Rabu, Maret 19, 2008

WISDOM untuk Proses Perencanaan Keuangan

Dikutip dari : http://www.keuanganpribadi.com

Pepatah bijak mengatakan bahwa WISDOM adalah awal dari keberhasilan. Di tangan kanannya ada panjang umur dan di tangan kirinya ada kebahagian, dan jalannya menuju pada kemakmuran.

SECARA umum proses sebuah perencanaan keuangan keluarga yang didapat di buku-buku personal finance mencakup enam langkah utama. Dalam pembahasan kali ini, kami akan menggunakan kata WISDOM sebagai singkatan untuk mempermudah mengingat langkah perencanaan keuangan tersebut.


Huruf pertama W adalah singkatan dari Watak. Artinya, kenali situasi dan kondisi keuangan Anda saat ini. Huruf kedua I adalah singkatan dari Ingin. Artinya, tentukan tujuan keuangan Anda di masa depan. Huruf ketiga S adalah singkatan dari Siasat. Artinya, setelah kita tahu kondisi saat ini dan tujuan di masa depan, kita perlu merancang strategi untuk mencapai tujuan bertolak dari kondisi saat ini. Huruf keempat D adalah singkatan dari Didik. Untuk mencapai tujuan masa depan melalui strategi yang disusun, kita perlu memperlengkapi diri kita dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baru yang mungkin sekali belum kita miliki saat ini. Jadi, kita perlu belajar.
Huruf kelima O adalah singkatan dari Otak / Otot. Artinya, kita perlu melaksanakan strategi yang telah disusun dengan bekerja cerdas dan keras untuk mencapai tujuan tersebut. Huruf keenam M adalah singkatan dari Manajemen atau Monitor. Artinya, kita perlu mengelola sumberdaya yang kita miliki dan memantau pencapaian hasil dibandingkan rencana semula.

Berdasarkan WISDOM tersebut, proses perencanaan keuangan keluarga dapat dibagi menjadi enam langkah utama. Pertama, pembuatan catatan keuangan keluarga (termasuk catatan kekayaan dan arus), untuk mengetahui kondisi keuangan saat ini. Kedua, penentuan tujuan keuangan keluarga secara spesifik dan realistik. Ketiga, penyusunan rencana strategi untuk mencapai tujuan bertolak dari kondisi saat ini. Keempat, pembelajaran untuk melengkapi diri dengan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan sikap (attitude) yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi.

Kelima, pelaksanaan rencana strategi dengan bekerja keras dan bekerja cerdas. Keenam, pemantauan dan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki agar tetap pada jalur rencana semula, atau melakukan penyesuaian / perubahan bila rencana semula dirasa tidak lagi sesuai dengan kondisi. Keenam langkah tersebut akan dibahas satu persatu dalam uraian berikut ini.

Catatan Keuangan Keluarga

Nakhoda kapal memerlukan peta dan peralatan navigasi untuk menentukan posisi sekarang dan arah dalam mengarungi luasnya lautan agar dapat mencapai tujuan. Dalam perencanaan keuangan keluarga, kita juga memerlukan alat bantu. Alat ini adalah catatan kekayaan (dalam keuangan perusahaan sering diacu sebagai neraca atau balance sheet) dan catatan arus kas (padanannya dalam keuangan perusahaan adalah laporan rugi / laba dan laporan arus kas).

Buku atau penulis lain sering menyebut catatan ini sebagai laporan agar lebih paralel dengan istilah keuangan perusahaan. Kami lebih suka menyebutnya catatan. Kata laporan bermakna terlalu formal dan dibuat untuk atasan atau penguasa atau publik.

Sementara catatan adalah dibuat untuk kepentingan kita sendiri dan berkesan lebih personal. Dengan adanya kedua catatan ini, kita dapan melihat situasi kondisi keuangan kita saat ini dan mengikuti perkembangan dari pelaksanaan perencanaan sampai sejauh ini. Dari kedua catatan ini pula kita bisa melihat perubahan kondisi keuangan keluarga.

Tanpa kedua catatan ini, sulit bagi kita untuk menentukan situasi kondisi keuangan kita saat ini dan menentukan perencanaan yang realistis dan strategis. Tanpa kedua catatan ini, akan sulit juga bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang telah atau berpotensi timbul dan kesempatan yang dapat diraih.

Beberapa informasi yang perlu dikumpulkan berkaitan dengan navigasi keuangan keluarga:

Pendapatan kotor dan penghasilan bersih setiap bulan
Penghasilan lain, seperti pendapatan dari investasi
Catatan atau perencanaan pengeluaran Anda dan keluarga untuk membantu melihat penggunaan penghasilan bulanan
Catatan kekayaan berupa aset yang dimiliki dan utang atau liabilities
Premi dan pertanggungan proteksi asuransi yang telah dimiliki
Dana dalam tabungan
Nilai investasi properti atau sewa properti
Jumlah anak serta usia masing-masing anak
Dengan mengetahui informasi tersebut, kita akan lebih kenal terhadap kondisi keuangan kita untuk memudahkan bernavigasi mengarungi samudra keuangan keluarga.

Penentuan Tujuan Keuangan

Setelah memahami situasi kondisi keuangan saat ini, kita lebih siap untuk menentukan tujuan keuangan yang spesifik dan realistis dalam kaitan dengan perencanaan keuangan keluarga secara terpadu.

Untuk menentukan tujuan ini, tetap diperlukan perbincangan yang mendalam secara rasional dari hati ke hati dengan masing-masing anggota keluarga. Setiap individu dalam keluarga adalah unik dan memiliki preferensi sendiri. Jadi, dibutuhkan keterbukaan untuk mencapai kesepakatan bersama semua anggota keluarga, khususnya ibu dan bapak sebagai pimpinan bahtera keluarga untuk menuju masa depan bersama.

Bila diringkas, tujuan keuangan keluarga harus SMART: Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound. Tujuan keuangan keluarga harus dinyatakan secara spsifik dalam nilai yang terukur serta jangka waktu pencapaiannya. Sebagai contoh, Anda ingin untuk hidup berkecukupan di masa tua. Ini memang tujuan, namun belum spesifik. Diperlukan nilai terukur, misalnya memerlukan dana Rp 1 miliar untuk dapat hidup berkecukupan di masa tua nanti. Agar lebih lengkap, tujuan perlu dinyatakan misalnya sebagai berikut: Pensiun pada usia 55 tahun dengan dana yang dimiliki Rp 1 miliar.

Salah satu kata kunci lain dalam menentukan tujuan keuangan keluarga adalah realistis, agar secara rasional bisa dicapai melalui pelaksanaan dan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu, perlu dipertimbangkan situasi kondisi saat ini dalam menentukan tujuan. Jangan sampai tujuan ini menjadi seperti punguk merindukan bulan.

Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu muluk malah akan menjadi bumerang karena bebannya akan terasa sangat berat, sehingga kita menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya.

Selain itu, tujuan juga harus diurutkan berdasarkan prioritas. Bila ada beberapa tujuan keuangan, perlu dikaji urutan prioritasnya. Keterbatasan dan kendalah sumberdaya yang kita memiliki sering mengharuskan kita untuk memilih tujuan yang paling penting harus dicapai lebih dulu. Setelah tujuan berprioritas tinggi tercapai, tujuan lain bisa dikejar bila kondisi memungkinkan.

Strategi, Pembelajaran, dan Perencanaan

Setelah mengetahui kondisi awal dan tujuan keuangan keluarga, langkah selanjutnya adalah penyusunan strategi untuk mencapai tujuan keuangan keluarga itu. Sebagai persiapan penyusunan strategi, perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap kondisi keuangan. Dari analisis ini dapat dilihat terpenuhinya ciri SMART dari tujuan keuangan yang ditentukan.

Analisis ini juga membantu mengidentifikasi kesesuaian antara keinginan kita atau nilai-nilai yang kita miliki dan kebiasaan serta penggunaan pendapatan bulanan. Bila ditemukan ketidaksesuaian, maka perlu ditentukan sasaran jangka pendek untuk menangani kesenjangan ini.

Selanjutnya, strategi yang disusun kembali harus memenuhi ciri realistis dan memiliki batas waktu. Sebagai contoh, keluarga Andi berpenghasilan Rp 15 juta/bulan. Mereka memiliki tujuan untuk membeli rumah dengan menggunakan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dalam jangka waktu tiga tahun ke depan. Uang muka yang dibutuhkan adalah Rp 250 juta. Saat ini dana yang dialokasikan baru Rp 100 juta. Jadi, dalam tempo tiga tahun ke depan mereka harus mengalokasikan data tertentu, misalnya menurut perhitungan dibutuhkan Rp 3,29 juta per bulan.
Bila terjadi kekurangan untuk tujuan keuangan ini, ada beberapa aksi yang bisa dilakukan oleh keluarga Andi, di antaranya: mengurangi pengeluaran tidak tetap seperti pakaian, rekreasi, makan di luar rumah bersama keluarga. Dengan demikian dana yang dihemat bisa disisihkan untuk tujuan uang muka KPR tersebut.

Contoh di atas baru mencakup satu tujuan keuangan keluarga. Perencanaan yang terpadu memiliki beberapa tujuan keuangan, baik jangka pendek, menengah, mau pun panjang. Untuk perencanan terpadu ini disarankan untuk mencari bantuan atau masukan dari para profesional di bidang keuangan personal / keluarga. Perencana keuangan keluarga bukan hanya membantu nasabah dari sisi perencanaan saja, tetapi juga dapat berperan sebagai mentor atau pembimbing dalam kaitan dengan keuangan keluarga.

Perencana keuangan dapat membantu kita meningkatkan diri kita dengan mengarahkan kita untuk mempelajari pengetahuan baru, ketrampilan baru, dan membangun sikap baru (KSA, yaitu Knowledge, Skills, dan Attitude). Sering kali kita belum memiliki KSA yang diperlukan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun. Misalnya, untuk berinvestasi di reksa dana, diperlukan pengetahuan tentang piranti investasi itu. Banyak orang Indonesia saat ini masih buta tentang reksa dana. Pembelajaran dapat dilakukan secara formal melalui kursus, mau pun secara informal dengan membaca buku atau otodidak.

Tekad atau niat yang kuat adalah satu sikap kunci yang perlu dimiliki agar pencapaian tujuan keuangan bisa terlaksana. Sebagian besar tujuan keuangan memerlukan waktu yang panjang untuk mencapainya. Tanpa tekad membaja, banyak orang menyerah dan berhenti di tengah jalan. Tekad membaja akan membantu kita untuk tetap berada pada rel yang benar meski situasi tidak bersahabat.

Selanjutnya, agar tujuan keuangan bisa tercapai, kita perlu mengembangkan kebiasaan untuk bekerja keras dan cerdas (work hard and smart). Kebiasaan ini lah yang dalam jangka panjang akan menentukan masa depan kita. Seperti diungkapkan oleh Charles Reade: Sow an act and you reap a habit…Sow a habit and you reap a character…Sow a character and reap your destiny !

Pengelolaan Sumberdaya

Langkah berikutnya adalah terus mengelola sumberdaya dan memantau pelaksanaan perencanaan agar sesuai dengan rencana. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, perlu dilakukan tindakan pemulihan. Tindakan ini bisa berupa mengembalikan perjalanan pada jalur semula, atau mengubah rencana karena sudah tidak relevan lagi dengan situasi saat itu. Revisi mungkin terjadi karena keadaan keuangan keluarga selalu berubah. Kata-kata bijak mengatakan bahwa satu hal yang pasti dalam dunia ini adalah terjadinya perubahan.

Perubahan dalam kehidupan berkeluarga atau karier, seperti kelahiran anak, promosi, pindah kerja, pemutusan hubungan kerja, dan lain-lain mengharuskan kita untuk mempertimbangkan kembali tujuan dan rencana yang ada. Masih realistis kah tujuan dan rencana semula? Bisa saja rencana yang semula mungkin menjadi mustahil atau justru menjadi terlalu mudah dicapai dan kurang menantang. Misalnya, krisis dan PHK menyebabkan kita harus menunda dulu rencana pembelian mobil baru atau perbaikan rumah, atau bahkan perlu mencairkan segera dana darurat plus dana tabungan.

Dengan pemantauan dan revisi, kita juga semakin kenal dengan situasi, kekuatan, keterbatasan, dan potensi risiko yang mungkin kita alami. Dengan semakin mengenal hal itu, kita semakin bisa merencanakan masa depat secara lebih akurat.

Pengenalan ini adalah merupakan dari proses belajar lewat jam terbang, yang tidak bisa diganti dengan belajar di belakang meja atau dengan sekadar membaca buku teks. Orang dikatakan tua apabila berhenti belajar, bukan karena usia. Usia bisa mengerutkan kulit, namun berhenti belajar akan mematikan pikiran dan mengerutkan jiwa.n

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.