untuk mengembangkan pasar ORI, Departemen Keuangan dan lembaga self regulatory organization (SRO) akan terus-menerus melakukan sosialisasi kepada masyarakat," ungkapnya.



Ia menjelaskan, jumlah investor ORI001 mencapai 16.561 orang. Di ORI002 terjaring 10.327 insvetor baru, dan di ORI003 terjaring 16.692 investor baru. Untuk ORI004 yang baru dicatatkan, investor banrunya mencapai 26.890 orang. Total investor ORI001-ORI004 mencapai 69,669 investor.



Sedangkan investor ritel yang selalu melakukan pembelian dari ORI001-ORI004 mencapai 497 orang.



Sementara, dalam pencatatan perdananya di BEI, harga ORI004 mengalami kenaikan tipis didorong oleh transaksi di luar bursa (Over the Counter). Harga tertinggi ORI004 pada awal-awal perdagangannya di pasar sekunder tertinggi sebesar 100,35%, dan terendah 100%. Harga ORI pernah di bawah par, pada saat Juni-Juli 2007 lalu, yaitu sebesar 99%. "Itu akibat adanya krisis subprime mortagage. Tetapi, itu hanya berlangsung seminggu," tutur Direktur Fixed Income dan Perdagangn Derivatif BEI, T Guntur Pasaribu.



Pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada 12 April 2008 dan pembayaran bunga tanggal 12 setiap bulan. Jenis bunga tetap dengan tingkat bunga 9,50% per tahun dan jatuh tempo pada 12 Maret 2012. (DW/OL-2/eq)



Baca Selengkapnya.....

Selasa, Maret 25, 2008

Kepemimpinan yang Melayani

Dikutip dari : http://www.sinarharapan.co.id

Topik Mandiri kali ini sengaja dipilih untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan yang sejati. Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant leadership) ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul Leadership by The Book (LTB). Ken Blanchard adalah juga co-author dari buku-buku manajemen yang sangat laris, seperti The One Minute Manager, Raving Fans, Gung Ho, dan Everyone’s Coach. Buku LTB mengisahkan tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).


Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:
Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di republik ini.
Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.
Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)
Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.


Baca Selengkapnya.....

Minggu, Maret 23, 2008

SIKAP SEORANG PEMIMPIN

Oleh: Nilna Iqbal
Dikutip dari : http://www.pembelajar.com
Sebagian kita adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.
Jika Anda punya satu orang anggota saja, maka Anda adalah seorang pemimpin.

Dalam bukunya yang amat terkenal, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda, John C. Maxwell berkata, “Mengubah pemimpin berarti mengubah organisasi. Menumbuhkan pemimpin, menumbuhkan organisasi.”

Artinya? Perusahaan atau organisasi tidak akan berubah dan tidak akan berjalan ke arah yang dicita-citakan, apabila para pemimpinnya sendiri, di bagian apa pun, tidak berubah dan tidak tumbuh. Sebuah organisasi tidak bisa tumbuh di luar sampai para pemimpinnya sendiri tumbuh di dalam.

Jika seluruh unit kepemimpinan berubah secara positif, maka pertumbuhan organisasi atau perusahaan akan terjadi secara otomatis. Pemimpin yang lemah sama dengan organisasi yang lemah. Pemimpin yang kuat sama dengan organisasi yang kuat. Segala-galanya akan naik atau turun, sesuai dengan kekuatan kepemimpinan.

Kita mungkin juga bisa sepakat bahwa perbedaan antara perusahaan yang baik dengan perusahaan yang hebat juga adalah kepemimpinan. Apakah Anda bersedia jadi pemimpin yang hebat?

Syaratnya, mau berubah! Apa ada pemimpin yang menolak perubahan? Banyak…! Perlawanan terhadap perubahan adalah sesuatu yang universal sifatnya, menyerang semua kelas dan budaya. Sekalipun sudah ditunjukkan berbagai fakta kebenaran dan bukti nyata, tetap saja banyak pemimpin yang tidak mau mengubah sikap dan pikirannya.

Maxwell mengambil sebuah kisah yang amat menarik tentang Henry Ford yang gagal memimpin dunia otomotif lantaran ia tidak mau berubah, seperti yang dilukiskan dalam biografi Robert Lacy yang laris, Ford: The Man and the Machine. Lacy mengatakan Ford adalah orang yang begitu mencintai mobil model T yang diciptakannya sehingga ia tidak mau mengubah satu baut pun pada mobil itu. Dia bahkan mendepak William Knudsen, karena Knudsen berpikir dia melihat kemerosotan Model T.

Itu terjadi tahun 1912, ketika Model T baru berumur empat tahun dan sedang berada di puncak popularitasnya. Saat itu Ford baru saja kembali dari perjalanan pesiar di Eropa, dan dia pergi ke garasi Highland Park, Michigan, dan melihat rancangan baru yang diciptakan Knudsen.

Para montir yang ada di sana mencatat bagaimana Ford sesaat menjadi mata gelap. Dia memandangi kilatan cat merah pada versi Model T yang rendah yang dianggapnya sebagai versi yang buruk dari rancangan Model T yang disayanginya. “Ford memasukkan tangan ke dalam sakunya, dan dia berjalan mengelilingi mobil tiga atau empat kali,” kata para saksi mata menceritakan. “Itu adalah mobil empat pintu, dan atapnya diturunkan. Akhirnya, dia pergi ke sisi kiri mobil, dan dia mengeluarkan tangannya, memegang pintu, dan gubrak! Dia merenggutkan pintu sampai copot! … Bagaimana orang itu melakukannya, saya tidak tahu! Dia melompat masuk, dan gubrak! Copot pula pintu lainnya. Hancurlah kaca depan. Dia melompat ke jok belakang dan mulai memukuli atap. Dia merobek atap dengan tumit sepatunya. Dia menghancurkan mobil sebisa-bisanya.”

Knudsen keluar dan pergi ke General Motors. Henry Ford terus memelihara Model T. Tetapi perubahan desain dalam model pesaing membuatnya menjadi lebih kuno daripada yang diakuinya. Kendati General Motor mengancam akan mendahului Ford, sang pencipta tetap menginginkan kehidupan membeku di tempatnya.

Contoh berikut pun cukup menarik. Selama berabad-abad orang percaya bahwa Aristoteles benar, dengan teorinya: bahwa semakin berat suatu benda, semakin cepat benda itu jatuh ke tanah. Pada waktu itu Aristoteles dipandang sebagai pemikir terbesar sepanjang zaman dan karena itu tentu saja dia tidak mungkin salah. Padahal yang diperlukan hanyalah seorang yang berani untuk mengambil dua buah benda, yang satu berat dan lainnya ringan, lalu menjatuhkannya dari ketinggian yang cukup untuk melihat apakah benda yang berat memang jatuh lebih dahulu atau tidak. Tetapi saat itu tidak ada orang yang tampil ke depan sampai hampir 2000 tahun setelah kematiannya.

Pada tahun 1589, Galileo memanggil para profesor yang terpelajar ke landasan Menara Miring Pisa. Kemudian dia naik ke puncak dan mendorong jatuh dua buah beban, yang satu seberat sepuluh pon dan yang lainnya satu pon. Hasilnya, keduanya ternyata mendarat pada saat yang sama!

Apa kata para profesor? Karena mereka tetap yakin dengan kekuatan kebijaksanaan konvensional yang demikian kokoh bersemayam dalam diri mereka, para profesor itu tetap menyangkal apa yang mereka lihat. Mereka tetap mengatakan bahwa Aristoteles benar, lalu lemparkan Galileo ke penjara dan melewatkan sisa hidupnya dalam tahanan rumah.

Pertanyaannya, masih adakah sesuatu yang begitu kuat Anda yakini sehingga sekalipun sudah berulang kali diperlihatkan fakta-fakta betapa pentingnya kita segera berubah, tetap saja Anda tidak mau berubah?

Karena itulah, Howard Hendrick, dalam Teaching to Change Lives mengingatkan: Kalau Anda ingin terus memimpin, maka Anda harus berubah. Begitu para pemimpin secara pribadi mau berubah dan mulai melakukannya, maka segala sesuatu yang berada dalam tanggung jawabnya pasti segera berubah. Para pemimpin adalah motor perubahan, dan karena itu ia harus berada di depan untuk menggerakkan perubahan dan mendorong pertumbuhan serta menunjukkan jalan untuk mencapainya.

Tapi terkadang ada pula sebagian pemimpin kita yang mungkin berperilaku seperti Lucy dalam kartun “Peanuts”. Sambil menyandar ke pagar ia berkata pada Charlie Brown, “Saya ingin mengubah dunia.” Charlie bertanya, “Darimana kamu akan memulai?” Lucy menjawab, “Saya akan mulai dengan kamu!”

Para pemimpin yang ada di seluruh bagian perusahaan di mana pun ia berada, harus mampu menjadi motor perubahan. “Mereka harus lebih menjadi termostat daripada termometer,” kata Maxwell, dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan di Sekeliling Anda.

Apa bedanya? Kedua alat ini memang sama-sama bisa mengukur panas, tapi ada bedanya. Termometer bersifat pasif. Ia hanya mencatat suhu lingkungan tetapi tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah lingkungan. Termostat adalah alat yang aktif. Alat ini menentukan akan menjadi apa sebuah lingkungan. Termostat mempengaruhi perubahan supaya bisa menciptakan iklim. Pemimpin yang baik, mampu menjadi motor perubahan yang menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan cita-cita perusahaan.

Perubahan Apa?
John C. Maxwell dalam buku The Winning Attitude menggambarkan, “Orang berubah ketika mereka cukup sakit sehingga harus berubah; cukup belajar sehingga ingin berubah; cukup menerima sehingga mereka bisa berubah.” Karena itu para pemimpin perlu mengenali siapa-siapa saja orang-orangnya yang berada dalam salah satu dari tiga tahap ini. Sedangkan para pemimpin puncak akan menciptakan suasana yang menyebabkan salah satu dari tiga hal ini terjadi.

Apa yang pertama dan utama sekali perlu diubah oleh para pemimpin, sehingga ia mampu menciptakan suasana yang akan mendorong orang lain ikut berubah?

Maxwell, mengajarkan:
Pertama, pemimpin harus mengembangkan kepercayaan dengan orang lain. Kalau anggota tim percaya kepada pemimpin, itu sudah lumayan hebat. Akan tetapi jauh lebih hebat lagi jika justru pemimpin yang percaya kepada para anggotanya. Bila ini benar-benar terjadi, kepercayaan adalah hasilnya, maka semua pun akan mengikuti. Abraham Lincoln berkata, “Kalau Anda ingin merebut hati seseorang agar mendukung perjuangan Anda, mula-mula yakinkan dia bahwa Anda sahabatnya yang sejati. Lalu selidikilah apa yang ingin dicapainya.” Ujian praktis bagi seorang pemimpin adalah pertanyaan, “Bagaimana hubungan Anda dengan para pengikut Anda?” Kalau hubungannya positif, maka pemimpin itu telah siap untuk mengambil langkah-langkah berikutnya.

Kedua, pemimpin harus membuat perubahan pribadi pada dirinya sendiri, sebelum meminta orang lain berubah. Para pemimpin sukses bukan hanya mengatakan apa yang harus dilakukan, mereka memperlihatkannya! Orang meniru apa yang mereka lihat dari sang pemimpin. Apa yang dihargainya akan dihargai pula oleh anak buahnya. Tujuan pemimpin menjadi tujuan mereka. Lee Iacocca berkata, “Kecepatan bos adalah kecepatan tim.” Kita perlu ingat bahwa kalau orang mengikuti kita, mereka hanya bisa pergi sejauh kita pergi. Kalau pertumbuhan kita berhenti, kemampuan kita untuk memimpin pun akan berhenti. Karena itu mulailah belajar dan tumbuh sejak hari ini, maka lihatlah mereka yang ada di sekeliling Anda, mereka pun ternyata tumbuh dan berubah. Ambil contoh saja, mulailah menghilangkan sikap takut mengatakan hal-hal yang tidak ingin didengar oleh atasan Anda. Sebagai pemimpin Anda harus melaporkan dan menyampaikan apa yang perlu anda laporkan, bukan apa yang sebaiknya dilaporkan. Lalu rangsanglah anggota organisasi anda untuk berani pula menyampaikan apa yang perlu Anda dengar, bukan apa yang ingin anda dengar.

Ketiga, perlihatkan kepada tim anda bagaimana perubahan itu sebenarnya akan sangat menguntungkan bagi mereka. Sebab perubahan yang sedang kita lakukan saat ini adalah jalan terbaik bagi seluruh pihak, demi masa depan semua orang, bukan bagi Anda sebagai pimpinannya. Kepentingan orang banyak itulah yang harus didahulukan.

Keempat, beri mereka andil kepemilikan atas perubahan itu. Kalau orang kurang ikut memiliki suatu gagasan, mereka biasanya menentangnya, bahkan seandainya pun gagasan itu sebetulnya untuk kepentingan mereka yang terbaik! Pemimpin yang bijaksana memungkinkan pengikut bisa memberikan masukan dan menjadi bagian dari proses perubahan. Tanpa rasa memiliki ini, perubahan hanya akan berjangka pendek. Mengubah kebiasaan dan cara berpikir orang banyak seperti menulis perintah di atas salju dalam badai. Setiap duapuluh menit perintah harus ditulis kembali, kecuali kalau kepemilikan diberikan bersama dengan perintah.

Karena itu, kata Trusell dalam Helping Employees Cope with Change: A Manager’s GuideBook, “Tunjukkan kepada orang lain bagaimana perubahan akan menguntungkan mereka. Mintalah mereka untuk berperan serta dalam semua tahap proses perubahan. Bersikaplah lentur, terbuka, dan bisa menyesuaikan diri sepanjang proses perubahan. Akuilah kesalahan dan buatlah perubahan kalau sesuai dengan keadaan. Doronglah setiap anggota tim untuk membicarakan perubahan. Mintalah pertanyaan, komentar, dan umpan balik mereka. Tunjukkan keyakinan anda atas kemampuan mereka untuk melaksanakan perubahan. Akhirnya jangan lupa berilah selalu antusiasme, bantuan, penghargaan, dan pengakuan kepada mereka yang melaksanakan perubahan.”[ni]

* Nilna Iqbal adalah alumni Jurusan Astronomi ITB. Saat ini, kelahiran 8 Mei 1967 ini menekuni pekerjaanya sebagai penulis, trainer, dan entrepreneur. Nilna tercatat pernah aktif sebagai anggota redaksi sejumlah media serta mendapat tiga penghargaan penulisan tingkat nasional dari 1990-1992. Ia dapat dihubungi di: nilnaiqbal@yahoo.com



Baca Selengkapnya.....

Menjadi Pemimpin Sejati

By Andrew Ho
Dikutip dari : http://www.andrewho-uol.com
"Seorang pemimpin adalah seseorang yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum yang lainnya melihat."
Levoy Eims, penulis buku Be The Leader You Were Meant To Be.

Levoy Eims mencoba memberikan gambaran tentang seorang pemimpin sejati. Kita semua sangat membutuhkan seorang pemimpin sejati guna membangun budaya positif, kemajuan dan prestasi dalam berbagai bidang kehidupan; misalnya dalam bisnis, organisasi atau sosial masyarakat. Melalui kisah tentang dua orang penjelajah kutub selatan berikut ini kita akan mencoba meneladani bagaimana sosok pemimpin sejati yang sesungguhnya.

Dikisahkan bahwa kutub utara telah berhasil ditahklukkan pada tanggal 6 April 1909 oleh kelompok penjelajah pimpinan Robert E. Peary (1856-1920) asal Amerika. Berita tentang keberhasilan penjelajahan tersebut segera tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dua orang diantaranya tertarik untuk menahlukkan kutub selatan, yaitu Roald Amundsen (1872-1928) dari Norwegia dan seorang pejabat angkatan laut Inggris, Kapten Robert Falcon Scott.

Kedua orang tersebut berkeinginan untuk mencapai kutub selatan dari rute yang berbeda. Dikisahkan bahwa tim penjelajah dibawah pimpinan Roald Amundsen berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 14 Desember 1911, atau satu bulan lebih cepat dari tim penjelajah pimpinan Robert Falcon Scott. Selanjutnya tim penjelajah pimpinan Amundsen berhasil kembali pulang dengan selamat. Sedangkan berita menyedihkan datang dari tim penjelajah pimpinan Scott, karena semua anggota tim termasuk dirinya sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan.

Mengapa dapat terjadi, dua tim yang sama-sama menghadapi tantangan berat selama menembus kutub selatan mencapai hasil yang bertolak belakang? Banyak kalangan menilai bahwa kegagalam tim Scott maupun keberhasilan tim Amundsen sangat ditentukan oleh pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka. Dari sanalah kita mencoba mencermati bagaimanakah pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka untuk mengetahui apakah mereka termasuk pemimpin yang ideal atau tidak.

Di Inggris, Scott dikenal mempunyai kemampuan memimpin yang luar biasa. Visi dan misi yang ingin ia capai bersama tim penjelajah juga jelas, yaitu mencapai kutub selatan dan pulang dengan membawa keberhasilan. Untuk mencapai visi dan misi tersebut ia juga melakukan berbagai persiapan.

Diceritakan bentuk persiapan Scott antara lain adalah menyediakan sebuah kereta luncur bermesin ditambah dengan beberapa ekor anak kuda. Ia bersama timnya juga menyediakan pos-pos persediaan makanan di sepanjang rute yang akan mereka lalui. Tetapi bagaimana kelanjutan kisah mereka dan penyebab utama sehingga semua anggota tim termasuk Scott sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan?

Semua kisah dan kendala yang harus mereka hadapi terungkap dalam surat-surat tulisan Scott yang diketemukan di dalam tubuhnya beberapa bulan setelah kematiannya. Surat-surat tersebut kemudian disimpan oleh Philippa Scott, putra tunggal Scott. Philippa Scott yang meninggal dunia pada tahun 1989 itu menghadiahkan surat-surat milik Scott kepada Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge.

Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge memamerkan surat-surat Scott kepada khalayak umum pada tanggal 17 Januari 2007. Dalam surat tersebut diketahui bahwa kendala serius mulai muncul ketika kereta luncur bermesin itu rusak pada hari ke-5 penjelajahan dimulai. Scott menulis bahwa cadangan tenaga dari anak-anak kuda tak lagi dapat diandalkan. Pasalnya, anak-anak kuda itu tak mampu bertahan dalam cuaca dingin, sehingga anggota tim Scott terpaksa membunuh anak-anak kuda itu di kaki gunung Transantarctic.

Setelah itu semua anggota tim terpaksa bahu-membahu menarik kereta luncur seberat 200 pon. Sementara pos-pos persediaan makanan yang sudah dipersiapkan ternyata lokasinya sangat sulit dijangkau. Tim Scott benar-benar kesulitan menemukan pos-pos makanan itu. Sehingga tenaga mereka terkuras.

Sedangkan cuaca yang sangat dingin menyebabkan stamina tim penjelajah pimpinan Scott menurun drastis. Terlebih mereka kurang memperhitungkan kesiapan peralatan penjelajahan, terutama kaca mata. Tak mengherankan jika dalam penjelajahan tersebut anggota tim Scott mengalami kendala kesehatan serius, misalnya; dehidrasi, mata hampir buta, kedinginan, kelaparan, dan keracunan dalam darah.

Di sisi lain, Amundsen sebagai pemimpin juga mempunyai visi yang jelas dan tidak berbeda dengan visi yang ingin dicapai tim Scott. Bedanya, Amundsen melakukan perencanaan yang sangat teliti dan persiapan yang matang, termasuk mempelajari metode-metode kaum Eskimo serta penjelajah Arctic lain yang sudah berpengalaman. Salah satu bentuk persiapan mereka antara lain adalah kereta luncur yang ditarik oleh beberapa ekor anjing. Kekuatan anjing-anjing itu dalam sehari maksimal hanya 6 jam atau sekitar 20 mil perjalanan.

Tim pimpinan Amundsen juga menyiapkan pos-pos yang menyediakan makanan dan minuman cukup banyak dan lokasinya mudah dijangkau. Dengan demikian, tim Amundsen tidak kesulitan mendapatkan persediaan makanan di sepanjang perjalanan. Lagipula mereka tak perlu membawa beban terlalu berat. Selain itu, Amundsen melengkapi timnya dengan peralatan penjelajahan terbaik dan lengkap.

Dari sana kita dapat melihat bahwa sudah menjadi tugas pemimpin untuk menentukan arah tim atau organisasi yang ia pimpin. John C. Maxwell mengatakan, "Ibaratnya siapapun dapat mengemudikan kapal, namun hanya pemimpin yang dapat menentukan arahnya." Sosok pemimpin seperti Amundsen maupun Scott sebenarnya sudah mampu memainkan peran mereka sebagai pimpinan, terbukti mereka berdua sudah mampu merumuskan visi dan misi yang hendak mereka capai.

Tetapi seorang pemimpin tak hanya perlu menciptakan visi dan misi, melainkan merumuskan realita yang ada, termasuk kekurangan dan kekuatan yang ada dalam tim, organisasi, negara dan lain sebagainya. Selain itu, seorang pemimpin ideal akan sangat menghargai perbedaan maupun kekurangan masing-masing fungsi sekaligus menciptakan harmonisasi sehingga elemen-elemen yang ada saling mensinergi kemajuan. Seorang pemimpin juga dituntut untuk peka dan mampu memperhitungkan segenap potensi yang ada untuk menciptakan pertumbuhan dan merealisasikan visi dan misinya menjadi kenyataan.

Scott tidak mempunyai kualitas sebagai pemimpin ideal sebagaimana disebutkan di alenia di atas. Ia tidak peka dan tidak mampu mengharmoniskan potensi yang ada di dalam timnya untuk mencapai visi dan misi. Dikisahkan sesaat sebelum berangkat, Scott secara sepihak memutuskan menambah satu orang, yaitu rekannya sendiri, kedalam tim penjelajahan menjadi 5 orang. Padahal bekal ketersediaan bahan makanan tim tersebut hanya cukup untuk 4 orang.

Meskipun mereka berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 17 Januari 1912, tetapi kondisi kesehatan para anggota tim Scott sangat lemah dan kelaparan. Melihat kondisi seperti itupun Scott masih berkeras agar timnya membawa pulang 30 pon spesimen geologi. Tindakan Scott itu jelas semakin membebani para anggota timnya, sekaligus membuktikan bahwa ia bukanlah pemimpin yang cukup peka. Padahal kepekaan terhadap kerinduan, keinginan, harapan dan kemauan para anggota tim merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam memimpin.

Tindakan Scott yang tidak peka benar-benar fatal hingga menewaskan semua anggota tim termasuk dirinya sendiri. Dalam sebuah cacatan harian, Scott menuliskan penyesalannya, "It is a terrible disappointment, and I am very sorry for my loyal companions. – Ini merupakan kekecewaan yang begitu dalam, dan saya sangat menyesalkan tindakan saya terhadap rekan-rekan yang sudah begitu setia (para anggota dalam tim penjelajahannya)." Tragedi yang menimpa semua anggota tim diakibatkan Scott lebih mengutamakan egonya sendiri. Hal itu mencerminkan ketidakmampuan Scott menjadi pemimpin sejati.

Kesimpulan tentang kualitas pemimpin ideal sebenarnya senada dengan pendapat Patricia Patton, seorang konsultan profesional. "It took a heart, soul and brains to lead a people ……, - Untuk memimpin orang lain dibutuhkan totalitas pengabdian dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran," katanya. Dengan demikian seorang pemimpin sejati tak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan emosional.

Daniel Goleman kemudian mengelompokkan tipe pemimpin kedalam 6 golongan, yaitu visionary (memiliki visi), coaching (mendidik), affiliate (mengedepankan keharmonisan dan kerja sama), democratic (menghargai pendapat orang lain), pacesetting (memberikan contoh dan tindakan), commanding (tegas dan berani mengambil resiko). Namun tipe pemimpin paling ideal menurutnya adalah mereka yang mampu menerapkan ke-6 tipe tersebut sesuai dengan kebutuhan secara benar dan tepat.

Selama ini kualitas pemimpin sejati dianggap sebagai bakat yang tumbuh dalam diri seseorang secara alamiah. Tetapi sebenarnya kemampuan menjadi pemimpin sejati dapat dilatih, khususnya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, berpikir dan bertindak positif, membangun jaringan dan kerjasama, menetapkan target-target, berempati, dan lain sebagainya. Artinya, siapapun dapat tampil sebagai pemimpin sejati yang menjadi dambaan semua orang dan berperan siginifikan sebagai pelopor untuk membangun kehidupan kita semua, asalkan ada kemauan dan upaya yang sungguh-sungguh untuk melatih diri misalnya melalui seminar, pelatihan, belajar dari pemimpin yang sukses maupun sejarah kebijakan mereka dan lain sebagainya.


Baca Selengkapnya.....

Persiapan Menghadapi Tantangan Kehidupan

By Andrew Ho
Dikutip dari : http://www.andrewho-uol.com
“When life hand you a lemon, squeeze it and make lemonade.”
— W. Clement Stone.

Tantangan begitu identik dengan kehidupan manusia. Pemanasan global adalah topik yang sedang hangat bila kita berbincang tentang tantangan. Sebelum betul-betul menjadi bencana besar bagi seluruh umat manusia, berbagai upaya sudah dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah diselenggarakannya Konferensi UNFCCC di P. Bali, yang mendesak kesadaran masyarakat dunia untuk memelihara kelestarian alam, diantaranya tidak menggunduli hutan, bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah, reboisasi, mengurangi polusi udara dan lain sebagainya.

Tantangan yang tidak kalah berat di negri kita adalah bencana alam, diantaranya banjir, gempa, gunung meletus, tanah longsor dan lain sebagainya. Banjir di Jakarta 1 Februari 2008 misalnya, itu sangat merepotkan, menyebabkan kerugian dan pemborosan besar-besaran, karena macet dimana-mana dan kegiatan ekonomi tentu juga terhambat. Banyak waktu terbuang sia-sia. Saya merupakan salah satu diantara ribuan warga Jakarta yang terperangkap di jalanan puluhan jam karena macet luar biasa.

Tantangan lainnya adalah gejolak ekonomi di seluruh belahan dunia, antara lain disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah yang menggila. Masalah tersebut menimbulkan iklim bisnis yang suram di dunia termasuk di Indonesia. Kelesuan ekonomi mengancam kelangsungan usaha. Akibatnya banyak perusahaan mengurangi produksi atau bahkan bangkrut, lalu mengurangi jumlah karyawan. Akibatnya persaingan kerja semakin tinggi, karena jumlah pengangguran semakin banyak sedangkan peluang kerja semakin sedikit.

Sementara itu BBM industri sudah naik per 1 Maret 2008. Sementara di tengah daya beli masyarakat yang menurun, harga kebutuhan pokok termasuk minyak goreng dan minyak tanah juga terus merangkak naik. Masalah ekonomi semakin menghimpit kehidupan masyarakat, selanjutnya memicu kriminalitas dan masalah sosial lainnya.

Saat sekarang bangsa Indonesia akan segera menyongsong perhelatan pemilihan presiden dan wakilnya tahun depan (2009). Situasi politik di Indonesia akan menghangat. Tentu saja kita berharap semoga proses menuju perhelatan akbar itu tidak diwarnai teror bom dan kerusuhan seperti di Pakistan dan Nigeria, agar tidak ikut menambah panjang tantangan yang harus kita hadapi.

Tantangan akan terus bermunculan di belahan dunia manapun. Semakin hari tantangan tersebut akan meningkat seiring berjalannya waktu dan gejolak di dunia yang penuh ketidakpastian. Sehingga kita harus segera melakukan langkah-langkah konstruktif, sebab semakin lama tantangan yang harus kita hadapi bukan semakin mudah. Segera lakukan sesuatu agar tidak menjadi korban dari tantangan kehidupan melainkan menjadi pemenang karena berhasil melampaui tantangan tersebut dengan baik.

Langkah penting pertama yang harus segera kita lakukan menghapuskan kata frustasi dalam kamus kehidupan. Jika Anda harus berhadapan dengan kegagalan atau kepedihan yang secara positif disebut dengan tantangan, maka luangkan waktu sejenak untuk mengevaluasi kesalahan yang mungkin Anda lakukan. Kemudian segeralah bangkit.
Boleh saja Anda berduka karena tantangan yang harus Anda hadapi. Tetapi jangan membiarkan diri Anda terkalahkan olehnya. “If you are not committed to getting better at what you are doing, you are bound to get worse. – Jika Anda tidak berkomitmen untuk mengerjakan tanggung jawab Anda dengan lebih baik, maka Anda selamanya Anda akan terperangkap dan kian terpuruk,” kata Pat Riley dalam bukunya yang berjudul The Winner Within.

Petiklah manfaatnya dengan menjadikan tantangan tersebut sebagai motivasi untuk memperbaiki diri, meliputi memperbaiki pola pikir, sikap, meningkatkan kekuatan spiritual, etos kerja, kemampuan dan lain sebagainya. “Jangan berharap sesuatu yang lebih baik, berharaplah Anda yang lebih baik,” kata Jim Rohn. Bila hal itu Anda lakukan, maka dalam jangka waktu tertentu Anda akan mampu mengerjakan suatu pekerjaan atau peluang baru dengan lebih baik dan mental yang lebih kuat.

Setelah itu segera manfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan ilmu pengetahuan. Sebuah pepatah mengatakan, “The future belongs to the competent. – Masa depan adalah milik mereka yang mempunyai keahlian lebih baik.” Orang-orang yang berilmu dan mempunyai keahlian lebih mampu menjelang masa depan gemilang. Karena di tengah badai tantangan sekalipun mereka dapat bersikap optimis dan kreatif.

Salah satu contoh sebut saja Roy Wibisono, seorang peneliti sekaligus pengusaha keramik di Semarang-Jawa Tengah. Di tengah himpitan tekanan ekonomi seperti sekarang, usaha keramik yang ia tekuni justru makin berkibar. Daya kreatifitasnya memanfaatkan lumpur Porong Lapindo dan pasir dari letusan Gunung Merapi menghasilkan karya keramik yang unik dan bernilai jual tinggi. Siapa yang mengira bahwa apa yang disebut sebagai bencana dapat menjadi sumber penghasilan yang prospektif di tangan Roy Wibisono dengan ilmu pengetahuan dan kreatifitas yang dimilikinya.

Sedangkan langkah lain yang harus Anda lakukan adalah mengontrol pengeluaran. Sebesar apapun penghasilan Anda tidak akan pernah cukup jika Anda bergaya hidup konsumtif. Ciptakan kesadaran untuk tidak berhutang. Gunakan kartu kredit hanya untuk kebutuhan mendesak, bukan untuk komsumtif.

Sebaliknya, belajarlah untuk menabung dan investasi. Sisakan minimal 20% dari total pendapatan setiap bulan. Kemudian tingkatkan terus jumlah tabungan dan investasi Anda karena tindakan tersebut dapat memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Selain merencanakan keuangan untuk hari depan, pikirkan pula perlindungan terhadap kesehatan. Sisihkan sebagian kecil dari uang Anda untuk menjamin semua biaya pengobatan di kemudian hari. Dengan cara demikian Anda akan mendapatkan manfaat yang sangat besar di masa depan dan hidup lebih nyaman di hari tua.

Hidup bersahaja adalah pilihan yang sangat bijaksana di tengah harga semua kebutuhan pokok semakin mahal. Hidup lebih sehat meskipun Anda tetap mempertahankan pola kesederhanaan. Selain mengurangi pengeluaran, hidup bersahaja sangat efektif untuk menjaga harta dan keselamatan Anda, karena tidak akan menyebabkan kecemburuan sosial yang dapat memicu tindak kriminal.

Secara garis besar, kunci keberhasilan menghadapi tantangan kehidupan yang semakin berat adalah bersikap optimis, atau memupuk ketahanan mental. Kalau dalam peribahasa Tionghoa dikatakan, “Nian nian nan guo, nian nian guo.” Artinya kehidupan setiap tahun akan semakin sulit, tetapi dengan ketabahan semua tantangan itu akan dapat dilalui dengan baik.

Sementara di tengah tantangan itu kita juga harus bertindak lebih bijaksana dan berhati-hati. Perhitungkan segala tindakan hanya untuk mencapai manfaat hingga jangka panjang. “You must have long term goals to keep you from being frustrated by short term failures. – Kamu harus punya tujuan jangka panjang untuk menghindarkan dirimu dari frustasi terhadap kegagalan jangka pendek,” kata Charles Sherwood Noble (1873-1957), seorang mantan tuan tanah yang jatuh pailit tetapi berhasil bangkit dan membangun kesuksesan kembali 1 tahun kemudian.


Baca Selengkapnya.....

Religious Aspects of Hypnosis

Dikutip dari : http://www.adiwgunawan.com
Pembaca, sebenarnya sudah lama saya ingin sekali menulis artikel ini. Namun karena kesibukan dan fokus saya yang lagi nggak “in” dengan topik ini maka saya menundanya. Keinginan ini muncul lagi saat baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang dengan begitu haqul yakin dan mantap mengatakan bahwa hipnosis adalah ilmu sesat dan dilarang agama.

Nah, apa yang saya tulis di artikel ini merupakan intisari dari edukasi dan diskusi yang saya lakukan dengan kawan saya ini. Setelah mendengar ulasan saya panjang lebar akhirnya kawan saya ini berhasil saya “sesatkan” kembali ke jalan yang benar.



Nah, pembaca, “Apa sih hubungan antara agama dan hipnosis?”



Sebelumnya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu definisi hipnosis. Biar kita ada dasar pijakan berpikir yang sama. Ada banyak definisi yang diberikan oleh masing-masing pakar. Namun definisi yang paling banyak digunakan saat ini, yang merupakan definisi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika yaitu “Hypnosis is the bypass of the critical factor of conscious mind and the establishment of the acceptable selective thinking” atau Hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diterimanya pemikiran tertentu.



Definisi di atas sama sekali tidak menyinggung “ilmu” atau “kekuatan” yang ditakutkan oleh kebanyakan orang. Jadi, hipnosis sebenarnya sangat sederhana. Saat terjadi penembusan critical factor dan diterimanya suatu pemikiran (baca: sugesti, ide, atau afirmasi) tertentu maka pada saat itu telah terjadi hipnosis.



Ada juga yang mengatakan bahwa hipnosis itu sama dengan tidur. Inipun tidak tepat. Memang, saat seseorang dalam kondisi hipnosis maka ia akan tampak seperti orang tidur. Namun aktivitas mental yang terjadi sangat berbeda.



Kata “hypnosis” pertama kali digunakan oleh James Braid pada tahun 1842 . Kata ini berasal dari bahasa Yunani, Hypnos, yang sebenarnya adalah nama dewa tidur. James Braid semula berpikir hipnosis sama dengan tidur. Namun setelah ia memahami dengan benar bahwa kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur, saat ia menyadari bahwa justru dalam kondisi hipnosis seseorang akan sangat fokus pada satu ide atau pemikiran, pada tahun 1847 ia mencoba mengganti kata hypnosis dengan mono-ideaism. Namun istilah hypnosis telah terlanjur populer dan terus digunakan hingga saat ini.



Jadi, tidak benar jika saat dalam kondisi hipnosis pikiran seseorang bisa dikuasai, ditaklukkan, atau tidak sadar. Justru dalam kondisi hipnosis pikiran seseorang menjadi sangat fokus dengan intensitas yang sangat tinggi.



Setiap upaya masuk ke kondisi hipnosis, baik itu waking hypnosis, self hypnosis, atau hetero-hypnosis, pasti mempunyai tiga komponen. Pertama, orang yang melakukan hipnosis harus mempunyai otoritas, atau paling tidak dipandang sebagai figur otoritas di bidangnya. Ini adalah langkah awal untuk menembus atau membuka celah di critical factor pikiran sadar. Setelah berhasil, dibutuhkan komponen kedua untuk membuat critical factor bersedia menerima informasi yang akan disampaikan. Critical factor akan bertanya, “Mengapa ini bisa bekerja?” Untuk bisa membuat critical factor “puas” maka digunakan salah satu dari tiga otoritas informasi berikut, yaitu doktrin, paradigma (teori atau model) dan trans-logic. Setelah itu baru komponen ketiga digunakan yaitu message unit overload atau membanjiri pikiran dengan sangat banyak unit informasi sehingga pikiran menjadi overload. Saat terjadi overload maka secara alamiah kita masuk dalam mode fight (lawan) atau flight (lari). Jika subjek melakukan fight (melawan) maka ia tidak bisa masuk ke kondisi hipnosis. Saat subjek memutuskan untuk flight (lari) maka saat itu ia akan “masuk” ke dalam pikirannya, melarikan diri dari serbuan unit informasi yang begitu banyak, dan ia masuk ke kondisi hipnosis.



Kondisi hipnosis adalah kondisi alamiah pikiran manusia. Nggak percaya? Pernahkah anda saat mencari sesuatu, katakanlah kunci mobil anda, sudah anda cari ke mana-mana tapi tetap nggak ketemu. Padahal kunci mobil itu tepat berada di depan anda? Pasti pernah mengalami hal seperti ini, kan?



Tahukah anda apa yang terjadi? Yang terjadi adalah anda mengalami negative visual hallucination. Benda yang dicari ada namun anda tidak bisa melihatnya. Dan tahukah anda bahwa saat anda mengalami hal ini, anda sebenarnya berada dalam kondisi very deep trance. Jika menggunakan Davis Husband Scale, dari 30 level kedalaman trance, anda berada di level 29. Ck…ck…ck… luar biasa.



Atau anda mungkin pernah, saat mandi, tiba-tiba merasakan perih di lutut anda. Setelah anda lihat ternyata lutut anda lecet tergores sesuatu. Mengapa baru saat mandi anda merasakannya? Mengapa saat terluka anda sama sekali tidak merasakannya?



Jawabannya sederhana sekali. Saat lutut anda tergores atau terluka pikiran ada sedang sangat fokus pada sesuatu. Saat itu anda sedang dalam kondisi hipnosis yang dalam. Terjadi pain blocking. Anda tidak merasakan sakit sama sekali. Fenomena ini, bila kita tahu caranya, tentunya dengan kondisi hipnosis, dapat dengan sangat mudah diciptakan. Jadi, tidak ada yang aneh atau mistik dalam hal ini.



Atau mungkin anda pernah sedang membaca buku atau nonton tv, saking asyiknya (baca: fokus), anda tidak mendengar saat dipanggil oleh kawan anda. Ini juga contoh kondisi deep hypnosis.



Nah, kembali ke diskusi kita mengenai hubungan agama dan hipnosis. Dengan mengacu pada definisi hipnosis, dan beberapa keterangan tambahan yang telah saya sampaikan di atas maka anda kini sadar bahwa sebenarnya semua, saya ulangi semua, agama sebenarnya telah menggunakan hipnosis untuk memengaruhi umatnya.



Mari kita lihat praktik atau ritual agama. Kita mulai dengan bentuk bangunan ibadah. Bagaimana bentuknya? Pasti berdiri tegak, besar, dan megah. Lalu, saat kita berada di dalam bangunan ini, bagaimana bentuk dan ketinggian plafon? Apakah rendah ataukah (sangat) tinggi dan megah? Sudah tentu plafonnya tinggi dan megah.



Apa tujuan atau efeknya terhadap diri kita?



Kita, secara sadar atau tidak, akan merasa kecil. Merasa tidak ada apa-apanya. Otoritas gedung ini, ditambah lagi kita tahu bahwa ini adalah tempat ibadah, membuat kita “takluk” dan “pasrah”. Lalu bagaimana dengan pemuka agama yang menyampaikan “pesan”? Dari mana mereka menyampaikan “pesan” mereka? Apakah mereka berdiri sejajar dengan umat ataukah lebih tinggi?



Sudah tentu lebih tinggi. Biasanya di atas mimbar khusus yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang khusus. Ini juga salah satu bentuk otoritas. Begitu pikiran sadar kita melihat figur otoritas maka critical factor langsung terpengaruh dan mulai membuka.



Lalu, apa yang digunakan untuk komponen kedua? Benar, sekali. “Pesan” yang disampaikan itu dikutip dari kitab suci, langsung menembus critical factor, dan masuk ke pikiran bawah sadar. “Pesan” ini biasanya dalam bentuk doktrin.



Bagaimana dengan komponen ketiga, message unit overload? Caranya adalah dengan menggunakan repetisi atau emosi. Saat sesuatu “pesan” disampaikan berulang-ulang atau suatu emosi berhasil digugah dan dibuat menjadi intens, baik itu emosi positif maupun negatif, misalnya kebahagiaan karena akan masuk surga atau kengerian dan ketakutan siksa neraka, maka semua unit informasi ini membanjiri pikiran dan menciptakan kondisi overload. Menggugah emosi bisa juga dengan melalui lagu-lagu dengan irama yang lembut dengan syair yang menghanyutkan perasaan atau dengan wangi-wangian tertentu.



Sekarang coba kita lihat ritual doa. Apa yang dilakukan umat sebelum berdoa? Apakah mereka akan ribut, cerita-cerita sendiri, ataukah mereka akan berlutut, diam, hening, dan memusatkan perhatian mereka pada doa yang akan diucapkan? Kondisi pemusatan perhatian ini sebenarnya adalah untuk masuk ke kondisi hipnosis, yang kalau dalam bahasa agama disebut dengan kondisi khusyuk. Setelah pikiran terpusat, hati tenang, barulah doa dibacakan atau diucapkan. Doa yang diucapkan ini sebenarnya adalah sugesti atau afirmasi. Jika doa ini diucapkan sendiri maka ia menjadi auto-suggestion melalui self hypnosis.



Bagaimana doa dengan hanya membaca satu atau dua ayat tertentu dan diulang-ulang? Inipun sama saja. Dengan pemusatan pikiran terhadap doa yang dibacakan akan tercipta kondisi hipnosis (baca: khusyuk).



Bagaimana dengan latihan meditasi dengan objek pernapasan? Bagaimana dengan orang yang melakukan liamkeng atau berlatih meditasi dengan fokus pada suara yang timbul akibat ketukan pada alat bantu tertentu?



Semuanya sama saja. Intinya adalah adanya pemusatan perhatian atau fokus pada sesuatu objek dan adanya repetisi. Semua akan mengakibatkan kondisi overload yang akhirnya akan mengakibatkan kondisi hipnosis.



Banyak orang sangat ingin masuk ke kondisi khusyuk. Namun kondisi ini hanya bisa mereka capai sesekali saja. Tidak bisa diulang sesuai keinginan. Mengapa? Karena kebanyakan kita tidak mengerti mekanisme untuk masuk ke kondisi khusyuk ini. Kita selama ini hanya menggunakan cara trial and error. Ada yang bisa dengan sangat mudah menjadi khusyuk namun ia tidak bisa menjelaskan atau mengajarkan caranya kepada orang lain.



Sulitkah untuk menjadi fokus atau khusyuk? Sama sekali tidak. Justru bila kita tahu caranya kita bisa membuat diri kita khusyuk kapanpun dan di manapun dengan sangat mudah dan cepat.



Banyak orang yang saat berdoa, begitu khusyuknya, sampai merasakan keheningan luar biasa yang disertai perasaan gembira, bahagia, dan damai yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Sungguh pengalaman euphoria spiritual yang sangat luar biasa. Apakah ini ada hubungan dengan kondisi hipnosis? Sudah tentu. Kondisi ini mirip sekali dengan salah satu kondisi hipnosis yang sangat dalam, yang bila kita bisa masuk ke kondisi ini, kita akan merasakan perasaan bahagia, damai, dan luar biasa “enak”. Orang yang berhasil masuk ke kondisi ini biasanya ingin seterusnya berada di kondisi ini karena begitu luar biasanya perasaan mereka.



Kondisi hipnosis jugalah yang sebenarnya digunakan untuk membentuk, membangun, dan memperkuat belief seseorang terhadap doktrin suatu agama. Saat anak masih kecil basically mereka sangat sering berada dalam kondisi hipnosis secara alamiah. Bila doktrin agama diajarkan pada saat anak masih kecil maka efeknya akan sangat kuat.



Mengapa?



Karena saat masih kecil, usia 0 – 3 tahun, anak belum mempunyai critical factor. Saat usia 3 tahun critical factor baru mulai terbentuk dan akan semakin menebal dan kuat pada usia 8 tahun. Critical factor akan benar-benar tebal saat usia 11 tahun dan ke atas.



Agar doktrin benar-benar diyakini kebenarannya, dipegang dengan sangat kuat oleh seseorang maka doktrin ini harus masuk dalam bentuk belief yang dikaitkan dengan emosi yang sangat intens. Dan belief ini bila terus diperkuat , dengan berbagai repetisi, akhirnya menjadi faith atau iman. Berikut saya kutipkan definisi faith dari kamus elektronika Encarta, “Faith: belief or trust: belief in, devotion to, or trust in somebody or something, especially without logical proof” atau “Iman: kepercayaan pada, kepercayaan yang sangat kuat pada seseorang atau sesuatu, biasanya tanpa bukti yang logis.”



Belief yang sudah berhasil dibentuk, dibangun, dan diperkuat akhirnya akan mengkristal menjadi value, yang biasanya menempati level tertinggi dalam hirarki value seseorang. Dan untuk mengubah value ini, sangat-sangat sulit, jika tidak mau dikatakan tidak bisa.



Sebagai penutup artikel ini berikut saya kutipkan email dari dua orang pembaca buku dan artikel saya.




Terima Kasih dari Seorang Pastor



Saya sudah membaca buku anda berjudul, Hypnosis: The Art of Subconscious Communication, dan Becoming a Money Magnet. Tulisan anda sangat memperkaya hidup pastor.

Sangat efektif sekali hypnosis untuk keperluan terapi. Banyak masalah emosi terluka/perasaan terluka tersembuhkan dengan hypnosis.Saya ini seorang imam, banyak umat datang ke tempat saya, saya ajak umat untuk berdoa/meditasi,setelah sungguh hening-memasuki gelombang alpa-theta, barulah membacakan firman Tuhan.Hal positif. Ini sungguh mengubah hidup umat. Kebencian bisa tergantikan dengan pengampunan. Betul kata anda. Salah membuat kalimat ketika orang berada dalam gelombang theta or alpha, maka berdampak buruk. Pikiran dan perkataan kita harus selalu positif sehingga melahirkan hal positif.

Berlimpah Terima Kasih,

T. Budi





Saling Meneguhkan

Saya sudah membaca hampir semua artikel yang Bapak tulis, dan saya sangat tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam. Saya sedang memesan beberapa buku Bapak.

Mengapa saya tertarik?

Sebelumnya saya buta sama sekali tentang hypnosis karena saya pikir dulu itu adalah ilmu sesat. Tetapi setelah saya membaca artikel-artikel yang Bapak tulis, ternyata anggapan saya keliru. Bahkan apa yang Bapak ajarkan, itu juga yang saya ajarkan. Bedanya saya melalui jalur agama, sedangkan Bapak dari jalur sekuler.

Dan banyak hal ternyata yang selama ini saya tahu dan ajarkan, ternyata setelah saya membaca tulisan Pak Adi, baru saya tahu alasan lain yang ditinjau dari ilmu yang Bapak pelajari. Jadi kesimpulannya adalah saling meneguhkan.

Sekali lagi terima kasih banyak atas pencerahannya Pak. Saya ingin sekali berdiskusi dengan Bapak jikalau ada kesempatan.

Hormat saya,
Pdt. F.G.



Nah, pembaca, setelah anda membaca sejauh ini, bagaimana pandangan anda mengenai hipnosis? Apakah anda akhirnya “tersesat” kembali ke jalan yang benar seperti kawan saya?




Baca Selengkapnya.....

PENTINGNYA KESEIMBANGAN HIDUP


Oleh: Eko Jalu Santoso
Dikutip dari : http://ekojalusantoso.com
Kalau mencermati realitas kehidupan yang terjadi dewasa ini, adalah sebuah paradoks bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama, namun memiliki kedisiplinan yang sangat rendah diandingkan Negara tetangganya. Adalah sebuah paradoks,


ketika masyarakat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang taat beribadah, tempat-tempat ibadah agama selalu dipenuhi oleh jamaah, tetapi korupsinya dikenal sangat tinggi dan melebihi Negara tetangganya. Adalah sebuah paradoks, dimana Negara Indonesia dikenal dengan kekayaan sumber alamnya, tetapi masih banyak rakyatnya yang hidup dalam garis kemiskinan dan semakin sulit memenuhi kebutuhan pokoknya.


Dimana letak permasalahannya ? Menurut pendapat saya, salah satunya adalah masih banyaknya orang-orang yang mengartikan ibadah secara sempit belaka. Ibadah masih diartikan hanya sebatas kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semata. Nilai-nilai spiritualitas keyakinan keimanannya hanya didengungkan di tempat-tempat ibadah, sehingga begitu berada di luar tempat ibadah dan memasuki dunia kerja dan bisnis jauh dari nilai-nilai ibadah dan nilai-nilai spiritual. Ibadah hanya dianggap sebagai hubungan vertikal kepada Allah SWT saja, sehingga ketika berhubungan dengan orang lain melupakan nilai hubungan sosial yang tersalur lewat kehidupan kemasyarakatan.


Disnilah letaknya, perlunya kesadaran dari diri kita sendiri untuk menjalani keseimbangan hidup, baik untuk urusan duniawi maupun urusan ukhrawi. Artinya mampu mensinergikan antara nilai-nilai spiritualitas, ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam karier, Bisnis maupun lainnya. Mampu membawa ajaran-ajaran agama atau nilai-nilai spiritualitas kedalam permasalahan kehidupan dunia, seperti dalam pekerjaan dan Bisnis.


Artinya seseorang yang memiliki keyakinan keimanan kepada Allah, ibadah dan keyakinan nilai-nilai spiritualitasnya selain untuk menunaikan kewajiban mengejar pahala akhirat kepada Allah swt, juga harus memberi makna bagi pahala dunia, yakni mengajarkan hidup bersih, hidup disiplin dan tidak tamak dan rakus. Ibadah yang dilakukannya selain berharap rahmat, ampunan, dan surga-Nya, juga harus memberi manfaat secara langsung kepada dirinya dan kepada masyarakt lingkungannya. Daslam melaksanakan pekerjaan dan Bisnis, selalu dilandasi oleh nilai-nilai keyakinan keimanan, sehingga tidak mudah dibelokkan oleh nafsu dan geo pribadi. Ibadah mampu menjadikan diri kita memiliki kepribadian unggul,memiliki sikap empati, dan punya kepedulian sosial tinggi.


Inilah sosok pribadi yang unggul yang dewasa ini sangat diperlukan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Mereka yang memiliki keyakinan keimanan kepada Tuhan, taat melaksanakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT, dan juga konsisten menerapkan nilai-nilai keimanan dan nilai ibadahnya dalam kegiatannya mencari kehidupan dunia. Kegiatannya dalam kehidupan dunia, sebagai professional, eksekutif, pelaku usaha atau bidang lainnya adalah perluasan dari tujuan mulia hidupnya hanya untuk mengabdi kepada Tuhan. Pribadi yang mampu mengendalikan nafsu dan ego pribadinya, mengedepankan nilai-nilai kejujuran, disiplin, keadilan, juga peka terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Kehadirannya dapat memberikan rahmat dan manfaat kebaikan bagi orang-orang di sekitarnya.


Dari mana memulainya ? Tentunya dari diri kita masing-masing. Semoga kita semua dapat mencapainya. SEMOGA BERMANFAAT.


Salam Motivasi Sukses Mulia,



Baca Selengkapnya.....

MUSIM HUJAN, PERSIAPKAN KEUANGAN ANDA

Oleh: Eko Endarto

Dikutip dari : http://www.perencanakeuangan.com
Dikutip dari Kontan, 12 Januari 2008
Wuihhhh Banjir dimana-mana, semua ribut dan semua sedih. Bagaimana persiapan Anda dengan datangnya musim ini ? mungkin Anda secara pribadi telah siap. Tapi bagaimana dengan keuangan Anda ? Apakah siap menghadapi musim hujan ?

Apa Pengaruhnya ?


Mungkin ini adalah pertanyaan yang ada dibenak Anda, apa sih hubungannya musim hujan dengan keuangan saya ? masa iya sih musim hujan memberikan pengaruh kepada keuangan ?
Mungkin Anda tidak sadar tentang hal ini. Sebab kebetulan musim hujan tahun ini berdekatan dengan musim libur dan akhir tahun dimana saat itu adalah saat semua orang menguras tabungan liburannya. Jadi pengeluaran bulan ini walau lebih besar, tapi dianggap wajar karena digunakan untuk keperluan hari besar dan liburan.

Namun sedikit tugas dari saya, cobalah Anda perhatikan lagi dengan teliti pengeluaran bulanan keluarga Anda. Saya yakin pengeluaran bulan ini lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya saat musim hujan belum tiba. Kenapa demikian ? berbeda dengan musim panas, musim hujan biasanya memberikan dampak yang lebih luas terhadap kehidupan. Misalnya perjalanan melambat karena hujan begitu derasnya, jalan yang licin karena terus tergenang, penyakit yang lebih mudah “mampir” karena genangan air yang selalu ada, dan masih banyak lagi. Harus diakui hal itu berpengaruh terhadap keuangan, khususnya keuangan keluarga. Coba tanyakan ke istri bagaimana harga sayur hari ini, tanyakan ke anak berapa banyak temannya tidak masuk sekolah hari ini karena sakit. Dan lihat dompet Anda, berapa rupiah yang sudah Anda keluarkan untuk mencuci mobil, bayar ojek payung dan polisi cepek yang membantu Anda berbalik arah karena banjir. Cukup besar dan kalau Anda sekali waktu membandingkannya dengan pengeluaran rutin bulanan saya bisa pastikan angkanya di atas 30% pengeluaran biasanya. Jadi memang musim juga memiliki pengaruh terhadap keuangan kita.

Pengeluaran mendadak dan Mendadak pengeluaran

Dalam sebuah kejadian khusus, biasanya selalu terjadi perubahan dalan keuangan kita. Dan hal itu juga terjadi pada musim penghujan seperti ini. Saya sering menyebutnya sebagai pengeluaran mendadak dan Mendadak menjadi pengeluaran.

Pengeluaran mendadak artinya pengeluaran yang tiba-tiba terjadi dan berjumlah cukup besar diluar anggaran rutin keluarga. Begitu besarnya, sampai – sampai keluarga harus menguras tabungannya, mencairkan investasinya atau bahkan berutang.

Contoh pengeluaran mendadak di saat musim hujan adalah opname di rumah sakit akibat muntaber, diare dan penyakit musim hujan lainnya. Contoh lain seperti biaya bengkel kendaraan yang kebanjiran dan sebagainya. Biasanya jumlahnya cukup besar dan menguras dompet.

Sedangkan mendadak menjadi pengeluaran adalah pengeluaran yang rutin harus terjadi akibat terjadinya musim penghujan. Misalnya biaya cuci mobil, ojek payung, membeli vitamin dan sebagainya. Contoh lainnya adalah tambahan biaya akibat kenaikan harga sayur, ikan dan bahan pokok lain.

Jadi bisa Anda lihat, kalau di musim hujan ini pengeluaran Anda lebih besar, itu bukan hanya terjadi di keluarga Anda, orang lain juga mengalami.

Cadangkan dan Proteksi

Bila di musim hujan saat ini permasalahan ini terjadi pada pengeluaran Anda, mungkin sudah saatnya Anda mengatur kembali pos-pos keuangan Anda.

Untuk pengeluaran mendadak, mungkin sudah saatnya Anda memproteksi keuangan Anda dengan mencari pihak lain yang mengatasinya. Untuk diri Anda dan keluarga, mulailah mencari asuransi kesehatan yang bisa mengcover risiko sakit Anda dan keluarga. Anda bisa memilih program penggantian yang akan mengganti biaya pengobatan atau bisa juga memilih program santunan yang akan mengganti sejumlah uang atas risiko yang terjadi pada Anda. Untuk asset yang Anda miliki, pindahkan risiko akibat musim hujan ke pihak lain yaitu asuransi kerugian.

Untuk mendadak pengeluaran, tidak ada cara lain selain Anda mulai memikirkan memiliki dana cadangan. Biasanya kita tidak melihat kepentingan pos ini pada saat semuanya normal dan berjalan sesuai yang Anda harapkan. Namun bila seperti sekarang, musim hujan datang dan ternyata curah hujannya sangat tinggi dan sebagai mempengaruhi semua hal termasuk keuangan Anda, maka baru dirasakan bahwa kebutuhan akan dana cadangan memang suatu keharusan. Siapkan saja cadangan musim hujan sebesar 30% dari pengeluaran rutin bulanan, maka Anda tidak harus mengganggu tabungan, investasi apalagi harus berutang.

Salam Musim Hujan


Salam.
Eko Endarto
Perencana Keuangan





Baca Selengkapnya.....

Jumat, Maret 21, 2008

10 Formulasi Strategi untuk Mempertinggi Kesempatan Sukses Usaha Kecil

Dikutip dari : http://www.wirausaha.com
Berbagai buku mendefinisikan manajemen strategi dengan kata-kata yang berbeda. Diantaranya, menurut Haidari Nawawi (2003), manajemen strategi merupakan perencanaan strategi yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran organisasi.

Begitu banyak pengertian manajemen strategi, namun pada dasarnya manajemen strategi merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya, sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.

Sesuai definisi yang ada, menjalankan manajemen strategi berarti pebisnis juga harus membuat perencanaan dalam bentuk formulasi bisnis secara matang. Nah, Resnik dalam Certo dan Peter (1991) seperti dikutip I Putu Sugi Darmawan (2004), terdapat 10 formulasi strategi yang disarankan dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan sukses sebuah usaha kecil.

Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut, adalah sebagai berikut :

1. Menjadi objektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam bangunan sebuah bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal yang mendasar.

2. Membuat sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah efektif. Usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak dan keuntungan adalah hal yang paling utama.

3. Fokus pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusus yang menemukan keinginan dan kebutuhan dari pemilihan kelompok pelanggan.

4. Mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan bagaimana untuk meraih dan menjual kepada pelanggan.

5. Memanajemen tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.

6. Membuat catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya dalam urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan.

7. Tidak pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia usaha kecil.

8. Menghindari perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat. Usaha kecil harus hati-hati melakukan ekspansi.

9. Mengerti seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan keuntungan usaha kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari seluruh fungsi bisnis.

10. Merencanakan ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis dan menantang, pencapaian yang masih, tujuan dan mengubahnya menjadi aktifitas yang produktif.



Baca Selengkapnya.....

Pentingnya Perencanaan Strategik

Dikutip dari : http://www.wirausaha.com
Untuk mencapai sukses, maka pertama kali yang harus dilakukan pebisnis adalah merencanakan kesuksesan tersebut. Begitu tulis Debbie Allen, seorang pembicara bisnis kelas internasional pada sebuah website, www.sideroad.com. Pasalnya, perencanaan strategi bisnis dapat menjadi blue print untuk meraih tujuan dan merencanakan pengembangan bisnis ke depan. Tambahan lagi, perencanaan strategik dapat memfokuskan pebisnis pada pendekatan pemasaran dan juga membantu sebuah tim yang dapat menunjang yang terdiri dari karyawan.

Perencanaan strategik, dimana sebuah kombinasi dari berpikir strategik dan perencanaan dalam jangka panjang, seharusnya tidak dijalankan secara enteng. Membutuhkan waktu untuk mempertimbangkannya dan berkonsentrasi dengan dari tim-tim perencanaan. Perencanaan strategik harus diorganisir, dikomunikasikan dan diimplementasikan secara sistematik. Mempersiapkan untuk invest waktu dan usaha dibutuhkan, kemudian mendahului dengan percaya diri bahwa perencanaan strategik akan membantu membentuk kesuksesan organisasi ke depan.

Terdapat beberapa alasan yang melandasi pentingnya perencanaan strategik pada bisnis menurut tulisan tersebut. Dengan pertumbuhan persaingan, rendahnya kisaran pengangguran, dan perubahan dalam abad baru, pebisnis membutuhkan perencanaan untuk sukses dewasa ini. Sukses tidak hanya terjadi ketika pebisnis berkutat tengang bisnis dari hari ke hari, meskipun pebisnis secara ekstrim beruntung. Tetapi ketika orang yang beruntung dapat berlari ke dalam masalah sepanjang jalan tanpa perencanaan untuk pertumbuhan ke depan.

Perencanaan strategik merupakan kendaraan komunikasi yang besar untuk melibatkan semua anggota tim dan menginformasikan kepada mereka apa yang terjadi dengan organisasi, sebaik pimpinan menyediakan arahan kepada tujuan personal dan tujuan bisnis setiap individu.

Disamping itu para karyawan secara alami akan menjadi lebih efektif ketika mereka mengetahui rencana sukses pebisnis. Untuk mengetahui mereka sebagai sesuatu yang penting dari pengembangan tim adalah memotivasi mereka, para karyawan. Perencanaan strategik akan membantu mereka merencanakan pribadi mereka sendiri dan tujuan bisnis untuk mendukung langkah pebisnis..

Apakah pebisnis ingin meningkatkan penjualan hingga 20% tahun ini? Tujuan tersebut menurut Debbi dapat diimplementasikan ke dalam rencana yang terstruktur dan menghadirkan kepada karyawan dengan dukungan dalam bentuk bonus untuk usaha mereka, dalam rangka mencapai tujuan pebisnis.

Sebuah perencanaan strategik yang solid dibuat dengan mempertimbangkan pemahaman kedinamisan industri dan bagaimana menghubungkannya pada bisnis yang dijalankan pebisnis. Faktor lainnya termasuk lingkungan persaingan, basis pelanggan, kekuatan, kelemahan, dan peluang perusahaan. (SH)



Baca Selengkapnya.....

Barisan Entrepreneur Mengkilap

Dikutip dari : http://www.swa.co.id
Kegigihan, kejelian melihat peluang, inovasi dan praktik bisnis yang makin modern, mengantarkan para usahawan peserta Enterprise 50 meraih sukses. Siapa saja mereka? Apa lagi yang mereka butuhkan agar bisa terus berkembang?

Dalam salah satu fragmen hidupnya, Jaya Sukamto pernah mengalami saat-saat ia harus benar-benar banting tulang. Setiap malam -- pukul 19.00-23.00 -- lelaki yang kini pemilik dan Presdir PT Berri Indosari ini mesti memeras jeruk asli Kalimantan guna memenuhi pesanan para pelanggannya. Jeruk perasan harus benar-benar fresh, karena hendak disajikan untuk pelanggan Jaya -- yang kebanyakan hotel berbintang -- sebagai minuman pelengkap sarapan. Kerja kerasnya itu kini telah berbuah PT Berri Indosari, salah satu produsen jus terkemuka di Tanah Air.

Pahit getir membangun bisnis juga dialami Andianto Setiabudi. Di awal 1980-an, di usia relatif muda (23 tahun) ia mesti bermotor keliling Bandung mencari mobil-mobil bekas untuk dijual kembali. Bisnis jual-beli mobil bekasnya memang tak berkembang. Toh, dengan kejeliannya melihat peluang, nasibnya bisa berubah. Andianto putar haluan dari bisnis jual-beli mobil bekas ke jasa penyewaan mobil. Hasilnya, ia kini berani mengklaim sebagai raja penyewaan mobil dari Bandung. Setidaknya, perusahaannya, Cipaganti Rental Car, telah memiliki 9 cabang tersebar di Bandung, Bogor dan Jakarta.

Berri Indosari dan Cipaganti Rental Car hanyalah dua dari sekian banyak perusahaan skala small medium enterprise (SME) yang ada di Indonesia. Kebetulan, keduanya adalah peserta Enterprise 50 tahun 2003. Keduanya mewakili perusahaan SME yang terus berkembang seiring banyaknya permintaan pasar terhadap produk dan layanan mereka.

Kondisi perekonomian nasional memang masih carut-marut akibat maraknya praktik KKN, salah urus negara, atau tidak adanya kepastian hukum. Namun, di tengah situasi tak ramah buat bisnis ini, beberapa SME masih mampu menunjukkan tajinya.

Dalam konteks inilah, program Enterprise 50 -- yang diselenggarakan Accenture Indonesia dan Majalah SWA -- tahun 2003 kembali memilih beberapa perusahaan skala SME terbaik di Indonesia. Penyelenggaraan program yang bertujuan mendorong berkobarnya semangat kewirausahaan kalangan SME di Tanah Air ini telah memasuki tahun keempat.

Belajar dari penyelenggaraan tahun lalu, kali ini panitia memberikan cukup banyak kelonggaran kepada calon peserta. Salah satunya, menghapus aturan yang mengharuskan peserta menyertakan laporan keuangan sebagai salah satu persyaratan administrasi. Konsekuensinya, penyertaan catatan keuangan perusahaan hanya menjadi nilai plus bagi peserta yang melampirkan.

Menurut Nia Sarinastiti, Manajer Senior Komunikasi Pemasaran Accenture Indonesia, langkah ini ditempuh untuk lebih menarik minat perusahaan SME berpartisipasi dalam Enterprise 50. Maklum, tahun lalu, banyak perusahaan terpaksa tak lolos seleksi awal hanya karena tak melampirkan catatan keuangan mereka. Tak heran, adanya perubahan dalam aturan program ini sedikit-banyak meningkatkan animo kalangan SME untuk berpartisipasi.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, seleksi dan pemeringkatan Enterprise 50 diperoleh dari hasil penilaian -- melalui wawancara mendalam -- terhadap aspek-aspek: filosofi manajemen, inovasi berkelanjutan, manajemen SDM dan budaya organisasi, extended enterprise (kemitraan), market presence (kehadiran di pasar), pengelolaan informasi dan pengetahuan, serta transparansi. Wawancara dilakukan baik dengan jajaran manajemen maupun staf perusahaan.

Agar hasil yang diperoleh lebih objektif, wawancara dilakukan oleh dua pewawancara (dari Accenture dan SWA) pada saat bersamaan. Nilai yang diperoleh setiap pewawancara dijumlahkan, ditambah dengan nilai yang diberikan kepada perusahaan yang menyertakan catatan keuangan mereka. Akumulasi nilai wawancara, plus nilai catatan keuangan menjadi hasil akhir penilaian setiap peserta. Hasil penilaian para pewawancara ini kemudian dipresentasikan di hadapan panel juri yang terdiri dari Pemimpin Redaksi SWA, Country Managing Partner Accenture Indonesia, Asisten Deputi Kelembagaan Departemen Koperasi dan UKM RI, serta perwakilan pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.

Sedikit berbeda dari penyelenggaraan Enterprise 50 tahun 2002, yang memeringkat peserta dari urutan pertama hingga ke-50, tahun ini panitia terlebih dahulu membagi peserta dalam tiga kategori. Pertama, perusahaan skala menengah (revenue atau pendapatan di atas Rp 10 miliar). Kedua, perusahaan skala kecil (pendapatan di bawah Rp 10 miliar). Terakhir, perusahaan kategori tumbuh dan berkembang (up & rising), yakni perusahaan dengan umur usaha belum mencapai empat tahun, tapi perkembangan usahanya dinilai cukup signifikan.

Tahun ini, posisi jawara kategori perusahaan skala menengah diraih perusahaan pengembang software dan penyedia solusi TI PT Realta Chakradarma. Perusahaan yang dipimpin Hidayat Tjokrodjojo ini mengumpulkan skor akumulatif tertinggi (399). Produsen peralatan rumah sakit asal Yogyakarta PT Mega Andalan Kalasan (MAK) bertengger di posisi kedua dengan nilai 388. Di bawah MAK, menclok Waka Gae Selaras, perusahaan pemilik jaringan hotel di Bali, dengan nilai 381.

Di kategori perusahaan skala kecil, perusahaan penyedia tenaga detailer/medrep asal Yogya, PT Unggul Pasopati, menempati posisi pertama dengan nilai akumulatif 377, disusul perusahaan periklanan PT Voxa Innovative Communication di tempat kedua (364), dan Vidi Group yang membidangi properti di peringkat ketiga (357).

Adapun di kategori tumbuh dan berkembang, PT Sriagung Cahya Sakti, pemilik dan pengelola jaringan restoran Izzi Pizza menjadi jawara dengan nilai 351. PT Tripilar Medis Jaya, pengelola rumah sakit Happyland Medical Center di Yogya (340) di posisi kedua. Peringkat berikutnya diraih PT Biru Dirama (317), perusahaan perajin tas fashion dan makanan olahan Pia Apple Pie/Macaroni Panggang (313) di peringkat keempat.

Seperti tahun lalu, panitia memberikan pula penghargaan khusus kepada beberapa perusahaan yang meraih nilai tertinggi di setiap kategori penilaian, meliputi: Kebersamaan Visi Terbaik, Perusahaan Paling Inovatif, Manajemen SDM dan Budaya Organisasi Terbaik, Jaringan Kerja Sama Usaha Terbaik, Cakupan Pemasaran Terbaik, Pengelolaan Perusahaan Terbaik, dan Perusahaan Paling Transparan (selengkapnya, lihat Tabel).

Di samping itu, panel Redaksi SWA juga memilih SME yang dapat dikategorikan sebagai Entrepreneurs to Watch. Pemilihan ini berdasarkan beberapa faktor: pertumbuhan perusahaan, inovasi dan diferensiasi produk/layanan, seberapa jauh perusahaan memberikan multiplier effect bagi lingkungan bisnis, kesadaran terhadap branding, hingga prospek bisnisnya ke depan (selengkapnya, lihat Tabel.)

Dari komposisi peserta, tidak terdapat perbedaan mencolok dengan tahun lalu. Peserta Enterprise 50 tahun ini umumnya bergerak di sektor jasa (75%), sama dengan mayoritas peserta tahun lalu, dan sisanya perusahaan manufaktur (25%). Sektor jasa yang digeluti peserta beragam, meliputi jasa boga, pendidikan, keuangan, hiburan, kesanggrahaan (hospitality) dan pariwisata, periklanan dan kehumasan, hingga perawatan ban mobil. Sementara itu, bidang manufaktur meliputi pembuatan sistem dan aplikasi TI, industri peralatan rumah sakit, suplemen kesehatan, smartcard, dan sistem data, hingga fashion dan aksesori kecantikan. Sebagian peserta Enterprise 50 tahun ini adalah alumni tahun lalu, yang mencoba memperbaiki peringkat setelah merasa berhasil mendongkrak performa bisnisnya.

Dari bidang bisnis yang digeluti, tak sedikit peserta yang bergelut di bisnis yang lagi tumbuh, semisal Berri Indosari yang memproduksi jus segar. Karenanya, perusahaan ini merasa perlu terus mengedukasi pasar tentang pentingnya minum jus buah. Atau, ada juga Izzi Pizza yang berlaga di bisnis jaringan restoran khusus piza. Akan tetapi, tak sedikit pula peserta yang berbisnis di bidang yang sebenarnya bukan hal baru, semisal di properti, pengelolaan hotel dan layanan kesanggrahaan lainnya. Sebut saja Vidi Group di Yogya, Waka Gae Selaras di Bali, dan Tirtagangga Gitamaya di Bandung. Dalam penilaian Heru Prasetyo, Penasihat Accenture Indonesia, banyak pelaku usaha, khususnya peserta Enterprise 50, yang sebenarnya menggarap bidang bisnis berkategori sunset, tapi karena kondisi lokalnya mendukung, posisi bargaining bisnisnya naik menjadi sunrise.

Yang juga menarik diamati, dari komposisi peserta tahun ini, terdapat beberapa perusahaan yang dipimpin dan dikelola pebisnis wanita, antara lain: Kampung Daun, Pia Apple Pie/Makaroni Panggang, dan Biru Dirama. Ini menunjukkan, peran wanita dalam bisnis SME di Tanah Air juga tak boleh lagi dipandang sebelah mata.

Menurut Country Managing Partner Accenture Indonesia Julianto Sidharta, keragaman komposisi peserta menunjukkan banyaknya sektor usaha yang masih menarik untuk digeluti. Meski secara keseluruhan ia melihat trennya cenderung ke arah bisnis jasa. "Ini karena mereka pintar mencari niche market yang tepat dan belum diisi pemain lain, jadi tidak sekadar me-too," paparnya.

Memang, jika dirunut, kiat sukses para peserta Enterprise 50 dalam berbisnis sebenarnya tidak jauh dari keberhasilan mereka memenuhi kriteria penilaian Enterprise 50, yaitu dalam hal filosofi manajemen, inovasi berkelanjutan, manajemen SDM dan budaya organisasi, dan sebagainya. "Intinya, benang merah dari sukses yang diraih perusahaan Enterprise 50 adalah penerapan aspek-aspek tadi secara seimbang," tutur Julianto.

Alhasil, perusahaan yang mampu memenuhi aspek-aspek tadi memang terlihat menonjol dibanding perusahaan lain. Soal penerapan filosofi manajemen misalnya, pencapaian PT Indocare sebagai pemasar produk sabun kesehatan, importir sabun transparan impor, serta produsen suplemen Ester-C, patut ditiru. Perusahaan ini merasa perlu merumuskan visi-misi, dalam upaya mencapai target pertumbuhan hingga tahun 2005. Untuk mencapai visinya, perusahaan menerapkan falsafah I Care sebagai pegangan. Maksudnya, apa pun langkah untuk memajukan perusahaan harus didasari kepedulian. Hal ini juga ditunjang misi perusahaan dalam menyediakan produk-produk kesehatan yang mengutamakan faktor aman, murni dan alami.

Terlebih, Indocare juga sudah memiliki pabrik modern yang berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. Dari aspek manajemen, pabriknya yang didukung para profesional dan pasukan riset dan pengembangan, telah menerapkan ISO 9001-2000. Penerapan ISO 9001?2000 ini didukung penerapan konsep Balance Scorecard -- metode evaluasi perusahaan -- yang belum tentu diterapkan bahkan oleh perusahaan besar lokal sekalipun.

Contoh bagus lainnya, di sisi inovasi, Voxa Innovative Communication patut menjadi teladan. Bermodal keberanian, Voxa yang dimotori kakak-beradik Marisa dan Esterlita Hidayat, melabrak pakem periklanan konvensional dengan melahirkan inovasi berupa pemasangan iklan di ruang-ruang yang selama ini tak dilirik untuk berpromosi, semacam lift, eskalator dan di toilet. Bisa dibilang, merupakan terobosan baru di bidang periklanan di sini. Bahkan, inovasinya ini masuk dalam Museum Rekor Indonesia.

Aspek pemasaran, yang selama ini sering disebut sebagai salah satu titik lemah SME, tampaknya kini juga telah digarap kalangan SME peserta secara optimal. Meski mekanisme ?getok tular? tak sepenuhnya ditinggalkan, beberapa perusahaan SME tak lagi ragu menggelontorkan dana besar untuk berpromosi. Misalnya, untuk meningkatkan citra sebagai raja penyewaan mobil di Bandung, Andianto merasa Cipaganti Rental Car perlu memasang baliho besar di beberapa titik strategis di Kota Kembang.

Masih dalam hal pemasaran dan promosi produk, langkah John Wiwik Setiawan patut ditiru. Selain kemampuannya memasarkan Studio Foto Malibu, John mengakui, kegiatan promosi bisa berjalan baik karena kedekatannya dengan media. Selain banyak diulas di berbagai media, Malibu aktif pula membuat dan menyebarkan brosur.

Langkah promosi kreatifnya, Malibu melakukan co-branding dengan Majalah Aneka Yess dan menggelar Pemilihan Model Foto Action. Kerja sama dengan media dilakukan pula dalam acara Foto Mesra bareng Artis, bekerja sama dengan Majalah Film, atau Foto Ceria bareng Artis Cilik berkolaborasi dengan Tabloid Fantasi. Untuk lebih membuka diri terhadap kalangan pers dan media, Malibu bahkan memiliki Divisi Public Relations sendiri.

Kesadaran pentingnya upaya branding juga diperlihatkan Lal de Silva dalam mengembangkan Seven Grain. Nama Seven Grain dijadikan merek produk, karena lebih menjual dan mudah diingat ketimbang PT Antonius Padua Production yang terkesan serius dan mengandung makna religius. Tak hanya mengembangkan merek Seven Grain, tag line perusahaan yang berbunyi Let us make your celebration even more memorable pun diusung, untuk menegaskan kedekatan Seven Grain dengan aktivitas dan peristiwa-peristiwa berkesan kepunyaan pelanggan.

Lal juga menyadari pentingnya kualitas sebagai kunci sukses bisnis. Nurliah, Manajer Produksi Seven Grain, ketiban tugas melakukan kontrol kualitas yang ketat terhadap produk kue perusahaan ini. Boleh dikata, saat ini, prosedur standar pembuatan kue telah dibuat secara tertulis, sehingga menjamin produk kue yang dihasilkan Seven Grain memiliki rasa, bentuk dan kualitas yang sama meskipun dibuat oleh chef yang berbeda-beda. Menariknya lagi, agar produk Seven Grain bisa sampai ke pelanggan lebih cepat, proses pembuatan kue dipersingkat dengan melakukan penyetokan. Jika di awal bisnisnya, beberapa orang pelanggan harus menunggu 2-3 jam sampai pesanannya selesai, sekarang cukup hanya 10-15 menit kue pesanan pelanggan sudah bisa disiapkan.

Ke depan, seiring membludaknya permintaan, Seven Grain akan segera membuka cabang di beberapa kawasan strategis, semisal Pondok Indah, Kelapa Gading dan Pluit. "Semakin banyak cabang, berarti semakin dekat kami dengan pelanggan," tutur Nurliah.

Sayang, meski telah memiliki jurus-jurus pemasaran dan pengelolaan perusahaan lumayan bagus, pemahaman para peserta SME terhadap perkembangan teknologi informasi (TI) masih relatif minim. Di luar perusahaan yang berkecimpung di bisnis TI (PT Realta Chakradarma, PT Netdesign Komunika, dan PT Intisar Primula), penerapan TI di perusahaan peserta Enterprise 50 belum begitu memadai.

Beberapa di antaranya memang sudah memanfaatkan e-mail dan memiliki situs. Namun, situs ini pun kebanyakan tak pernah diperbarui, apalagi digunakan untuk aktivitas e-commerce. Sebagian mereka bahkan merasa cukup puas berkomunikasi via telepon atau faksimile.

Toh, ada salah satu peserta yang merupakan perusahaan non-TI yang sudah memanfaatkan TI dalam pengelolaan operasional perkantoran, yakni PT Gisano Sukses Mandiri yang merancang sendiri aplikasi laporan keuangannya, berbasis sistem aplikasi SAP.

Selain Gisano, Izzi Pizza juga telah merancang aplikasi TI praktis guna memudahkan konsumen dalam proses pemesanan antaran. Layanan hotline yang dimilikinya memungkinkan pesanan dari pelanggan diarahkan ke lokasi cabang terdekat. Alhasil, pesanan bisa diantarkan lebih cepat. Enaknya lagi, pelanggan tak perlu membayar tunai, karena kartu kredit pun bisa digunakan sebagai alat transaksi.

Di samping kelemahan tadi, faktor lain yang mendukung kesuksesan para peserta, seperti keuletan, kegigihan, ketekunan dan semangat pantang menyerah, nampaknya telah built-in dalam keseharian mereka. Kegigihan Jaya memeras jeruk hanya untuk memastikan produknya sampai ke tangan pelanggan dalam keadaan segar, bisa menjadi contoh nyata.

Belum puas? Mari ke Yogya. Di sana, ada Keun Wong Jan alias Abdul Natsir yang punya mimpi mendirikan rumah sakit dengan konsep baru. Sebutan gendeng yang ditujukan padanya karena berniat mendirikan rumah sakit, tak membuatnya mundur. Bahkan mundurnya beberapa mitra yang sebelumnya berencana ikut mendanai, tak menyurutkan langkahnya. Toh, pada akhirnya, dengan kerja kerasnya, Natsir mampu mewujudkan impiannya. Dana besar yang dia perlukan untuk membangun rumah sakit itu sebagian dari kantong sendiri, dan sebagian lagi diperoleh dari pinjaman bank. Jika semua berjalan lancar, Happyland Medical Centre -- rumah sakit yang memadukan layanan kedokteran modern dengan konsep pengobatan alternatif -- mulai beroperasi penuh awal 2004.

Walau begitu, tidak semua peserta Enterprise 50 melihat bisnis melulu sebagai sesuatu yang serius. Sebagian mereka menganggap bisnis sebagai kesenangan. Contohnya, Ruth Tamzil de Fernandez, yang memulai bisnis dari impiannya menjadikan area piknik di lingkungan rumahnya di Villa Triniti, Cihideung, Bandung sebagai kafe untuk kongko-kongko dengan kerabat dan kolega dekatnya. Kafenya sekarang dikenal dengan nama Kampung Daun.

Tak dinyana, kafe sederhana yang dikelolanya sejak tahun 1999 itu, kini menjelma menjadi tempat makan paling populer di Bandung. Sedikitnya 300 tamu datang ke Kampung Daun setiap harinya. Jumlah ini bisa meningkat tiga kali di akhir pekan. Toh, di mata Ruth, apa yang dikerjakannya demi mengembangkan Kampung Daun, bukanlah bisnis. "Itu lebih sebagai kesenangan buat saya," katanya. Tak heran, sejak awal pendirian Kampung Daun, ia mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Itu pula mengapa bisnis yang ia kelola lebih banyak bersandarkan asas kekeluargaan. Kendati begitu, secara bertahap ia mulai merekrut beberapa tenaga profesional.

Tyas Utomo Soekarsono, pengamat SME dari Lembaga Pengembangan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia, menilai sukses usahawan SME di tengah kondisi perekonomian yang amburadul disebabkan beberapa hal. Yang pertama, SME biasanya beroperasi dalam bisnis yang berbasis konsumen (consumer based), seperti konveksi, makanan, agrobisnis, konsultan, ritel, kerajinan tangan, dan sebagainya. "Mereka memiliki produk dan layanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi masyarakat, tak peduli perekonomian nasional dalam kondisi baik atau buruk," tuturnya.

Selain itu, Ketua Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia ini melihat banyak pengusaha kecil-menengah yang berbisnis tanpa mengandalkan koneksi atau fasilitas. "Jaringan yang mereka bangun betul-betul jaringan bisnis," ungkapnya.

Menurut Tyas, mereka umumnya juga enggan berurusan dengan tetek bengek administrasi dan aktivitas lobi bisnis, karena dianggap merepotkan. "Kalau kata mereka, ?kita mah dagang saja, tidak pakai lobi segala?" ia bertutur, menirukan komentar para pengusaha SME. Namun dalam pandangan Tyas, ketimbang beberapa faktor di atas, faktor keuletan dalam berbisnislah yang sebenarnya menjadi penentu keberhasilan mereka berusaha.

Jahja B. Soenario, Direktur PT Gizita Pangan Sejahtera (Gizitas), salah satu alumni Enterprise 50 tahun lalu, menilai manfaat yang diperoleh saat bergabung dengan Enterprise 50 adalah banyaknya pengetahuan baru dalam cara pengelolaan perusahaan. Salah satunya, pentingnya fungsi manajemen modern dalam pengelolaan perusahaan, dan pentingnya mengoptimalkan cara-cara pemasaran.

Namun, ia menilai program ini masih ada kurangnya, yakni tindak lanjut agar para peserta dapat menjalin aliansi dan sinergi dengan alumni dan perusahaan lain. Selain itu, Jahja juga tak melihat adanya keseriusan pemerintah dalam mendukung SME. "Janji-janji pemerintah utamanya dalam pemberdayaan SME cuma sebatas slogan, realisasinya tak pernah ada," ia menandaskan. "Kalau mau, pemerintah dapat memberi insentif dalam bentuk kemudahaan izin usaha, atau keringanan pajak," tambahnya.

Senada dengan Jahja, Tyas juga menyarankan agar pemerintah mengubah cara pandang mengenai SME. "Pemerintah harus melihat pengusaha sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar cash cow," katanya. Artinya, pengusaha SME harus betul-betul dibina dan dibesarkan, karena nantinya merekalah yang membayar pajak pendapatan daerah atau negara.

Menanggapi hal ini, Choirul Djamhari, Asisten Deputi Kelembagaan Kementerian Koperasi & SME, mengatakan sebenarnya pemerintah telah mengatur berbagai hal mengenai SME dalam UU No. 9/1995, sedangkan Usaha Menengah diatur dalam Inpres No. 10/1999.

Pemerintah, dijelaskan Choirul, sebenarnya memiliki beberapa strategi untuk terus mendukung keberadaan sektor SME. Pertama, mempermudah terciptanya iklim usaha, di antaranya dengan menyederhanakan prosedur dan perangkat per-UU-an yang mengatur SME. Termasuk, meniadakan peraturan yang tumpang tindih di tingkat pusat dan daerah. Kedua, meningkatkan akses terhadap sumber daya -- dari akses teknologi informasi, sumber daya modal, hingga sumber daya manusia. Ketiga, mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan baru melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan pemagangan. "Ketiga strategi ini diwujudkan dalam kerangka otonomi daerah, agar tercipta kemandirian SME, sehingga mengurangi ketergantungan pada pemerintah," ia memaparkan.

Toh, Choirul menyambut positif pelaksanaan Enterprise 50. "Para usahawan yang sering ikut kompetisi akan mampu dan terbiasa untuk terus tumbuh dan berkembang, karena mendapatkan paramater-parameter baru," ia menegaskan. Parameter ini, lanjutnya, menjadikan para usahawan senantiasa waspada terhadap perkembangan bisnis yang ada. Mereka pun dapat saling belajar dan melakukan dengan usaha lain yang lebih bagus.

Memang, para pengusaha SME sendiri juga bukan tanpa kelemahan. Salah satunya, soal transparansi pengelolaan perusahaan. Mengenai banyaknya SME yang belum transparan ditanggapi Choirul sebagai kondisi yang wajar, dan merupakan ciri umum SME "Tingkat formalitas mereka memang relatif rendah," ujarnya.

Soal transparansi juga menjadi perhatian Julianto Sidharta. Menurutnya, kesempatan mendapatkan pendanaan dari bank, salah satunya diperoleh jika laporan keuangan yang transparan tersedia. Transparansi dalam hemat Julianto tak sebatas keuangan saja, tapi juga soal manajemen. "Saya kira semua orang setuju, transparansi penting bagi bisnis yang tengah berkembang,? ia berujar.



Reportase: Dedi Humaedi, Herning Banirestu, Farida Nawang Nurini, Tantri Ryanthi. Riset: Vika Octavia.

Baca Selengkapnya.....