Rabu, Januari 16, 2008

Mengatur ”Cash Flow”

dikutip dari : http://www.keuanganpribadi.com

BEBERAPA waktu lalu penulis menerima beberapa surat elektronik yang esensinya sama, tetapi latar belakangnya berbeda. Esensinya sama, dalam arti semua menanyakan kenapa penghasilan mereka tidak pernah bisa bersisa untuk ditabung dan dipergunakan untuk investasi. Namun, kondisinya tidak sama, karena ”skala” penghasilan pengirim surat tersebut jauh berbeda. Sebagian berpenghasilan ratusan ribu sampai sejuta, sementara yang lain berpenghasilan hingga puluhan juta rupiah.


Anda mungkin merasa wajar ada kalangan yang berpenghasilan ”kecil” memiliki problem dalam pengelolaan keuangannya. Tetapi, boleh jadi sebagian dari Anda merasa heran kok ada kalangan yang penghasilannya sudah puluhan juta rupiah masih merasa tidak cukup. Jika Anda berpandangan seperti itu, maaf, Anda keliru.
Cukup atau tidak cukup, bermasalah atau tidak, sebenarnya bukan bergantung pada berapa besarnya penghasilan, melainkan lebih pada cara memandang dan memperlakukan penghasilan itu sendiri. Konkretnya, betapa pun besarnya penghasilan Anda, jika pengeluaran lebih besar, tentu saja Anda akan mengalami masalah.
Dengan situasi seperti itu pertanyaannya adalah bagaimana sebaiknya mengatur arus uang tunai (cash flow) sehingga penghasilan bisa memenuhi kebutuhan. Galibnya, tidak ada teori yang mujarab untuk menjawab pertanyaan ini, semua sangat bergantung pada kemauan, kesungguhan, dan disiplin. Bila ketiga hal tersebut tidak dimiliki atau tidak diimplementasikan, maka percuma saja memahami berbagai konsep atau teori. Dus, sebelum meneruskan membaca tulisan ini, pastikan dulu Anda memiliki kemauan dan disiplin melakukan apa yang Anda yakini benar. Jangan pernah berpikir, akan ada jurus yang bisa membantu Anda untuk keluar dari permasalahan keuangan jika Anda tidak melakukan apa pun.
Penghasilan vs pengeluaran
Pada dasarnya mengatur arus uang tunai adalah bagaimana membuat penghasilan Anda selalu di atas jumlah pengeluaran. Dengan kata lain, arus kas Anda mesti positif. Untuk tetap membuat arus kas positif ada dua cara yang dapat dilakukan, yakni menaikkan penghasilan dan atau mengurangi pengeluaran.
Karena topik tersebut sudah kerap dibahas di rubrik ini, paparan kali ini menekankan pada bagaimana menata penghasilan dan mengontrol pengeluaran Anda.
Pertama, penghasilan. Pilah penghasilan menjadi dua jenis, yakni penghasilan tetap dan penghasilan tidak tetap. Yang layak Anda pergunakan untuk menjadi basis pengeluaran Anda adalah penghasilan tetap. Dalam hal ini termasuk gaji (jika Anda karyawan/wati), honor tetap, tunjangan tetap, dan lain sebagainya yang tergolong sebagai pemasukan tetap. Konkretnya, penghasilan tidak tetap jangan dijadikan basis sebab sifatnya tidak pasti.
Penghasilan tetap itu bagi lagi menjadi tiga bentuk pengeluaran, yakni untuk konsumsi, tabungan, dan investasi. Berapa pun pembagiannya, yang jelas terlarang digunakan sepenuhnya sebagai konsumsi. Nah, setelah Anda mendapat angka dan persentase tertentu, barulah Anda bisa mengatur pengeluaran.
Rumusnya, besarnya pengeluaran bergantung pada penghasilan. Memang bagi sebagian kalangan ada juga yang menggunakan rumus penghasilan bergantung pada pengeluaran. Dengan kata lain, kalau pengeluaran besar, maka yang bersangkutan akan mengupayakan untuk meningkatkan penghasilan. Tetapi, dalam diskusi kali ini kita gunakan saja rumus standar, yakni pengeluaran bergantung pada besarnya penghasilan tetap.
Kedua, pengeluaran. Pilah juga pengeluaran Anda menjadi dua jenis, yakni pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap. Yang termasuk pengeluaran tetap adalah biaya yang tidak bisa tidak harus tersedia, misalnya, untuk makan, transportasi, cicilan rumah, kendaraan, dan lain sebagainya yang bersifat tetap.
Setelah mendata masing-masing jenis pengeluaran tetap per bulan, bandingkan dengan penghasilan tetap Anda. Seharusnya hasilnya positif, dalam arti total pengeluaran masih lebih rendah ketimbang penghasilan tetap yang dialokasikan untuk konsumsi. Namun, jika hasilnya defisit, apa boleh buat, pengeluaran tetap Anda mesti dikorbankan. Di sinilah peran kemauan, kesungguhan, dan disiplin diperlukan. Ringkasnya, jika Anda tidak berminat atau tidak mau merevisi pola pengeluaran Anda, maka arus kas Anda sampai kapan pun akan terganggu.
Penghasilan tidak tetap
Mungkin Anda akan bertanya, bagaimana dengan penghasilan tidak tetap? Galibnya, penghasilan tidak tetap bisa dijadikan sumber penghasilan untuk investasi, bukan sumber untuk membiayai pengeluaran, apalagi pengeluaran tetap. Kalaupun keadaan mendesak, penghasilan tidak tetap yang sudah berubah bentuk menjadi tabungan atau investasi dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran tidak tetap, seperti biaya rumah sakit, ke dokter, dan hal-hal lain yang tidak terduga.
Lebih lanjut, boleh jadi ada yang menanyakan bagaimana dengan biaya rekreasi atau liburan? Benar, ini termasuk pengeluaran tidak tetap, dalam arti tidak mesti dilakukan setiap bulan atau tidak bersifat sama dengan pengeluaran untuk, misalnya, membayar cicilan rumah dan sebagainya. Lebih dari itu, pengeluaran yang sifatnya tidak rutin semacam ini bisa direncanakan dan disiapkan biayanya sejak dini dan mesti dipotong dari penghasilan tetap Anda.
Ringkasnya, mengatur arus kas sebenarnya adalah bagaimana mengklasifikasikan pemasukan dan pengeluaran Anda secara jelas, transparan, dan terencana. Semuanya ada dalam kontrol Anda. Anda akan berhasil jika mampu ”berkelahi” dengan keinginan Anda, mengekang pengeluaran yang sebenarnya tidak penting.
Dengan kata lain, Anda juga bisa mempertimbangkan kategori pengeluaran tetap Anda ke dalam kriteria lebih detail, misalnya pengeluaran penting dan mendesak, pengeluaran yang kurang mendesak, pengeluaran kurang penting, dan sebagainya. Pendeknya, ada bermacam cara. Yang penting Anda mau realistis atau tidak, dan memiliki kemauan atau tidak? Di situ kuncinya.
Dikutip dari Kompas edisi Minggu, 26 Juni 2005.