Rabu, Maret 19, 2008

Solusi Mengatasi Kebutuhan Dana Darurat Keluarga

Dikutip dari : http://www.keuanganpribadi.com
Kehidupan berkeluarga mengalami tingkat ketidakpastian yang tinggi saat ini. Banyak perusahaan di masa krisis bangkrut dan pabrik ditutup, puluhan ribu pekerja produktif kehilangan pekerjaannya. Terlihat jelas bahwa tidak ada lagi keamanan.

Dengan risiko yang mungkin terjadi, ketika kita terkena pemutusan hubungan kerja, maka akan sangat sulit bagi kita dan keluarga untuk dapat merencanakan kehidupan keuangan keluarga


dalam jangka panjang atau bahkan hanya untuk dapat menutupi berbagai kebutuhan keluarga. Pemutusan hubungan kerja akan sangat membatasi kita dalam mengatur pengeluaran, apalagi bila masa tidak kerja yang kita alami cukup panjang.

Oleh karena itu kami merasa perlu untuk memberikan pembelajaran seputar masalah keuangan khususnya bila kita terkena musibah pemutusan hubungan kerja dan lain-lain. Kami melihat ada beberapa perencanaan atau langkah yang dapat dilakukan guna mengantisipasi risiko tersebut. Langkah ini seharusnya dilakukan sebelum risiko menimpa. Sehingga secara keuangan kita tidak mengalami kekurangan atau defisit yang terlalu besar.


Emergency Fund—Dana Darurat

Dengan tingginya tingkat ketidakpastian masa depan, sebaiknya kita sebagai sebuah keluarga merencanakan antisipasi risiko tersebut. Mungkin bulan depan, gaji sebagai penunjang kebutuhan kehidupan keluarga tidak lagi diperoleh. Itulah yang terjadi dengan banyak pegawai di berbagai perusahaan seperti, Sony yang menutup pabriknya, dan yang baru-baru ini terjadi adalah pemutusan hubungan kerja hampir 2000 pegawai di PT. Dirgantara Indonesia.

Semua ini mungkin terjadi, oleh karena itu kami melihat pentingnya antisipasi guna mengatasi masalah ini. Langkah tepat dan bijak yang dapat dilakukan adalah dengan menyisihkan atau menganggarkan dana guna kebutuhan darurat ini, yang dikenal dengan istilah dana darurat (emergency fund).

Berapa Nilai yang Dibutuhkan?

Biasanya para perencana keuangan menyarankan dana darurat ini untuk berbagai keperluan rumah tangga yang timbul secara mendadak, seperti rumah bocor atau mobil kecurian dan lain-lain, tapi sebenarnya dana itu bisa lebih jauh lagi dibutuhkan, seperti kebutuhan di masa unemployment.

Dalam menentukan berapa nilai yang cukup sebagai alokasi dana darurat, kami menyarankan dua faktor utama untuk dipertimbangkan: pengeluaran regular bulanan keluarga dan stabilitas pemasukan atau penghasilan keluarga.

Pengeluaran regular keluarga dapat dihitung dan didapat berdasarkan pengeluaran bulanan keluarga. Bila selama ini kita mencatat dan menyimpan berbagai pengeluaran yang dilakukan, maka nilai tersebut dapat menjadi ukuran. Tapi bila kita termasuk yang baru memulai untuk membuat anggaran pengeluaran keluarga, maka saran kami: lakukan pencatatan selama paling tidak tiga bulan untuk mendapatkan angka pengeluaran yang lebih tepat. Berdasarkan nilai tersebut kita dapat menentukan pengelauran regular bulanan keluarga.

Stabilitas penghasilan dilihat dari sudut pandang, regularitas kita memperoleh pemasukan. Bila kita menerima pemasukan berupa gaji bulanan, maka hal ini bisa menjadi ukuran. Tapi bila kita memperoleh pemasukan tidak setiap bulan seperti misalnya kontraktor yang memperoleh pemasukan dari pembayaran kontrak tiga bulanan maka perhitungan kebutuhan dana darurat harus berdasarkan pola tersebut.

Para profesional keuangan keluarga selalu menganjurkan untuk menyediakan dana sebesar 3-6 kali biaya hidup bulanan. Berdasarkan analisa faktor pengeluaran regular keluarga, kita memperoleh pengeluaran sebesar Rp.5 juta. Sehingga kebutuhan dana yang harus dialokasikan adalah Rp.15 juta sampai Rp.30 juta. Perhitungan ini baru mempertimbangkan faktor pertama. Bila kita memperoleh pemasukan regular setiap bulan, maka nilai di atas dapat menjadi nilai yang harus dicapai. Tapi bila kita memperoleh pemasukan setiap tiga atau enam bulan (seperti halnya kontraktor teman kita), maka sebaiknya menambah kebutuhan dana darurat tersebut. Paling tidak dua kali lipatdari biasa. Bila perhitungan regular adalah Rp.15 juta sampai Rp.30 juta, maka untuk itu dibutuhkan nilai Rp.30 juta sampai Rp.60 juta atau sebesar 6-12 kali pengeluaran regular keluarga. Kami sangat menganjurkan agar para keluarga menyiapkan dana sampai 12 kali dari nilai pengeluaran regular keluarga.

Di Mana Ditempatkan?

Begitu kita sudah memperoleh perhitungan kebutuhan untuk alokasi dana darurat, pastikan kita tidak pernah mengambilnya kecuali terjadi risiko. Dana tersebut sebaiknya ditempatkan dalam bentuk tunai tapi tidak berarti di tabungan. Yang terpenting adalah dana tersebut dapat dengan mudah dicairkan dan tidak mengurangi nilainya.

Terdapat paling tidak empat tempat di mana kita dapat menyimpan dana darurat tersebut:

Di Bawah Bantal
Tabungan
Deposito Berjangka Pendek
Reksadana pasar uang
Setiap tempat memiliki kekurangan. Uang yang disimpan di bawah bantal merupakan uang dengan tingkat likuiditas tertinggi—dan tentunya yang termudah untuk hilang. Kebakaran atau pencurian dapat mengakibatkan dana tunai yang disimpan di rumah menjadi tidak tersedia saat dibutuhkan. Tabungan juga demikian, bila terjadi masa-masa krisis seperti apa yang pernah kita alami bersama di mana bank-bank ditutup, dana yang kita simpan menjadi tidak tersedia walau pemerintah menjamin dana tersebut. Demikian pula dengan deposito dan reksa dana pasar uang, keduanya juga tidak terhindar dari kekurangan. Keduanya membutuhkan waktu untuk dicairkan, walau waktu tersebut tidak terlalu panjang. Kedua produk ini tetap masuk dalam jajaran dengan tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Tidak seperti halnya properti atau rumah, yang membutuhkan waktu lama untuk memperoleh dana tunai dari penjualan aset tersebut.

Bila kita termasuk yang belum memiliki alokasi dana untuk dana darurat, akan sangat baik dan bijak bila kita menyiapkannya—walau dilakukan dengan menjual atau merubah komposisi investasi yang dimiliki. Menjual saham atau properti mungkin bukan langkah yang tepat dalam strategi investasi—apalagi bila dijual dalam keadaan di mana nilainya sedang turun—tapi kami di sini bukan membahas seputar strategi investasi. Kami berbicara mengenai survival atau bertahan diri.

Sistem Manajemen Dana Tunai

Dana darurat merupakan bagian dari manajemen dana tunai yang lengkap, di mana di dalamnya terdapat cash/tabungan, giro, kartu ATM, kartu Debit, dan kartu kredit. Cobalah untuk tidak bersandar pada kartu kredit sebagai pengganti dana darurat yang dibutuhkan. Kartu kredit baik untuk dimiliki, bukan sebagai pengganti tapi pelengkap. Di masa krisis uang tunai adalah raja—in a crisis, cash is king.

Apakah manajemen dana tunai yang kita miliki sudah berjalan seperti seharusnya? Untuk mengetahuinya, coba jawab beberapa pertanyaan di bawah ini:

Apakah uang yang disimpan mendapatkan bunga setiap saat?
Apakah Anda membayar lunas tagihan kartu kredit setiap bulan?
Apakah Anda mengetahui jumlah balance dana yang disimpan saat ini?
Bila menjawab “ya” semua jawaban di atas, maka manajemen dana kas Anda sudah cukup baik. Bila jawaban Anda “tidak” untuk salah satu pertanyaan di atas, atau Anda ingin meningkatkan efektifitas dana manajemen dana tunai Anda, ada baiknya membaca uraian berikut ini.

Cash/Tabungan

Tabungan merupakan tempat yang tepat untuk menyimpan dana yang dibutuhkan besok atau dalam jangka pendek (tidak lebih dari tiga tahun). Tingkat suku bunga yang diberikan rendah—trend sekarang di mana SBI terus turun—akan semakin turun karena suku bunga tabungan mengikuti pergerakan tingkat suku bunga SBI.

Tip penggunaan uang tunai :

Tempatkan dana dalam tabungan seefektif mungkin bukan hanya hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pengembalian lebih baik melalui investasi tapi juga akan termakan inflasi.
Cek, Giro

Alat pembayaran ini tidak jauh berbeda dengan kartu debit, hanya pembayaran dilakukan dengan menggunakan bukti blanko khusus dan ditandatangani oleh pemilik rekening.
Nasabah harus memiliki sejumlah uang di rekening gironya di bank. Kekurangan dari jenis pembayaran ini, bunga yang ditawarkan biasanya lebih rendah dari pada bila Anda menyimpannya di tabungan.

Debit Card/Kartu ATM

Debit card atau kartu ATM adalah jenis kartu plastik yang dapat dipergunakan untuk menarik uang tunai, baik melalui teller di bank ataupun melalui ATM, atau tempat lain yang ditentukan.
Prinsip kerjanya adalah pada saat kita memiliki sejumlah uang di bank kita dapat meminta kartu ATM atau kartu debit (sesuai dengan fasilitas yang diberikan bank). Setiap saat kita bisa mengambil uang tunai di ATM atau menggunakan sebagai sarana pembayaran dengan jumlah maksimal sesuai dengan uang yang kita miliki di bank.

Sehingga kartu ini bukanlah merupakan alat pembayaran, tetapi hanya untuk memberikan kemudahan pada nasabah bank dalam melakukan pembayaran tanpa harus membawa uang tunai.

Tip penggunaan kartu ATM :

Perhatikan dalam menentukan PIN yang dipergunakan.
Pada bank-bank tertentu, nasabah dengan memiliki kartu ATM/ kartu debit akan dikenakan biaya administrasi yang lebih besar.
Terdapat pembatasan jumlah uang yang dapat diambil melalui mesin ATM dalam satu hari, misalnya dalam satu hari maksimal uang yang dapat diambil adalah Rp 2 juta, sedangkan pengambilan lebih dari itu harus dilakukan melalui teller.
Pengambilan uang tunai melalui mesin ATM yang bukan disediakan oleh bank tempat kita menabung, akan dikenakan biaya kliring. Sehingga jumlah yang kita ambil akan lebih kecil dari jumlah yang dikurangkan pada tabungan kita.
Hati-hati dengan kemungkinan terjadinya off line, yang tidak memungkinkan kita melakukan pembayaran maupun pengambilan uang tunai.
Kartu Kredit

Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan cara kredit, sehingga kita akan tetap dapat melakukan pembayaran meskipun kita tidak memiliki uang. Kewajiban penggunanya adalah membayar dengan mencicil sejumlah minimum tertentu dari total transaksi (biasanya antara 5 – 10 persen total tagihan) yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan setiap bulan.

Kartu ini sama sekali berbeda dengan kartu debit, karena setiap kali menggunakannya kita berhutang dengan kewajiban membayarnya dengan bunga (tingkat suku bunga saat ini sekitar 2 – 3,5 persen dari total tagihan yang belum dibayar). Dan apabila kita terlambat melakukan pembayaran maka akan dikenakan denda keterlambatan (biasanya 10 persen dari pembayaran minimum).

Tip penggunaan kartu kredit :

Penggunaan kartu kredit sebaiknya hanya diperlukan apabila kartu itu dilihat sebagai sumber kredit. Artinya saat melakukan transaksi telah diperhitungkan akan adanya kewajiban pembayaran kemudian hari beserta bunganya.
Sebaiknya hindari mengambil uang tunai melalui ATM dengan menggunakan kartu kredit karena beban bunga serta biaya administratisinya yang tinggi. Tentunya kecuali mendesak.
Bila membayar tagihan kartu kredit dengan cara mencicil tagihan tiap bulan, Pertama, jangan pernah terlambat membayar tagihan tiap bulan, karena akan dikenakan bukan saja bunga yang tinggi tapi juga biaya keterlambatan. Kedua, jangan membayar hanya pembayaran minimun tiap bulan.
Demikianlah penjelasan kami seputar pentingnya sebuah alokasi dana untuk kebutuhan darurat, seperti pemutusan hubungan kerja. Bila Anda belum mengalokasikan, maka mulailah untuk menempatkan dana ini, walau dengan melakukan revisi terhadap investasi yang telah dilakukan.n

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.