Rabu, Maret 19, 2008

Memahami Pentingnya Konsep Dasar Investasi

Dikutip dari : http://www.keuanganpribadi.com

Pemahaman konsep dasar investasi menjadi sangat penting dalam menentukan pilihan investasi yang tepat guna mencapai tujuan yang diinginkan. Sebelum ini kami sudah membahas beberapa alternatif investasi yang ada saat ini. Pengetahuan akan instrumen investasi saja tidak cukup, Kita sebagai individu juga harus memahami konsep dasar investasi. Jangan hanya tergiur oleh janji-janji keuntungan besar tetapi kerugian yang didapat.

Sebagai contoh, kita dihadapi dua pilihan investasi, investasi yang pertama adalah membeli rumah di daerah yang bagus seharga Rp.500 juta, di mana kita dapat memperoleh hasil regular berupa uang sewa dan mungkin menjualnya di masa depan di harga yang lebih tinggi. Atau lebih baik kita menginvestasikan dana di sebuah perusahaan teman yang akan go public, di mana kita bisa mendapatkan dividen setiap tahun dan menjual saham yang kita miliki di harga yang lebih tinggi di tahun mendatang, mana pilihan investasi yang memberikan hasil terbaik?

Tentunya untuk dapat memahami dan memutuskan investasi mana yang lebih baik, kita sebagai individu harus memahami tiga konsep dasar investasi.

Pertama, keuntungan investasi (investment return). Sehingga kita dapat membandingkan investasi satu dengan yang lain. Tapi ingat hanya fokus terhadap keuntungan saja tidak cukup. Kita harus juga memahami konsep kedua, yaitu risiko investasi (investement risk). Dan terakhir adalah struktur portofolio atau diversifikasi.

Keuntungan Investasi

Manakah yang terbaik, menginvestasikan di rumah atau membeli saham? Untuk saat ini, kita akan fokus hanya dari segi keuntungannya saja.

Investasi 1: Kita membutuhkan dana Rp.500 juta untuk membeli rumah tersebut. Dan dapat menghasilkan Rp.2 juta setiap bulan dalam bentuk sewa. Dan kita berkeinginan untuk menjualnya di tahun depan dengan harga Rp.550 juta.

Investasi 2: Kita menginvestasikan Rp.250 juta dalam bentuk saham. Kita mendapatkan dividen sebesar Rp.5 juta satu tahun ini. Dan ekspektasi kita dapat menjual saham tersebut di harga Rp.300 juta satu tahun dari sekarang pada saat perusahaan tersebut go public.

Bila dilihat dari kedua alternatif investasi di atas, keduanya memberikan keuntungan dari dua sisi, rumah menghasilkan sewa bulanan dan keuntungan dari hasil menjual rumah satu tahun dari sekarang.

Saham, menghasilkan dividen secara regular tapi tahunan, dan ekspektasi kenaikan harga saham dapat diperoleh pula. Jadi bila dilihat, keuntungan pertama adalah pendapatan dalam hal investasi di atas adalah sewa dan dividen. Dan kedua adalah kenaikan dari modal investasi, kenaikan harga rumah satu tahun mendatang dan kenaikan harga saham satu tahun mendatang. Keuntungan total dari kedua alternatif investasi di atas adalah jumlah dari kedua komponen keuntungan, yaitu pendapatan dan kenaikan dari nilai investasi.

Jadi, mana yang lebih baik, investasi di rumah atau saham dalam hal ini? Mari kita coba analisa.
Pendapatan dari sewa rumah adalah Rp.2 juta x 12 = Rp.24 juta untuk satu tahun. Keuntungan dari kenaikan harga rumah adalah Rp.550 juta- Rp.500 juta =Rp.50 juta. Sedangkan untuk investasi saham, dividen yang kita terima adalah Rp.5 juta untuk satu tahun. Kemudian keuntungan dari kenaikan harga saham adalah Rp.300 juta – Rp.250 juta = Rp.50 juta.

Jadi dari perhitungan ini, apakah investasi rumah lebih baik dari saham? Apakah total keuntungan Rp.74 juta lebih baik dari Rp.55 juta. Mungkin dari segi nilai ya. Tapi apakah kita membandingkat dua investasi yang sama atau apakah kita membanding apel dengan apel atau apel dengan jeruk?

Satu hal yang perlu Anda perhatikan adalah jumlah investasi awal yang harus dikeluarkan. Dalam contoh di atas, investasi saham hanya membutuhkan dana – dari investasi rumah.

Jadi dilihat dari sini, terlihat bahwa ukuran investasi kedua alternatif ini berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan ini dan menjadikan keuntungan kedua investasi ini dapat dibandingkan, sebaiknya Anda memakai tingkat pengembalian atau rate of return.

Rumus perhitungan tingkat pengembalian adalah:
rate of return = keuntungan investasi / modal * 100%

Jadi bila kita gunakan rumus ini, maka tingkat keuntungan dari investasi rumah dan saham adalah:

rate of return rumah = 74 jt / 500jt * 100% = 14,8%

rate of return saham = 55 jt / 250jt * 100% = 22%

Sekarang akan lebih mudah untuk membandingkan antara kedua investasi tersebut. Selama jangka waktu satu tahun, investasi rumah memberikan ekspektasi tingkat pengembalian sebesar 14,8 persen, sedangkan saham memberikan ekspektasi tingkat pengembalian sebesar 22,0 persen.

Sekarang jelas bahwa investasi saham dengan memberikan tingkat pengembalian 22 persen lebih baik dari rumah. Dengan catatan semua komponen adalah tetap. Tapi satu hal yang harus diingat bahwa di dunia nyata tidaklah semudah ini, misalkan saja biaya transaksi atau pajak pasti akan banyak mempengaruhi keuntungan yang bisa kita peroleh. Demikian pula dengan risiko. Tentunya akan membatasi kita dalam mengambil keputusan pilihan investasi. Bukan hanya keuntungan tinggi tapi juga berada dalam toleransi risiko kita sebagai individu.

Ekspektasi Pengembalian

Walau terlihat cukup mudah untuk menghitung keuntungan dari investasi yang telah lalu atau Anda sebagai investor sudah memperolehnya, tapi akan sangat berbeda bila Anda ingin menentukan berapa keuntungan yang bisa Anda dapat satu tahun dari sekarang. Bila Anda menginvestasikan dalam bentuk tabungan atau deposito mungkin hal ini sudah terlihat pasti. Tapi dengan saham, hal ini tidaklah mudah.

Performa sebuah investasi di masa lalu sedikit atau tidak memberikan informasi mengenai ekspektasi keuntungan di masa depan. Walau data-data masa lalu tidak menjamin keuntungan di masa depan, dengan semakin banyaknya data yang Anda peroleh memberikan prakiraan terhadap keuntungan investasi di masa depan.

Risiko Investasi

Pembahasan kita di atas sudah menjelaskan seputar keuntungan dan tingkat pengembalian. Tapi tingkat pengembalian saja tidaklah cukup. Tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Setiap jenis investasi memberikan tingkat pengembalian yang berbeda. Demikian pula risikonya.

Pernahkah Anda mendengar kalimat, “risiko tinggi, keuntungan tinggi”? Pernah? Siapa yang mengatakatan itu? Broker saham Anda, agen properti, dosen profesional investasi atau perencana keuangan Anda?

Pernahkan Anda merenungi perkataan di atas? Bila ditelaah lebih dalam, bila Anda berani mengambil risiko yang lebih tinggi dan Anda akan selalu mendapatkan keuntungan yang tinggi pula, jadi pertanyaannya adalah di mana risikonya? Sepertinya adalah bila Anda mengambil investasi dengan risiko tinggi secara langsung Anda akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Jadi mungkin kalimat di atas lebih tepat berbunyi, “risiko tinggi’ ekspektasi keuntungan tinggi”.

Bila kita mengatakan bahwa investasi tersebut berisiko tinggi, secara umum ini berarti bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan mungkin saja tidak tercapai selama waktu investasi. Walau bisa saja memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari apa yang kita harapkan, tapi dalam hal ini kita lebih memperhatikan bagaimana bila tingkat pengembaliannya lebih rendah?

Walau pada dasarnya kita tidak bisa menghilangkan semua risiko yang ada, akan tetapi kita bisa meminimalisasi risiko dengan menggunakan strategi investasi yang sesuai. Meminimalisasi risiko berarti memahami risiko tersebut dan mengetahui bagaimana mengukurnya.

Secara umum, kita mengukur risiko dengan melihat volatilitas dari total tingkat pengembalian. Aset dengan tingkat voletilitas tertinggi adalah aset yang berisiko tertinggi—aset ini memiliki pergerakan total tingkat pengembalian terbesar. Fluktuasi harga aset ini diukur secara statistik dengan menggunakan standard deviation of return.

Standard deviation menjelaskan berapa besar perbedaan keuntungan dari ekspektasi tingkat pengembalian (di dua sisi). Satu Standard deviation di salah satu sisi dari rata-rata tingkat pengembalian memberikan dua pertiga dari semua posibilitas tingkat pengembalian. Dan sepertiganya di luar dari rata-rata dan terbagi rata terhadap kedua sisi. Dua Standard deviation secara rata-rata memberikan 95 persen dari rata-rata eksektasi tingkat pengembalian.

Struktur Portofolio

Tentunya kita pernah mendengar satu kalimat “don’t put your eggs in one basket”. Apa arti dari kalimat tersebut? Bahwa kita jangan menempatkan semua dana yang kita miliki hanya dalam satu jenis aset saja. Karena bila terjadi kerugian maka kita mengalami kerugian besar. Dari sudut pandang alokasi aset, kalimat di atas berarti mengurangi risiko portofolio dengan menambahkan jenis aset lain yang berprilaku berbeda dengan aset yang Anda miliki dalam portofolio. Hal ini biasa disebut sebagai diversifikasi portofolio.

Teori diversifikasi didasari oleh kenyataan bahwa nilai beberapa aset akan naik dan turun secara bersamaan dan beberapa aset lain nilainya bergerak ke arah yang berbeda. Faktor-faktor independen di luar dari karakteristik dari sebuah investasi, seperti keadaan ekonomi, politik dan kejadian sosial bisa mempengaruhi nilai investasi tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko portofolio tidak dapat dihilangkan secara tuntas, tapi bisa dikurangi dengan membuat sebuah portoflio yang terdiversifikasi, di mana di dalamnya terdiri dari jenis aset yang berbeda-beda, di mana nilainya secara historis bergerak ke arah yang berbeda atau bergerak ke arah yang sama tapi dengan perbedaan besar dan kecilnya perubahan yang terjadi.

Demikianlah dasar-dasar konsep investasi yang dapat kami sampaikan untuk pembahasan kali ini. Masih diperlukan pembelanjaran yag terus-menerus sehingga kita memahami dengan benar ketiga konsep di atas yang pada akhirnya memberikan benefit bagi Anda guna mencapai tujuan keuangan yang dimiliki.n

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.