Minggu, Maret 16, 2008

Mengevaluasi Kinerja Keuangan Pribadi

Dikutip dari : http://www.keuanganpribadi.com

SEBAGIAN besar dari Anda tentunya sangat memperhatikan menjaga kesehatan dan secara periodik melakukan pengecekan terhadap kualitas kesehatan fisik Anda. Kalau ada di antara Anda yang tidak peduli, atau pernah tidak peduli dengan kesehatan, boleh jadi pernah pula mengalami penyesalan. Misalnya, saat Anda masuk rumah sakit atau paling tidak mesti ke dokter karena kondisi kesehatan menurun. Implikasinya bukan saja produktivitas menurun, tetapi juga harus mengeluarkan biaya perawatan yang pada gilirannya mengganggu stabilitas keuangan.

Menjaga kesehatan sebenarnya bukan hanya berlaku terhadap fisik, namun juga bagi keuangan Anda. Dengan kata lain, Anda juga mesti melakukan “pemeriksaan” rutin terhadap perkembangan keuangan Anda. Apakah kondisinya stabil, menurun atau mengalami peningkatan kinerja. Saat tepat untuk melakukan “pemeriksaan” kesehatan keuangan itu biasanya menjelang akhir tahun sebab pada akhir tahun lazimnya semua orang melakukan kontemplasi, perenungan untuk mengevaluasi apa yang telah diperbuat, diperoleh, dan yang belum berhasil dicapai.
Dalam konteks “pemeriksaan” atau bisa disebut juga dengan evaluasi kondisi keuangan, setidaknya meliputi perbandingan antara rencana yang telah dibuat pada awal tahun dan pencapaian realisasinya. Evaluasi itu mesti diberlakukan terhadap segala aspek keuangan pribadi Anda, mulai dari penerimaan yang mungkin bersumber dari hasil investasi ataupun pendapatan lain, kemudian pengeluaran serta implikasinya terhadap posisi aset maupun utang yang Anda miliki saat ini.
“Pintu masuk” untuk mengevaluasi kondisi kesehatan keuangan Anda hakikatnya adalah dengan melihat pertumbuhan aset yang Anda miliki. Bandingkan aset Anda saat ini dengan aset Anda pada awal tahun dan atau jumlah aset yang Anda miliki. Bila aset Anda saat ini lebih besar ketimbang awal tahun berarti kondisi kesehatan keuangan Anda bisa dikatakan baik, namun belum tentu optimal.
Untuk melihat apakah optimal atau tidak harus dibandingkan dengan rencana Anda pada awal tahun. Bila sesuai target berarti Anda tergolong cerdas dalam mengelola keuangan. Tetapi, bila ternyata realisasinya di bawah rencana, maka Anda harus merenungkan kembali pola Anda dalam mengelola keuangan. Dan jangan lupa, aset di sini adalah dalam hitungan neto, artinya setelah dikurangi dengan seluruh utang Anda. Percuma aset Anda meningkat bila di sisi lain utang Anda juga melambung tinggi. Anda bukanlah perusahaan yang bisa memproduktifkan utang menjadi aset produktif, sebab karakteristik pengelolaan keuangan pribadi agak berbeda dengan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, agar Anda tidak terjebak pada kekayaan artifisial, maka ada baiknya dalam menilai aset yang digunakan adalah nilai bersihnya, yakni total aset dikurangi total utang.
Seandainya, total aset bersih Anda ternyata tidak seperti yang diharapkan, jelas ada yang keliru di sana. Lalu di mana akar masalahnya? Ada dua kemungkinan. Pertama, penerimaan Anda tidak optimal, baik itu yang diperoleh dari penerimaan tetap berupa gaji dan atau hasil investasi. Kedua, pengeluaran Anda terlalu berlebihan.
***
MENGENAI penerimaan, yang paling relevan adalah mengkaji perolehan dari pendapatan dari hasil investasi. Katakanlah, pada awal tahun Anda telah menanamkan uang Anda pada berbagai instrumen investasi. Ada yang menempatkan uangnya semata-mata di bank dalam bentuk deposito berjangka ataupun tabungan. Tetapi, tidak sedikit yang mengalokasikan investasinya di pasar modal dengan membeli saham ataupun reksa dana. Sebagian dari Anda sangat mungkin pula menanamkan uang dalam investasi properti, valuta asing, atau emas. Konkretnya, Anda memiliki portfolio investasi.
Bagi Anda yang berinvestasi secara terpola dan terencana, biasanya juga memiliki target perolehan keuntungan. Misalnya, dana yang Anda tanamkan adalah sebesar Rp 500 juta, lalu Anda berharap dana tersebut akan meningkat sebesar 20 persen atau menjadi Rp 600 juta. Nah, apakah saat ini hasil investasi Anda telah sesuai harapan? Pasti sebagian dari Anda ada yang melebihi target, tetapi tidak sedikit mungkin yang “jeblok” atau mengalami kerugian.
Kenapa hal semacam itu terjadi? Jawabannya sangat sederhana, yakni portfolio investasi Anda tidak efektif. Misalnya, Anda terlalu banyak menempatkan uang dalam deposito berjangka yang notebene tingkat bunganya terus menurun. Artinya, Anda kebanyakan berinvestasi dalam instumen konservatif. Atau bisa juga karena Anda menempatkan uang di pasar modal dengan memilih saham yang harganya mengalami penurunan. Dalam hal ini, Anda berinvestasi dalam instrumen yang terlalu berisiko.
Bila kondisinya seperti itu, solusi yang bisa Anda pertimbangkan pada dasarnya adalah dengan mengubah portfolio investasi. Dan ini mesti Anda siapkan sejak sekarang agar tahun depan hasilnya bisa lebih optimal. Ringkasnya, alokasi dana investasi Anda mesti digeser, yang semula kebanyakan konservatif menjadi lebih moderat. Atau yang semula terlalu berisiko juga menjadi lebih moderat.
Selain itu, banyak pula yang kurang menyadari perilaku dalam pengelolaan investasi juga menjadi faktor kenapa hasil investasi kurang memadai. Sebut saja investasi di perbankan. Boleh jadi Anda menempatkan uang dalam bentuk tabungan dan deposito. Tabungan yang Anda pilih pada dasarnya adalah sebagai investasi. Namun dalam realitas, Anda mungkin memilih tabungan yang menjanjikan hadiah yang notebene sebenarnya berbunga rendah. Itu satu kemungkinan.
Kemungkinan lain, Anda terlalu sering menarik dana dari tabungan Anda sehingga saldo rata-rata rendah. Dengan latar belakang seperti itu, tentu saja perolehan bunganya secara efektif juga akan rendah, kendati bank tempat Anda menabung mungkin memberikan bunga tinggi. Oleh karena itu, sebenarnya Anda mesti membuat penempatan uang di bank paling tidak menjadi tiga jenis. Pertama, untuk keperluan transaksi. Kedua, untuk menabung. Ketiga, untuk investasi.
Yang dimaksud dengan keperluan transaksi di sini adalah uang dalam tabungan yang kegunaannya untuk transaksi sehari-hari Anda, termasuk menarik melalui anjungan tunai mandiri (ATM). Anda tidak perlu memikirkan soal bunga dalam jenis ini. Tetapi, untuk mendapatkan bunga yang memadai, Anda juga mesti mengalokasikan dana Anda dalam tabungan berbunga tinggi yang dananya tidak Anda tarik dalam kurun waktu cukup lama. Jadi perlakuannya seperti deposito berjangka, namun lebih fleksibel.
Berikutnya menempatkan dana dalam deposito berjangka yang memberikan bunga efektif tinggi secara berkesinambungan. Artinya, meskipun bank menawarkan bunga deposito jangka waktu satu bulan lebih tinggi dibanding tiga bulan. Sebagai misal, belum tentu Anda mendapatkan bunga secara absolut yang besar kalau dihitung secara per tahun sebab bisa saja bunga deposito berjangka satu bulan, pada bulan berikutnya sudah turun. Sementara bila Anda menempatkan dana dalam deposito berjangka tiga bulan, paling tidak Anda akan menikmati tingkat bunga yang sama selama tiga bulan.

Oleh Elvyn G Masassya, pengamat investasi dan keuangan. Dikutip dari Kompas edisi Minggu, 1 Desember 2002.